Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KINERJA KEUANGAN AGROINDUSTRI

STUDI KASUS PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL


TBK
TAHUN 2017-2018

Oleh
Kevin Tanjung
(18/437674/PTP/01691)

MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN


PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. Profil Perusahaan PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
A. Sejarah Perusahaan
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, dirintis sejak tahun 1935 oleh
pasangan suami istri, Bapak Siem Thiem Hie dan Ibu Rahmat Sulistio (Go Djing Nio).
Berawal dari usaha pemerahan susu yang gulung tikar akibat perang Malese 1928,
memaksa Ibu Rahmat Sulistio dan suami pindah ke Solo pada tahun 1930. Tanpa
menyerah pasangan ini memulai kembali usaha mereka dengan membuka toko roti
dengan nama Roti Muncul. Keahlian Ibu Rahmat Sulistio dalam mengolah jamu dan
rempah-rampah, membawa pasangan ini ke Yogyakarta untuk membuka usaha jamu.
Jamu Tolak Angin diformulasikan dan dikenalkan dengan nama Jamu Tujuh
Agin pada tahun 1949. Pasangan Ibu Rahmat dan Bapak Siem mengungsi ke Semarang
akibat Agresi Militer II oleh Belanda, dan mendirikan usaha jamu dengan nama Sido
Muncul, yang artinya “Impian yang Terwujud”. Usaha jamu rumahan ini didirikan di
Jalan Mlaten Trenggulun No.104 dan dibantu oleh tiga orang karyawan. Permintaan
jamu Tujuh Angin makin meningkat dan banyak konsumen yang menginkan produk
dalam kemasan lebih praktis. Pasangan ini kemdian memproduksi Jamu Tujuh Angin
dalam bentuk serbuk.
Hampir 20 tahun kemudian tepatnya tahun 1970, dibentuk persekutuan
komanditer dengan nama CV Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul. Kemudian pada
1975, bentuk usaha industri jamu pun berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, dimana seluruh usaha dan aset dari CV
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul digabungkan, dan dilanjutkan oleh perseroan
terbatas ini. Industri jamu makin berkembang sehingga pabrik yang terletak di Jalan
Mlaten tidak mampu memenuhi kapasitas produksi yang semakin besar, untuk itu
generasi kedua Desy Sulistio memtuskan memindah pabrik ke Jalan Kaligawe
Semarang pada tahun 1984.
PT. Sido Muncul terus berkembang dan berinovasi, Tolak Angin mulai
dikembangkan pada tahun 1992. Tolak Angin dikembangkan dalam bentuk cair yang
lebih praktis dan lebih mudah dikonsumsi. Sejak masih dalam bentuk jamu godongan
pada tahun 1930, lalu menjadi jamu serbuk pada tahun 1951 hingga bentuk cair saat ini,
resep jamu Tolak Angin masih menggunakan formula racikan Ibu Rahmat Sulistio.
Menghadapi kemajuan jaman, Sido Muncul membangun pabrik yang lebih besar
dan modern pada tahun 1997 di daerah Klepu Ungaran. Peletakan batu pertama
pembangunan pabrik baru di Klepu, Ungaran, oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dan
disaksikan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pabrik baru dengan luas
30 hektar diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI pada November 2000. Pada saat
peresmian, Sido Muncul menerima dua sertifikat sekaligus, yaitu Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara
dengan farmasi. Sertifikat inilah yang menjadikan Sido Muncul sebagai satu-satunya
pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik
seluas sekitar 8 hektar dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
Seiring waktu berjalan Sido Muncul mulai mengembangkan bisnisnya yang
awalnya hanya berkonsentrasi di bidang jamu (herbal), maka pada tahun 2004 Sido
Muncul membuat divisi baru yaitu “Divisi Food”. Produk pertama yang dibuat adalah
minuman energi “Kuku Bima Energi” dengan rasa original. Kemudian produk
berikutnya adalah permen yaitu Permen Tolak Angin, Permen Jahe Wangi dan Permen
Kunyit Asam. Disusul dengan minuman kesehatan seperti Sido Muncul VitaminC-1000,
Kuku Bima Kopi Ginseng, Kopi Jahe Sido Muncul. Susu Jahe, Alang Sari Plus, Colla
Mill. Untuk minuman energi “Kuku Bima Energi” Sido Muncul mengeluarkan beberapa
varian rasa yaitu rasa Anggur, Jambu, Jeruk, Nanas, Kopi, Mangga, Susu Soda serta
Kuku Bima Energi Plus Vitamin C.
Produk-produk Sido Muncul kini telah di ekspor ke beberapa negara di asia
tenggara, Australia, Saudi Arabia, Mongolia dan Rusia. Saat ini perseroan juga tengah
melakukan penjajagan dengan distributor dan perusahaan asal Thailand, Vietnam dan
Jepang. Tepat tanggal 18 November 2013, Sido Muncul yang memiliki 109 distributor
di seluruh Indonesia kembali melakukan perubahan. Perusahaan keluarga ini memilih
naik kelas menjadi perusahaan terbuka dengan tujuan agar perusahaan ini langgeng dan
dipercaya oleh masyarakat. Saat ini PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk.
telah menjadi Pabrik Jamu terbesar di Indonesia dan masih akan terus berkembang dan
kini tercatat dengan Kode saham dari Perseroan SIDO di Bursa Efek Indonesia.
RINGKASAN SEJARAH PT. SIDO MUNCUL

Perseroan bertanggung jawab untuk selalu mengedepankan kualitas dan


keamanan produk. Setiap produk telah melalui prosedur quality control (QC) yang ketat
sesuai standar CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK (CPOTB)
dan CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB). Test QC antara lain
mencakup uji logam berat, uji bebas pestisida, uji aflatoxin, uji bebas pupuk, dan uji
Polymerace Chain Reaction (PCR). Perseroan juga selalu berinovasi dalam
mengembangkan produknya sesuai dengan kebutuhan konsumen yang terus
berkembang. Dengan demikian, tradisi jamu sebagai obat herbal asli Indonesia dapat
terus dilestarikan dan semakin diterima oleh berbagai lapisan konsumen.
Jenis dan ragam produk PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk :
B. Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi
Menjadi perusahaan farmasi, obat tradisional, makanan minuman kesehatan,
kosmetik dan pengolahan bahan baku herbal yang dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dan lingkungan.
2. Misi
a. Mengembangkan produk-produk berbahan baku herbal dalam bentuk sediaan
farmasi,obat tradisional, makanan minuman kesehatan, dan kosmetik
berdasarkan penelitian yang rasional, aman, dan jujur.
b. Mengembangkan penelitian obat-obat herbal secara berkesinambungan.
c. Membantu dan mendorong pemerintah, institusi pendidikan, dunia kedokteran
agar lebih berperan dalam penelitian dan pengembangan obat dan pengobatan
herbal.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membina kesehatan
melalui pola hidup sehat, pemakaian bahan-bahan alami, dan pengobatan secara
naturopathy.
e. Melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) yang intensif.
f. Mengelola perusahaan yang berorientasi ramah lingkungan.
g. Menjadi perusahaan obat herbal yang mendunia.
Dengan fokus pada pencapaian misi tersebut, Perseroan telah mengalami
perubahan signifikan selama masa beroperasinya dalam rangka melanjutkan upaya
pelayanan bagi konsumen Indonesia yang selalu berevolusi dan berkembang, dengan
terus mengembangkan produk produk jamu yang dihasilkan dari tanaman obat (herbal).
Dengan khasiat yang teruji secara klinis dan keamanan produk yang terus terjaga
membuat konsumen menjadi percaya pada kualitas produk Perseroan. Seiring dengan
hasil dan pembuktian atas khasiat produk, masyarakat dewasa kini sudah semakin
terbuka dalam memilih dan mengkonsumsi produk jamu sebagai obat, suplemen
maupun jenis makanan dan minuman dengan bahanbahan dasar alami yang diolah
dengan teknologi modern sehingga aman untuk dikonsumsi.
II. Overview Laporan Keuangan PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk
Laporan keuangan PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul yang disajikan
pada tulisan ini adalah laporan keuangan konsolidasian PT. Sido Muncul dan anak
perusahaannya. Perusahaan mempunyai kepemilikian saham secara langsung pada anak
perusahaan dan masyarakat. Kepemilikan pemegang saham minoritas adalah
masyarakat 19% dan PT Hotel Candi Baru sebesar 81%.

Berdasarkan data Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 31 Desember 2018


yang dibuat oleh PT Sirca Datapro Perdana sebagai Biro Administrasi Efek Perseroan,
susunan modal dan pemegang saham Perseroan adalah sebagai berikut:

Emiten produk farmasi, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
mencatatkan kinerja positif sepanjang 2018. Laba perusahaan tahun 2018 naik 24,36%
secara tahunan menjadi Rp663,85 miliar dari tahun 2017 Rp 533,79 miliar.
Emiten dengan brand Kuku Bima ini membukukan penjualan sebesar Rp2,76
triliun pada tahun lalu, atau meningkat 7,36% dari perolehan pada 2017 sebesar Rp 2,57
triliun.
Jamu herbal dan suplemen masih menjadi sumber pendapatan terbesar Sido
Muncul sepanjang tahun lalu. Tercatat penjualan jamu herbal mencapai Rp 1,84 triliun,
naik dari penjualan pada 2017 Rp 1,69 triliun. Selebihnya, penjualan ditopang dari
makanan dan minuman Rp 819 miliar dan farmasi Rp 100 miliar. Dalam laporan
keuangan yang disampaikan SIDO di Bursa Efek Indonesia, beban pokok perusahaan
turun sebesar 7,38% menjadi Rp 1,33 triliun dari tahun sebelumnya, Rp 1,38 triliun.
Kewajiban perusahaan produsen jamu Tolak Angin itu naik 65,8% menjadi Rp 435,01
miliar pada akhir 2018, dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 262,3 miliar. Adapun,
ekuitas SIDO naik 0,34% menjadi Rp 2,90 triliun pada akhir tahun 2018. Aset
perusahaan naik 5,66% menjadi Rp 3,33 triliun dari sebelumnya Rp 3,15 triliun.

III. Neraca Konsolidasian


A. Aset
Per 31 Desember 2018, jumlah aset perseroan mencapai Rp.3,34 triliun, naik
5,7% dari Rp.3,16 triliun pada tahun 2017 atau tahun sebelumnya. Komposisi aset
perseroan adalah 46% aset lancar dan 54% aset tidak lancar.

Aset lancar turun 5,0% pada akhir Desember 2018, dari Rp.1,63 triliun pada
tahun 2017 menjadi Rp.1,55 triliun pada tahun 2018. Penurunan ini terutama
disebabkan oleh penurunan pada akun kas dan setara kas dari Rp.902,85 milir di tahun
2017 menjadi Rp805,83 miliar untuk pembayaran dividen. Piutang usaha juga
mengalami penurunan dari Rp427,32 miliar di tahun sebelumnya menjadi Rp408,9
miliar karena adanya manajemen pengawasan piutang yang lebih baik sehingga
menurunkan piutang yang lewat jatuh tempo namun belum mengalami penurunan nilai.
Perseroan mencatat kenaikan pada persediaan sebesar 16,2% menjadi Rp311,19 miliar
per 31 Desember 2018.
Aset tidak lancar naik 17,0% dari Rp1,53 triliun pada tahun 2017 menjadi
Rp1,79 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan kenaikan pada akun aset tetap menjadi
Rp1,55 triliun sehubungan dengan pembangunan fasilitas produksi Cairan Obat Dalam
II (COD II) yang selesai pada tahun 2018.
Pembagian dividen merupakan komitmen Perseroan untuk memberikan nilai
optimal kepada Pemegang Saham. Dukungan Pemegang Saham merupakan sumber
kekuatan utama bagi pertumbuhan usaha Perseroan jangka panjang yang berkelanjutan.
Kebijakan pembagian dividen oleh Perseroan mengacu pada ketentuan dalam
Anggaran Dasar, Undang-undang PT dan peraturan-peraturan yang berlaku di bidang
Pasar Modal. Pembagian Dividen Final ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS
sedangkan pembagian Dividen Interim ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Direksi
setelah memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris dengan memperhatikan kondisi
keuangan Perseroan dan pemenuhan ketentuan pencadangan atas laba Perseroan yang
diwajibkan oleh Undang-undang PT dan Anggaran Dasar Perseroan.
Kebijakan Dividen Perseroan sesuai yang tertulis pada prospektus Perseoran
pada tahun 2013, bahwa pembagian dividen dilakukan sekurang-kurangnya sekali
dalam setahun dengan jumlah minimum 20% dari laba bersih Perseroan.

Sesuai dengan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) Perseroan yang dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2018, pemegang
saham menyetujui pengalihan penggunaan sisa dana hasil Penawaran Umum yang
sebelumnya dialokasikan untuk investasi pada PT Muncul Mekar sebesar Rp48,2 miliar
untuk penyelesaian investasi pada fasilitas produksi Tolak Angin Cair II yaitu untuk
pembayaran pembelian sebagian mesin dan peralatan produksi.
Hingga 30 Juni 2018, Perseroan telah menggunakan 100% dana hasil penawaran
umum yang telah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui surat
nomor: 016/SM-DIR/OJK/VII/18 perihal Formulir Laporan Realisasi Penggunaan Dana
Hasil Penawaran Umum. Uraian realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum PT
Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk adalah sebagai berikut :
B. Kewajiban dan Ekuitas

Jumlah liabilitas Perseroan pada akhir tahun 2018 adalah Rp435,01 miliar, naik
65,8% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp262,33 miliar. Kenaikan ini terutama
disebabkan oleh naiknya liabilitas jangka pendek sebesar 76,7% dari Rp208,51 miliar di
akhir tahun 2017 menjadi Rp368,38 miliar per akhir tahun 2018.
Komponen liabilitas jangka pendek yang mengalami kenaikan adalah: utang
pajak naik 138,7% dari Rp33,64 miliar pada tahun 2017 menjadi Rp80,32 miliar, beban
akrual naik 133,7% dari Rp36,73 miliar di tahun 2017 menjadi Rp85,83 miliar dan
utang usaha naik 45,4% dari Rp124,90 miliar pada tahun 2017 menjadi Rp181,66
miliar. Rasio lancar Perseroan pada akhir tahun 2018 adalah sebesar 4,2x. Liabilitas
jangka panjang mengalami kenaikan 23,8% dari Rp53,83 miliar di tahun 2017 menjadi
Rp66,63 miliar.

Jumlah ekuitas Perseroan per 31 Desember 2018 sebesar Rp2,90 triliun per
tanggal 31 Desember 2018. Perseroan mencatat saham treasuri sebesar Rp59,28 miliar
pada akhir tahun 2018.
Perseroan mengelola struktur permodalan dan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan kondisi ekonomi. Untuk memelihara dan menyesuaikan struktur permodalan,
Perseroan dapat menyesuaikan pembayaran dividen kepada pemegang saham,
menerbitkan saham baru atau mengusahakan pendanaan melalui pinjaman.
Sebagaimana praktik yang berlaku umum, Perseroan mengevaluasi struktur
permodalan melalui rasio utang terhadap modal (gearing ratio) yang dihitung melalui
pembagian antara utang neto dengan modal. Utang neto adalah jumlah liabilitas
dikurangi dengan dengan jumlah kas dan setara kas. Modal yang dikelola oleh
manajemen adalah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan
kepentingan nonpengendali.
IV. Laporan Laba dan Rugi

1. Penjualan Bersih
Pada tahun 2018, Perseroan membukukan penjualan bersih yang tumbuh 7,4%
dari Rp2,57 triliun pada tahun 2017 menjadi Rp2,76 triliun. Penjualan Perseroan terdiri
dari penjualan segmen usaha Jamu Herbal dan Suplemen, Makanan dan Minuman serta
Farmasi. Semua segmen memberikan kontribusi pertumbuhan penjualan dibandingkan
tahun sebelumnya.
Segmen Jamu Herbal memberikan kontribusi atas penjualan bersih Perseroan
sebesar 66,7%. Segmen ini tumbuh 9,1% dari Rp1,69 triliun pada tahun 2017 menjadi
Rp1,84 triliun. Produk Tolak Angin dan Tolak Linu menjadi kontributor utama
pertumbuhan pada segmen ini. Penjualan Segmen Makanan dan Minuman juga
mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,1% dari Rp794,97 miliar pada tahun 2017 menjadi
Rp819,50 miliar.

Kenaikan ini terutama berasal dari produk Kuku Bima Ener-G yang meraih
pertumbuhan penjualan positif. Segmen Makanan dan Minuman menyumbang 29,7%
atas penjualan bersih Perseroan. Penjualan segmen Farmasi berkontribusi sebesar 3,6%
atas penjualan bersih Perseroan dan segmen Farmasi tumbuh 13,2% dari Rp88,52 miliar
pada tahun 2017 menjadi Rp100,18 miliar.
2. Beban Pokok Penjualan
Pada tahun 2018, beban pokok penjualan Perseroan turun 3,6% dari Rp1,39
triliun di tahun 2017 menjadi Rp1,34 triliun. Penggunaan bahan baku merupakan
komponen terbesar pada beban pokok penjualan yaitu sebesar 78,1%. Di tahun 2018
Penggunaan bahan baku turun dari Rp1,08 triliun pada tahun 2017 menjadi Rp1,05
triliun. Penurunan penggunaan bahan baku merupakan hasil dari efisiensi biaya sebagai
dampak peningkatan tingkat hasil ekstraksi bahan baku herbal yang lebih tinggi melalui
teknologi modern yang dimiliki oleh entitas anak PT Semarang Herbal Indo Plant
(SHIP).

Beban produksi tidak langsung juga mengalami penurunan 17,5% dari Rp209,22
miliar di tahun 2017 menjadi Rp172,61 miliar. Penurunan beban produksi terutama
disebabkan oleh akun biaya royalti. Pada bulan Maret 2018, Perseroan telah
menandatangani perjanjian pengalihan rahasia dagang dari keluarga Hidayat melalui
CV Mekar Subur kepada Perseroan.
Berdasarkan segmen usaha, beban pokok penjualan Jamu Herbal di tahun 2018
turun 7,3% menjadi Rp687,37 miliar, karena efisiensi proses ekstraksi bahan baku
herbal. Beban pokok penjualan segmen Makanan dan Minuman juga turun 0,4%.
Sebaliknya, biaya pokok penjualan segmen Farmasi naik 9,2%.
3. Laba Kotor
Peningkatan penjualan bersih dan penurunan beban pokok penjualan
menghasilkan laba kotor yang meningkat 20,2% dari Rp1,18 triliun di tahun 2017
menjadi Rp1,42 triliun. Marjin laba kotor naik dari 46,0% menjadi 51,5%.
Marjin laba kotor segmen Jamu Herbal naik dari 56,2% di tahun 2017 menjadi
62,7%, peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan penjualan dan efisiensi biaya yang
dilakukan sepanjang tahun 2018. Segmen Makanan dan Minuman serta segmen Farmasi
juga mengalami kenaikan marjin laba kotor menjadi masing-masing 29,2% pada tahun
2018.
4. Beban Operasional
Beban Operasional adalah beban yang dicatat terkait dengan kegiatan
operasional dalam menjalankan kegiatan penjualan dan kegiatan umum. Pada tahun
2018, Perseroan mencatatkan kenaikan beban operasional sebesar 10,3% dari Rp558,96
miliar menjadi Rp616,76 miliar. Komposisi beban operasional Perseroan adalah 67%
beban penjualan dan pemasaran serta 33% beban umum dan administrasi.
Beban penjualan dan pemasaran naik 13,7% dari Rp364,20 miliar di tahun 2017
menjadi Rp414,05 miliar. Kenaikan ini terutama karena kenaikan pada akun beban iklan
dan promosi sebesar 14,1% menjadi Rp284,63 miliar di tahun 2018 yang bertujuan
untuk mendorong pertumbuhan penjualan sehubungan dengan adanya penambahan
kapasitas dari fasilitas produksi baru di awal tahun 2019.
Beban umum dan administrasi juga naik 4,1% dari Rp194,76 miliar di tahun
2017 menjadi Rp202,71 miliar. Peningkatan ini terutama datang dari akun gaji,
tunjangan dan imbalan pasca kerja yang naik 11,2% menjadi Rp162,05 miliar pada
tahun 2018. Pendapatan dan Beban Operasi Lainnya
5. Pendapatan dan Beban Operasi Lainnnya
Pendapatan lain-lain turun 1,0% dari Rp17,44 miliar pada tahun 2017 menjadi
Rp17,26 miliar. Kontribusi terbesar datang dari laba selisih kurs sebesar Rp7,73 miliar
dan penghasilan sewa sebesar Rp6,34 miliar. Sedangkan beban lain-lain turun 80,8%
dari Rp2,94 miliar pada tahun 2017 menjadi Rp564 juta. Penurunan ini terutama berasal
dari akun beban bunga dan denda pajak.
6. Laba Operasi
Pada tahun 2018, laba operasi naik 28,8% dari Rp640,2 miliar di tahun 2017
menjadi Rp824,33 miliar. Marjin laba operasi meningkat menjadi 29,8% dibandingkan
24,9% pada tahun sebelumnya.
7. Penghasilan dan Beban Keuangan
Perseroan mencatat penghasilan keuangan sebesar Rp43,65 miliar di tahun 2018,
naik 3,3% dari Rp42,24 miliar. Sedangkan beban keuangan turun 76% dari Rp588 juta
pada tahun 2017 menjadi Rp141 juta. Hingga 31 Desember 2018, Perseroan tidak
memiliki pinjaman kepada bank ataupun lembaga keuangan lainnya.
8. Laba Tahun Berjalan
Perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk naik 24,4% dari Rp533,80 miliar pada tahun 2017 menjadi
Rp663,85 miliar. Kenaikan laba tahun berjalan sejalan dengan usaha Perseroan yang
terus berupaya meningkatkan penjualan dan efisiensi biaya untuk mendapatkan tingkat
profitabilitas yang maksimal.
Marjin laba bersih di tahun 2018 meningkat dari 20,7% di tahun 2017 menjadi
24,0%. Rasio laba bersih terhadap aset (ROA) dan rasio laba bersih terhadap ekuitas
(ROE) masing-masing sebesar 19,9% dan 22,9%, naik dari 16,9% dan 18,4% pada
tahun 2017.
9. Jumlah Penghasilan Komprehensif Tahun Berjalan
Perseroan mencatat rugi komprehensir lain tahun berjalan sebesar Rp3,18 miliar,
turun 71,3% dari Rp11,08 miliar pada tahun sebelumnya. Dengan demikian jumlah
penghasilan komprehensif tahun berjalan menjadi sebesar Rp660,67 miliar, naik 26,4%
dari Rp522,72 miliar pada tahun 2017.
V. Laporan Arus Kas

Pada akhir tahun 2018, Perseroan mencatat kenaikan kas neto yang diperoleh
dari aktivitas operasi sebesar 32,1% dari Rp640,70 miliar di awal tahun menjadi
Rp846,39 miliar. Penerimaan kas dari pelanggan naik menjadi Rp2,80 triliun dari
Rp2,53 triliun di tahun sebelumnya. Sedangkan pembayaran kas kepada pemasok turun
dari Rp1,22 triliun di tahun 2017 menjadi Rp1,11 triliun.
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp288,7 miliar,
yang terutama digunakan untuk perolehan aset tetap sebesar Rp114,32 miliar dan
penambahan uang muka pembelian aset tetap sebesar Rp132,64 miliar.
Penggunaan kas pada aktivitas pendanaan terutama untuk pembayaran dividen
kas dari laba bersih tahun buku 2017 sebesar Rp431,62 miliar dan pembayaran dividen
kas interim dari laba interim pada bulan Juni 2018 dan pada bulan November 2018
sebesar Rp223,27 miliar. Total kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan di
tahun 2018 adalah sebesar Rp653,92 miliar.

VI. Analisis Rasio-Rasio


A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu
perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka
pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang
jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang bila tidak disebut ilikuid. Rasio
likuiditas bertujuan menguji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan
perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi. Rasio
likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan
antara lain:
1. Current Ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio
memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar.
Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya.
Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang
gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar.
Ratio 2018 2017
Current Ratio 4,2 7,8
Nilai current ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan
mampu membayar kewajiban jangka pendeknya. Kemampuan dari tahun 2017 ke tahun
2018 menurun dikarenakan terdapat pembayaran DIviden kepada para pemegang
saham. Selain pembayaran Dividen, pembangunan fasilitas produksi cairan obat dalam
II (COD II) pada tahun 2018.
2. Cash Ratio
Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi
uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang
disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran.
Ratio 2018 2017
Cash Ratio 2,2 4,3
Nilai cash ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan mampu
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan kas dan setara kas. Cash ratio dari
tahun sebelumnya menurun yaitu dari 4,3% dan turun menjadi 2,2%. Mungkin para
cash creditor atau stakeholder tidak menyukai cash ratio yang menurun tetapi untuk
menunjang perusahaan yang lebih baik lagi dengan pembayaran kas dan setara kas
untuk pembangunan fasilitas-fasilitas baru di tahun 2018.
3. Quick Ratio
Quick ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar.
Ratio 2018 2017
Quick Ratio 3,4 6,5
Nilai quick ratio menurun dari tahun sebelumnya, rasio yang menurun ini tidak
tanpa sebab karena pembangunan fasilitas besar-besaran pada tahun 2018
memungkinkan banyaknya hutang jangkan pendek yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan sehingga jika dikatakan produktif makan akan tetap produktif pada masa
yang akan datang bahkan kenaikan pada tahun 2019 diperkirakan akan melejit naik
signifikan.
B. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur dan membantumengendalikan pendapatan,
yaitu dengan cara memperbesar penjualan,memperbesar margin, mendapatkan manfaat
yang lebih besar dari pengeluaran biaya-biaya, dan atau kombinasi ketiga hal ini.
Rasio profitabilitas mengukur keberhasilan menajemen sebagaimana
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Pertumbuhan
profitabilitas ini ditandai dengan perubahan profit margin on sales. Dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi berarti perusahaan akan beroperasi pada tingkat biaya rendah
yang akhirnya akan menghasilkan labayang tinggi. Dengan semua rasio profitabilitas,
perbandingan dari sebuah perusahaan dengan perusahaan serupa dapat dinilai dengan
pasti. Hanya dengan melakukan perbandingan dapat menilai apakah profitabilitas dari
suatu perusahaan baik atau jelek.
1. Gross Profit Margin
Adalah ukuran presentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah perusahaan
membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi margin laba kotor, maka semakin
baik dan secara relative semakin rendah harga pokok barang yang dijual. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotordengan penjualan
yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menggambarkan efisiensi yang dicapai bagian
produksi.
Ratio 2018 2017
Gross Profit Margin 51,5 46
Dalam hal menentukan efisiensi dari pendapatan maka margin laba kotor lebih
baik karena hasilnya belum mengalami pengurangan oleh beban-beban selain beban
untuk membuat produknya yaitu seperti beban administrasi, beban keuangan, beban
lain, dll.
2. Net Profit Margin
Net profit margin adalah ukuran presentase dari setiap hasil penjualan sesudah
dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak.
Ratio 2018 2017
Net Profit Margin 24 20,7
Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungandengan membandingkan
antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio
inimenunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. Jika margin laba kotor
tidak mengalami perubahan berarti margin laba bersih justru turun sangat drastis. Hal
ini berarti kemungkianan meningkatnya biaya tidak langsung yang relatif tinggi
terhadap penjualan, atau mungkin juga karena beban pajak yang juga tinggi untuk
periode tersebut.
3. Return on Equity (ROE)
ROE menunjukkan keuntungan yang sebenarnya dari investasi yang dilakukan
oleh perusahaan. ROE menunjukkan pengembalian yang diperoleh pemilik (baik
pemegang saham prefen dan sahan biasa) atas investasi di perusahaan. Rasio ini
digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini
juga menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Ratio 2018 2017
Return on Equity (ROE) 22,9 18,4
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiriyang
dilakukan pihak manajemen perusahaan. Semakin tingginya modal dari tahun ke tahun
menampilkan bahwa penggunaan modal tahun 2018 lebih effisien dibandingkan dengan
penggunaan modal di tahun sebelumnya.
4. Return on Assets (ROA)
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi
pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan
dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan.
Ratio 2018 2017
Return on Assets (ROA) 19,9 16,9
Semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin bagus karena itu berarti pihak
manajemen mampun meminimalisir semua beban dalam proses bisnisnya dengan baik.
Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan
kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan
sebaliknya.

C. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang
jangka panjang, baik hutang pokok maupun bunganya. Kemampuan membayar hutang
jangka panjang bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
kerana cicilan utang pokok maupun bunganya menurut kelaziman dibayar dengan dana
kas, dan besarnya dana kas sangat ditentukan oleh besarnya laba yang masuk ke dalam
perusahaan dalam bentuk uang kas.
1. Debt to Equity
Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor)dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi
untukmengetahui setiap rupiah modaal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Ratio 2018 2017
Debt to Equity 15 9
Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang
mungin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan
semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan
yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika
terjadikerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan
petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.
2. Debt to Assets
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukurperbandingan antara
total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapabesar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
Ratio 2018 2017
Debt to Assets 13 8
Dari hasil pengukuran, rasio mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya,
artinya pendanaan dengan utang semakin banyak maka semakin sulit bagi
perusahaanuntuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan
tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya.

D. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkansemua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini
melibatkan perbandingan antaratingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis
aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang
layak antara penjualan dan beragam unsur aktivamisalnya persediaan, aktiva tetap dan
aktiva lainnya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan
semakin besarnya danakelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan
tersebut akan lebih baik biladitanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
1. Working Capital Turnover
Rasio perputaran modal kerja adalah perbandingan antara penjualan dengan
modal kerja bersih suatu perusahaan. Nilai modal kerja bersih diperoleh dari aktiva
lancar dikurangi utang lancar. Rasio ini mengukur aktivitas bisnis yang dibandingkan
dengan kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar sehingga banyaknya penjualan
(dalam rupiah) yang diperoleh perusahaan untuk setiap rupiah modal kerja dapat
terlihat.
Ratio 2018 2017
Working Capital Turnover 2,3 1,8
Modal kerja dikatakan efektif berputar dalam perusahaan selama perusahaan
yang bersangkutan melakukan kegiatan operasional usaha. Periode perputaran modal
kerja (working capital turn over period) dimulai dari kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja hingga kembali menjadi kas. Semakin pendek
periode tersebut berarti perputaran (turn over rate) semakin cepat.Periode perputaran
modal kerja tergantung durasi periode perputaran dari setiap komponen modal kerja
tersebut.
2. Fixed Assets Turnover
Rasio perputaran akltiva tetap adalah perbandingan antara penjualan dengan
aktiva tetap yang dimiliki suatu perusahaan. Fixed assets turn over ratio ini mengukur
efektivitas pemakaian dana yang tertanam pada harta (aktiva) tetap seperti pabrik dan
peralatan untuk menghasilkan penjualan yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap tersebut.
Ratio 2018 2017
Fixed Assets Turnover 1,8 1,6
Fixed assets turnover PT. Sidomuncul meningkat 0,2% dari tahun 2017 ke tahun
2018. Rasio ini berfungsi untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya secara efektif sehingga pendapatan meningkat yang dicatat
sesuai jenis jenis laporan keuangan. Jika perputarannya lambat (rendah), maka kapasitas
akan terlalu besar atau ketersediaan aktiva tetap banyak sehingga kurang bermanfaat.
Kemungkinan lain yang terjadi yaitu investasi pada aktiva tetap biasanya berlebihan
daripada nilai output yang diperoleh. Semakin tinggi rasio ini maka pemakaian aktiva
tetap semakin efektif.
3. Total Assets Turnover
Total assets turnover merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan/
pendapatan.
Ratio 2018 2017
Total Assets Turnover 0,82 0,81
Pendapatan PT. Sidomuncul meningkat 0,01% dari tahun 2017 ke 2018.
Peningkatan penjualan ini setara dengan peningkatan total aset yang dimiliki oleh PT.
Sidomuncul.
Menurut standar industri, nilai minimum total assets turnover adalah 2. Artinya
nilai total assets turnoer yang didapatkan PT. Sidomuncul masih dibawah batas
minimum. Hal tersebut dapat diartikan bahwa PT. Sidomuncul belum dapat mengelola
aktivitasnya dengan baik.

VII. Posisi Kondisi Keuangan Perusahaan

Berdasarkan apa yang sudah kami presentasikan satu-persatu dari studi kasus
berbagai macam perusahaan dan berbagai macam jenis produk, maka kami membatasi
untuk membahas posisi keuangan seluruh perusahaan berdasarkan jenis rasio yang
sudah kami hitung berdasarkan masing-masing studi kasus yang sudah kami ambil.
Disini saya membahas Sido Muncul dimana perusahan ini merupakan perusahan
farmasi dan herbal yang sangat berbeda dari perusahaan lainnya. Namun, jika
dibandingkan dengan perusahaan lainnya, ada beberapa rasio PT. SidoMuncul yang
masih dibawah perusahaan menunjukkan kondisi kesehatan keuangan masih dibawah
dan bahkan masih berada dibawah standar industri.
Dilihat dari rasio likuiditas, PT. Sidomuncul memiliki nilai yang cukup tinggi
untuk melunasi semua utang-utangnya. Dari current ratio bisa kita lihat bahwa PT.
Sidomuncul menempati posisi kedua dari semua perusahaan. Nilai current ratio yang
tinggi menunjukkan perusahaan mampu melunasi aktiva dengan baik dengan standar
diatas 2. Nilai cash ratio yang ditunjukkan pada tabel diatas juga memiliki nilai yang
cukup tinggi dimana nilai kas nya digunakan untuk membangun fasilitas baru di periode
terbaru ini. Pada nilai quick ratio nya bisa dilihat bahwa perusahaan saat ini
mengeluarkan hutang jangka pendek yang lumayan besar untuk menutupi rugi di
perusahaan.
Pada rasio profitabilitas bisa dilihat bahwa PT. Sidomuncul unggul dalam hal
pendapatannya. Rasio profitabilitas mengukur keberhasilan menajemen sebagaimana
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Pertumbuhan
profitabilitas ini ditandai dengan perubahan profit margin on sales. Dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi berarti perusahaan akan beroperasi pada tingkat biaya rendah
yang akhirnya akan menghasilkan laba yang tinggi. Tetapi dibandingkan dengan
pendapatan kotor dan pendapatan bersihnya perusahaan, ROA dan ROE perusahaan
juga memiliki nilai yang cukup tinggi dimana pada ROE angka rasio meningkat dan
ROA juga meningkat cukup signifikan. Penggunaan modal dan aktiva dari PT.
Sidomuncul menjadi semakin baik jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang
memiliki nilai rendah bahkan ada yang sampai dibawah rata-rata standar industri.
Perseroan mengelola struktur permodalan dan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan kondisi ekonomi. Untuk memelihara dan menyesuaikan struktur permodalan,
Perseroan dapat menyesuaikan pembayaran dividen kepada pemegang saham,
menerbitkan saham baru atau mengusahakan pendanaan melalui pinjaman.
Meskipun rasio profititabilitas dari PT.Sidomuncul baik belum tentu juga
utangnya tidak ada. Jika dilihat dari tabel diatas, debt to assets ratio mengalami
peningkatan utang pada ekuitas perusahaan. Rasio liabilitas terhadap jumlah aset
menunjukkan posisi yang tetap di 0,13x pada tahun 2018 yang hanya sekitar 13% atas
nilai aset Perseroan yang dibiayai oleh liabilitas. Rasio ini menunjukkan posisi
kewajiban Perseroan yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai aset yang
dimiliki oleh Perseroan pada posisi keuangan 31 Desember 2018. Jika melihat kondisi
rasio liabilitas terhadap ekuitas dihadapkan pada nilai 15% atau sekitar 0,15 kali yang
menunjukkan posisi hutang terhadap ekuitas lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Sumber dan kegunaan kas setiap aktivitas pada rasio aktivitas secara
keseluruhan kurang baik. Pada aktivitas operasi perusahaan menghasilkan arus kas
positif. Dibandingkan pada tahun sebelumnya, pada tahun 2018 nilai rasio aktivitas
meningkat yang diindikasikan cenderung sedikit melakukan transaksi investasi.
Sedangkan pada aktivitas pendanaan perusahaan terlihat lebih banyak melakukan
pengeluaran pada pada tahun 2018. Jika dibandingkan pada perusahaan lainnya, rasio
aktivitas yang ditampilkan menunjukkan angka yang cukup tinggi dimana pada tahun-
tahun sebelumnya yang lebih tinggi pula. Disini dapat diimplikasikan bahwa perusahaan
dapat mengelola aktivitas pengembalian keuangannya belum baik dari tahun ke tahun.
Melihat nilai yang ditampilkan pada tabel diatas dapat menunjukkan berbagai
macam cara suatu perusahaan dalam mengelola keuangannya. Tidak adanya standar
yang kuat dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan diatas menyebabkan
perusahaan-perusahaan tersebut hanya menstandarkan industri mereka dengan standar
yang ada di media (karena keterbatasan informasi). Tidak ada perusahaan yang mau
pasang surut maupun bangkrut karena setiap perusahaan pasti ingin mendapatkan
keuntungan yang besar dari modal yang seminimal mungkin. Jika ada perusahaan yang
terlihat tidak berkembang, mungkin ada beberapa yang harus diperbaiki dari segi yang
paling penting dahulu yaitu pengelolaan keuangan mereka atau ada beberapa yang harus
dikorbankan terlebih dahulu untuk mendapatkan suatu yang baik kedepannya.
Jika dinilai dari satu periode saja akan sangat terlihat jelas mana perusahaan
yang unggul dan mana perusahaan yang bisa menurun produktivitasnya di periode
tersebut. Beda halnya jika perusahaan-perusahaan tersebut memberikan data dari tahun-
tahun sebelumnya karena akan terlihat sangat signifikan. Contohnya saja, penurunan
rasio likuiditas PT.Sidomuncul pada tahun 2018 yang menunjukkan penurunan yang
bisa dikatakan signifikan dari tahun sebelumnya yang dikarenakan pada tahun 2018 ini
PT. Sidomuncul memiliki misi untuk membangun fasilitas baru yaitu alat filling untuk
cairan obat dalam (COD) yang bisa dikatakan bahwa pengeluaran yang besar tetapi
untuk mendapatkan hasil yang besar juga kedepannya. Misi dari industri ada berbagai
macam dan pasti berubah dari tahun ke tahun apalagi perusahaan itu mau untuk terus
berkembang jadi pasti ada berbagai macam permasalahan di tiap periode atau apa yang
mereka fokuskan pada periode tersebut.

VIII. Kesimpulan
A. PT. Sidomuncul sebagai industri farmasi dan herbal saat ini berfokus pada utang
jangka pendek perusahaan. Jika dilihat dari kas dan setara kas mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Penekanan utang usaha pada periode 31
Desember 2018 menunjukkan bahwa penguatan di sektor produksi untuk
kepentingan perusahaan kedepannya sehingga hingga akhir periode tahun 2018,
perseroan tidak memiliki pinjaman keuangan baik dari bank ataupun lembaga
keuangan lainnya.
B. Berdasrkan kesehatan keuangan perusahaan. PT. SIDO MUNCUL merupakan
perusahaan dengan keuangan yang sehat dan prospektif jika dilihat dari rasio
likuiditas, solvabilitas, dan provitabilitas. Namun, Jika dilihat dari rasio aktivitas
atau keefektifan suatu perseroaan, perusahaan dinilai masih kurang efektif dalam
mengelolaan bisnisnya karena masih minimnya pendapatan dari penjualan.
Sehingga seperti yang dicanangkan sejak 2015 perusahaan terus melakukan
penambahan plant produksi dan ekspansi hingga keluar negeri untuk
meningkatkan market sharenya.
C. Jika dibandingkan dari laba dan rugi perusahaan dari tahun sebelumnya dapat
dilihat bahwa lrugi perusahaan bisa ditekan dengan baik dan meningkatkan laba
serta kemampuan untuk membayar utang perusahaan semakin membaik dari
tahun ke tahun
D. Berbagai macam kepentingan perusahaan pada tiap periode memungkinkan
perubahan rasio (baik naik maupun turun) sehingga tidak bisa berpacu pada satu
periode saja yang melihat apakah perusahaan terkait untung atau rugi.

IX. Sumber
Annual Report .Laporan Keuangan Konsolidasian Tanggal 31 Desember 2018 PT.
Sidomuncul Tbk : Continuosly Improving The Quality Of Life

Kuswadi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan bagi Orang Awam. PT. Elex Media
Komputindo. Kelompok Gramedia. Jakarta

Sugiono, Arief., dan Edy Untung. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan
Keuangan (Pengetahuan Dasar bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan).
Grasindo. Jakarta

Zahir. 2017. Mengenal Analisa Ratio Keuangan : https://zahiraccounting.com/id/blog/


mengenal-analisa-ratio-keuangan/

Anda mungkin juga menyukai