“Autobiografi”
DINAS PENDIDIKAN
SMAN 3 PONOROGO
TAHUN 2016/2017
Ketika rembulan akan berganti surya, embun pagi menggantung pada
selembar daun, perlahan hembusan angin mendesir menawarkan kesejukan pada
pori-pori. Saat adzan subuh berkumandang terdengar suara jeritan tangis yang
keras dari seorang bayi. Terlihat seorang bayi perempuan yang kecil mungil dan
lucu dengan berat badan sekitar 2,5 kg dan tinggi 50cm. Bayi perempuan itu adalah
aku. Pada saat itu aku pertama kali membuka mata dan menghirup udara segar.
Aku juga mendengar suara merdu alunan adzan pertama kali dari seorang laki-laki
yang berkumandang tepat didekatku. Lelaki itu adalah ayahku. Semenjak saat itu
aku memeluk agama islam.
Aku dilahirkan di Kota Ponorogo pada hari selasa kliwon, 09 Januari 2001,
tepatnya pada pukul 04.30 pagi, dirumah seorang bidan yang bernama bidang
Endang, bidan itu bertempat tinggal di jalan Kalimantan. Aku lahir didunia dari
sosok wanita yang sangat kuat dan berani yang mampu melahirkan aku, dia adalah
ibuku yang bernama Sulastri, dan seorang pria yang setia menemani ibuku saat
melahirkan aku, dia adalah ayahku yang bernama Mochmmad Zaenal Abidin. Aku
dan keluargaku berada dirumah bidan tersebut selama dua hari karena menunggu
keadaan ibuku pulih. Aku dilahirkan dengan normal dalam keadaan sehat walafiat.
Memang aku tidak sepenunya ingat dengan ceritaku pada masa lalu
tepatnya pada saat aku masih kecil, tapi aku masih sedikit-sedikit mengingat dari
cerita ibuku.
Pada saat aku lahir, hari itu bertepatan dengan hari raya idul fitri. Jadi,
semua saudara-saudaraku berkumpul menemui aku dirumah bidan Endang, dan
entah mengapa orangtuaku memberi sebuah nama yang sangat indah kepadaku
yaitu “Dyah Ayu Fitriana” , memang nama tersebut sederhana tetapi aku tahu
bahwa orangtuaku mempunyai sebuah alasan memilih nama tersebut, karena
mempunyai arti yang bermakna , yaitu Dyah yang berarti seorang putri, nama Ayu
mempunyai arti gadis cantik serta manis , dan Fitriana yang berarti suci (idul fitri).
Jadi “Dyah Ayu Fitriana” memiliki arti yaitu seorang putri cantik serta manis yang
lahir dibulan suci (fitri).
Aku anak pertama dari sebuah keluarga kecil yang sederhana. Aku memilik
adik yang bernama Muhammad Faadihilah Taftanzani. Ayahku bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebagai staf pemerintahan diKecamatan Siman,
Ayahku adalah seorang yang sangat sabar padaku, ia tidak pernah memarahi ku
walaupun aku sering tidak nurut padanya, sedangkan ibuku seorang ibu rumah
tangga sekaligus wiraswasta, ibuku adalah seorang wanita yang cantik, seorang ibu
yang sangat tegas padaku, dan sangat menyayangiku, selalu perhatian dengan
semua yang aku butuhkan.
Masa kecilku, aku habiskan dirumah kakek dan nenekku karena memang
pada saat itu ibu dan ayah ku belum memiliki rumah sendiri dan masih menetap
bersama orangtuanya. Kami tinggal didesa Joresan, Mlarak, Ponorogo. Menurut ku
Joresan adalah desa yang sangat bersih, hening, penduduknya sangat tentram, dan
agama islamnya kuat. Bahkan biasanya rumah nenekku menerima kos para santri
yang bersekolah diMadrasah Tsanawiyah dan Aliyah Al-Islam. Santi-santri
tersebut menjadi seperti kakakku sendiri karena mereka selalu bersamaku.
Biasanya sepulang sekolah mereka selalu mencariku. Mereka menemaniku
bermain dan bila aku menangis dia selalu menghiburku agar tidak menangis lagi.
Aku sangat bahagia tinggal dirumah ini. Tak hanya para santri disini aku juga
mempunyai banyak teman, dan juga saudaraku. Setiap hari saudaraku yang
bernama Nadin selalu kerumah ku, kami bermain bersama hingga bosan sampai-
sampai kami ketiduran.
Setiap sore ayah dan ibuku mengajak jalan-jalan berkeliling desa, ayahku
yang menggendong aku dan ibuku sambil menyuapi aku makan. Kami berkeliling-
keliling sampai makanan ku habis. Setelah itu ibuk ku mengajak pulang untuk
mandi.
Belajar dan Berusaha
Pada saat itu aku mulai berlatih berbicara dengan benar. Aku diajari ibuku
berbicara. Aku menirukan beberapa kata yang diucapkan ibuku dan satu kata
pertama kali yang saya ucapkan dan ingat adalah kata ibu karena ibu yang
mengajariku berbicara. Selanjutnya aku diajari untuk mengucapkan kata ayah,
pertamanya aku belum bisa namun aku tak pantang menyerah, aku terus berlatih
dan berlatih sampai aku bisa berbicara dengan benar. Langkah yang saya tempuh
untuk bisa berbicara dengan benar adalah terus mengulangi kata-kata yang yang
pernah diajari ibuku sampai aku benar-benar bisa berbicara. Beberapa minggu
kemudian, aku bisa berbicara dengan benar, walaupun belum terlalu lancar, dan
satu huruf yang belum saya bisa adalah huruf “R”, menurut saya huruf tersebut
sulit dibicarakan.
Beberapa bulan, aku ingin belajar berdiri. Pertamanya aku agak takut, tapi
aku terus berusaha. Aku belajar dengan berpegangan benda-benda yang ada
disekelilingku seperti meja, kursi. Aku juga dibantu ibuku untuk belajar berdiri,
aku dipegangi terus karena aku merasa takut. Saat pegangan tangan ku dilepas oleh
ibuku aku langsung terjatuh, tetapi aku tidak menangis. Dengan penuh semangat
aku kembali berjuang supaya aku dapat berdiri sendiri. Aku tak pantang menyerah
3 hari kemudian aku sudah bisa berdiri namun belum bisa berjalan.
Kala sang mentari muncul, aku terbangun dari tidurku, aku mencari ibu
untuk mengajari aku berjalan. Pada waktu itu aku hanya bisa berdiri, namun saat
ibuku bilang dek ayolah pegang tangan ibu dan berjalan sedikit-sedikit. Setelah
ibuku berkata seperti itu aku mulai belajar berjalan dengan perlahan-lahan. Ibuku
selalu mengajariku dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Dengan penuh
semangat aku berani berjuang agar bisa berjalan. Aku tak letih untuk berusaha,
setiap kali aku jatuh, aku langsung berdiri lagi dan lagi, walaupun aku tahu jatuh
itu rasanya sangat sakit, tetapi aku menahan rasa sakit tersebut agar aku bisa
berjalan dengan lancar karena apa? Karena aku adalah seorang anak yang tak
mudah putus asa.
Aku ingat pada saat aku sedang belajar berjalan dan pada saat itu juga aku
tidak ditemani oleh kedua orangtuaku bahkan nenek dan kakekku, karena nenek
dan ibuku sedang memasak didapur dan ayahku sedang bekerja , pada saat aku
sedang berlatih berjalan, karena tidak ada yang mengawasi dan lagipula aku juga
belum lancar berjalan, dengan tak sengaja aku melihat seekor kucing dibawah meja
makan. Aku melihat kucing tersebut karena kucingnya sangat menggemaskan dan
lucu , karena aku orangnya suka ingin tahu, jadi aku memegang ekor kucing
tersebut dengan spontan kucing tersebut langsung mencakar mata ku,, seketika itu
aku langsung menangis dengan sangat keras. Karena suara tangisan tersebut sangat
keras, ibu dan nenek ku langsung berlari mencari dimana suara tangisan itu berada,.
Ibuku langsung segera menggendongku dan membawa kebidan terdekat dari
rumahku. Semua keluarga ku sangat panik karena darah yang ada dimataku
mengalir sangat banyak, takutnya kalau yang diterkena cakar itu bola mataku,
saking paniknya ibu dimarahi oleh nenekku, karena tidak mengawasiku dengan
benar. Saat dirumah bidan aku diperiksa, untung saja mataku tidak kenapa-kenapa
hanya luka sedikit tepat ditas bulu mata. Semenjak kejadiaan itu ibu ku selalu
mengawasiku dan aku mulai berhati-hati, aku tidak mau gegabah lagi, karena luka
seperti itu rasanya menyakitkan sekali.
Setelah beberapa minggu, luka dimata ku sembuh, aku mulai berlatih
berjalan lagi, kali ini aku sangat berhati-hati. Saat aku sedang berlatih ibuku selalu
menemani dan mengawasiku. Beberapa pekan kemudian, aku sudah bisa berjalan,
walaupun sesekali aku terjatuh. Aku mulai berjalan bahkan berlari kesana kemari.
Aku sudah bisa berjalan dengan lancar dan benar. Sekarang aku tidak dipegangi
ibukku lagi, aku sangat senang sudah bisa berjalan.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, kalender
berganti kalender, dengan seiring berjalannya waktu, tak terasa kini umurku sudah
mengijak 2 tahun. Sekarang aku sudah besar, aku melihat teman-temanku sudah
mulai belajar bersepeda, aku juga menginginkan itu. Aku meminta kepada ibuku
untuk dibelikan sepeda. Setelah aku meminta sepeda beberapa hari kemudian aku
diajak ketoko sepeda untuk membeli sepeda. Aku memilih sepeda yang sesuai
untukku yaitu yang berroda 3 kalo gak 4, aku memilih warna yang kusukai yaitu
warna ungu. Ibuku langsung membayar sepeda tersebut dan membawanya pulang.
Sesampainya dirumah aku langsung belajar bersepeda, karena rodanya 4 jadi tidak
perlu ibuku memegangiku. Aku berkeliling-keliling sekitar rumah. Aku sangat
senang mempunyai sepeda, setiap sore aku bersepedahan dengan teman-temanku,
walaupun cuma didepan rumah tapi mengasikkan sekali. Setelah dilihat ibukku aku
sudah bersepeda dengan mahir, roda sepeda dilepas satu yaitu yang sebelah kiri.
Pertamanya aku agak takut, tapi terus kucoba. Aku dipegangi ibuku, setelah dilihat
agak seimbang, pegangan ibuku dilepas, aku langsung bisa bersepeda. Beberapa
hari kemudian roda yang satunya lagi dilepas yaitu yang sebelah kanan.
Aku merasa takut karena roda kanan kiri sudah dilepas, tapi aku dibantu
ibuku untuk belajar bersepeda dengan tidak menggunakan roda kanan kiri, aku
dipegangi ibukku terus sampai aku bersepeda dengan seimbang. Tapi saat
pegangan ibuku dilepas aku langsung terjatuh, seketika itu aku agak menangis,
karena kaki ku berdarah, lalu kaki ku diobati oleh ibu, beberapa hari lukaku
sembuh. Setelah sembuh dengan penuh semangat aku kembali berjuang supaya aku
bisa bersepeda dengan lancar tidak dengan bantuan ibuku lagi. Dengan seiring
berjalannya waktu aku sudah bisa besepeda dengan lancar tanpa bantuan ibuku
lagi.
Taman Kanak-kanak
Malam pun perlahan mulai menghilang, sang mentari menyemburkan
sinarnya, memberi kehangatan bagi kehidupan. Waktu demi waktu pun telah
terlewati. Tak terasa umurku sudah bertambah, kini umurku sudah 3,5 tahun.
Dua tahun pun telah berlalu, dua tahun itu aku habiskan dirumah nenek dan
kakek ku, namun kini orangtuaku sudah membeli rumah di Perumahan Asabri
tepatnya blog G nomer 2, Pijeran Siman Ponorogo. Rumah tersebut sederhana
tetapi nyaman untuk ditinggali. Aku pindah ditempat tersebut, pertamanya aku
masih belum mengenal lingkungan tersebut, namun tak kusangka rumah budhe ku
tepat didepan rumahku, dan rumah paman ku juga didepan rumah agak keutara
sedikit, jadi aku disini merasa sangat senang karena saudara-saudara ku juga
bertempat tinggal disini.
Aku juga tidak merasa kesepian karena disini banyak sekali teman,
walaupun sebenarnya aku belum tahu namanya. Tapi aku mencoba berkenalan satu
demi satu. Setelah berkenalan aku sudah tahu siapa nama teman-temanku. Ada
yang bernama sofia, dia juga saudaraku karena dia adalah anak dari pamanku
sendiri, dia sekaligus menjadi temanku untuk bermain, disini juga ada yang
bernama Dias, Beni, Ima, Tiwi, Fano, dan masih banyak lagi.
Mentari sudah terlihat dari ufuk timur, kini sudah saatnya aku untuk
mengenal pendidikan. Kedua orang tuaku memberikan pembekalan pendidikan
sejak dini melalui lembaga pendidikan yaitu Taman Kanak-Kanak atau biasa
disebut masyarakat dengan sebutan TK.
Aku didaftarkan di TK/RA Muslimat NU. Karena umurku masih tiga tahun
jadi aku belum masuk kelas A, padahal aku mengingikan masuk dikelas A, namun
ibuku berkata di kelas playgroup lebih menyenangkan, disana banyak teman dan
banyak mainan. Karena ibuku berkata seperti itu jadi aku menurut untuk masuk
dikelas playgroup.
Pada saat aku kecil aku biasa dipanggil “Ayu” oleh teman-temanku
maupun lingkungan sekitarku. Saat sepulang dari mendaftar sekolah aku diajak
ibuku untuk membeli perlengkapan sekolah, karena aku belum mempunyai
perlengkapan sekolah seperti buku, kotak pensil, sepatu, tas, dan lain-lain. Aku
memilah milah barang-barang yang menurutku bagus dan cocok untuk ku. Aku
membeli buku yang kecil dengan motif batik, aku membeli 10 biji. Kemudian aku
membeli tas dan sepatu yang sesuai dengan ukuranku.
Pada hari pertama aku sekolah, aku diantar ibuku kesekolah. Disana aku
masih merasa bingung, sebenarnya disana banyak teman namun aku belum
mengenalinya, hanya ada satu orang yang aku kenali yaitu sofia karena dia adalah
saudaraku sendiri. Dikelas aku juga menjumpai banyak permainan seperti ayunan,
dan ada juga bangku yang berwarna-warni. Dikelas, aku hanya bermain bersama
sofia dan aku juga duduk bersama sofia, tetapi dikelasku ada banyak bangku warna-
warni, jadi aku harus memilih warna favoritku yaitu ungu. Setelah jam pelajaran
dimulai, ibu guru menyuruh semuanya untuk maju satu persatu untuk berkenalan.
Pada saat itu aku baru mengerti dan baru tahu nama-nama teman-temanku. Dikelas
ku terdapat 15 siswa playgroup. Nama-nama temanku yang sampai sekarang masih
ku ingat adalah Fano, Alfi, Bayu, Uswa, Dita, Ina, Tita, Fahmi, Dayu dan masih
banyak lagi teman-temanku, karena aku juga sedikit lupa siapa saja teman-temanku
di TK.
Cerita saat TK memang mungkin cerita yang indah untuk dikenang, yang
ada dipikiranku saat itu hanyalah bermain, tertawa, bersenang-senang. Dengan hati
yang polos, tidak ada dendam, tidak ada iri, tidak mengenal kesombongan, semua
itu berjalan begitu saja. Walaupun kadang aku masih ada sedikit rasa iri pada
teman-temanku, aku tidak ingin ketinggalan dari anak lain.
MASA SEKOLAH DASAR
Semilir angin dingin membasahi embun pagi, terdengar suara decit kicau
burung pertanda fajar tersenyum, membangunkanku dari lelap tidur yang indah,
aku membuka mata, menyambut senyum mentari pagi. Tak terasa kini aku sudah
besar, umurku sudah bertambah, kini umurku 6,5 tahun. Setelah aku mendapat
ijazah TK, aku ingin melanjutkan ke Sekolah Dasar, Aku didaftarkan ibuku di SDN
1 Pijeran. SD tersebut tidak jauh dari rumah ku, jaraknya kurang lebih 300 meteran,
sehingga jika saya ingin kesekolah cukup dengan bersepeda saja, jadi tidak perlu
menggunakan sepeda motor.
Hari pertama aku masuk Sekolah Dasar aku diantar ibuku, sesampai
disekolah aku merasa malu-malu, tapi lama-kelamaan aku tidak malu lagi. Tapi
perasaan ku bersekolah diSD sangat senang dan aku mempunyai banyak teman
baru lagi. Hari-hariku berwarna karena mempunyai teman disekolah, aku
mempunyai teman disekolah baik laki-laki maupun perempuan. Dikelasku
terdapat 20 siswa. Nama teman-temanku yang sampai saat ini masih kuingat adalah
Iroh, Sari, Tiara, Hayu, Erlin, Asil, Revita, Yoga, Yofhi, Tondo, Aryo, Rizal, Dedy,
dan masih banyak lagi.
Pada saat aku kelas enam, ada seorang anak baru dari luar kota tepatnya
dari Jakarta, panggil saja namanya dengan sebutan Dedy. Awal pertama dia masuk
sekolah, dia malu-malu dan pendiam, mungkin belum terbiasa kali ya,,. Namun
lama-kelamaan dia menjadi berani, dia tidak malu-malu lagi, karena dia sudah
mengenal sekolah barunya. Dia orangnya agak nakal sedikit, hitam manis.
Awalnya aku sama dia biasa-biasa aja, entah mengapa lama-kelamaan, saat aku
didekat ku dan berbicara denganku, aku suka senyum-senyum sendiri. Setelah hari
demi hari aku lewati, aku baru sadar kalau aku menyukai orang tersebut. Namun
aku tak berani mengungkapkan perasaanku sama siapa-siapa, aku cuma bisa
menyimpannya dalam hati tak diucapkan.
Setelah hari demi hari aku lewati di kelas enam, sudah tiba saatnya untuk
Ujian Nasional. Aku merasa sangat gugup pada hari pertama Ujian Nasional. Tapi
aku berusaha dan tak lupa aku berdoa kepada Allah Swt untuk memberikan
kelancaran dalam mengerjakan soal-soal ujian. Tak lupa, aku juga meminta doa
restu kepada ibuku, karena hanya ibu yang mampu mendoakan aku dengan tulus.
Sudah tiba saatnya untuk acara perpisahan dan wisuda. Semua kelas enam
maju kedepan panggung dan bernyanyi bersama, kami menyanyikan lagu guru.
Acaranya sangat meriah semua siswa dari kelas 1 sampai kelas lima mengisi acara.
Ada yang menari, bernyanyi sampai membaca puisi. Sebenarnya aku sangat sedih
berpisah dengan teman-teman dan guruku, karena aku bersama mereka sudah enam
tahun, jadi ya wajar aja dehh kalau sedih. Rasanya aku tidak ingin masih dikelas
enam, tapi mau bagaimana lagi, perjalanan ku masih jauh, aku harus meneruskan
ke SMP.
Masa SMP
Malam pun perlahan mulai hilang, sang mentari kian berseri-seri, waktu
demi waktupun terlewati, tak terasa enam tahun telah berlalu, dengan hasil yang
sangat memuaskan aku memberanikan diri untuk mendaftar disekolah SMP favorit
diPonorogo yaitu SMPN 2 Ponorogo. Ibuku mengajakku kesana untuk melihat-
lihat sekolahnya. Karena beberapa keunggulan sekolah itu orang tua ku
menyarankan aku untuk masuk kesana. Aku setuju dan memilih sekolah tersebut.
Waktu itu saya diantar ibuku untuk mendaftar. Aku mengisi formulir pendaftaran
sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan.
Pada saat masa MOS, aku dan siswa-siswi baru lainnya diarahkan tentang
apa saja yang harus dibawa dan dilakukan saat melakukan MOS. MOS diSMPN 2
dilakukan pada hari senin sampai dengan hari rabu, dan MOS pada saat itu
bertepatan dengan bulan ramadhan, jadi MOS nya tidak terlalu berat cuma
diberikan bimbingan. Tibalah waktu MOS, hari pertama MOS aku sangat gugup
dan aku juga sangat malu. Semua siswa harus memperkenalkan dirinya satu demi
satu. Aku yang pemalu selalu melewati kesempatan untuk memperkenalkan diri
di depan kelas, dan kakak kelas yang menjadi pembimbing kelas aku, itu pun
mengetahuinya. Dia pun menyuruhku untuk memperkenalkan diri di depan kelas,
namun aku berusaha menolak dan dia pun akhirnya membentak agar aku
melakukannya dengan alasan apapun. Dengan spontan aku langsung berdiri dan
maju untuk memperkenalkan diri. Saat itu aku sangat gugup dan hatiku bedebar
sangat kencang.
MOS pada hari itu selesai. Tiba saatnya MOS hari kedua, MOS hari kedua
dilakukan diaula, semua siswa-siswi langsung berlari menuju aula. Disana kami
diberikan pengetahuan kepada polisi tentang bahaya narkoba dan pelanggaran lalu
lintas. Setelah itu jam menunjukkan waktu dzuhur, seluruh siswa melaksanakan
ibadah solat dzuhur berjama’ah, setelah selesai kami pulang. Dilanjutkan hari
ketiga, dihari ketiga ini kakak-kakak kelas melakukan demo ekstrakulikuler.
Dikelas 7 G ini aku memiliki teman baru lagi yang sangat banyak dan aku
tidak ingin dipindahkan ke kelas manapun, walaupun terasa sedikit kurang nyaman
di kelas tersebut. Aku tetap berusaha untuk membetahkan diri di dalam kelas itu,
dengan teman yang lebih baik aku harapkan. Seiring dengan berjalannnya waktu,
aku mengenal teman-teman di kelas, dan aku dapat mengusai pelajaran dengan
baik. Waktu berjalan dengan cepat di semester satu ini, kini aku sudah kelas 7
disemester dua. Disemester dua ini aku menemukan sahabat, yang bernama sapti
meilinia sari. Dia sangat baik padaku, tak pernah membuatku marah, dan jika ada
tugas, kita pasti mengerjakan bersama. Dia juga sangat pandai melukis.
Seiring berjalannya waktu dengan suka duka jadi anak SMP yang mulai
sangat banyak pelajaran yang harus dihadapi. Tak terasa dua belas bulan telah
kulalui, dengan hasil yang memuaskan, alhamdulilah aku naik dikelas 8, dan libur
akhir tahun telah tiba. Liburan kali ini aku tak tak pergi kemana-mana paling cuman
dirumah saja. Tapi dirumah aku tak diam saja, aku membantu ibuku mengerjakan
kebutuhan rumah tangga, seperti memasak, menyapu, dan bersih-bersih kamar
mandi.
Liburan telah usai, kini saatnya masuk sekolah. Aku sekarang sudah kelas
8. Dikelas delapan ini, aku mendapatkan kelas 8 F, dengan teman yang berbeda
pula. Namun aku sudah tidak merasa malu, karena mungkin aku sudah mengenal
beberapa teman dikelas ku dulu. Tapi sayangnya aku tidak sekelas lagi bersama
sapti karena sapti akan pindah ke Semarang. Aku sangat sedih karena sahabat
terbaikku pindah keluar Kota. Sebenarnya dia juga tidak mau pindah keSemarang,
tapi mau bagaimana lagi, dia harus mengikuti ibunya bekerja disana.
Mentari mulai terbit kembali, tak terasa waktu berjalan dengan cepat, tak
terasa kini aku sudah naik ke kelas 9. Dikelas Sembilan ini, aku mendapatkan kelas
9 G. Dikelas ini banyak pengalaman suka maupun duka. Dikelas 9 adalah saat yang
lumayan mendebarkan, karena aku kembali harus melaksanakan UN, aku harus
mempertaruhkan hasil belajar selama di bangku smp, hanya dalam waktu 4 hari.
Dan selain itu semua, karena kelas 9 ini merupakan kelulusan ada banyak ujian lain
yang menanti selain UN. Dengan optimis saya masuk ke kelas 9 ini dengan penuh
harapan.
Setelah hari demi hari aku lewati dan di semester 2 ini, aku berusaha untuk
membuat semuanya menjadi lebih baik. Ditambah beban materi belajar yang
semakin berat, tugas semakin banyak, dan ujian-ujian pun sudah menanti di depan
mata. Semuanya harus aku lewati dan aku persiapkan dengan matang. Aku harus
belajar optimal agar aku bisa meraih cita-citaku untuk masuk ke SMA Negeri
favoritku.
Setelah hari demi hari aku lewati di kelas sembilan, sudah tiba saatnya
untuk Ujian Nasional. Aku merasa sangat gugup mengikuti Ujian Nasional.
Waktupun berjalan dengan sangat cepat, Ujian Nasional sudahku lalui dengan
lancar. Tinggal menunggu pengumuman kelulusan.
Masa SMP atau masa biru putihku banyak memberikan bekal menjalani
hidup menuju masa depan. Masa SMP ku punya cerita tentang persahabatan,
tentang canda, tentang sedih, dan tentang segalanya. Putih biru merupakan lambang
segala rasa bersama selama tiga tahun yang berkesan. Di suatu sekolah yang
kuanggap menjadi tempat dimana aku bisa mengugkapkan segala ekspresiku. SMP
ku menjadi tempat yang indah untuk dikenang dimana tempat tersebut aku bisa
menemukan berbagai jenis dan sifat teman yang aku jumpai. Tiga tahun sudah
kulalui. Memang sedih, apalagi aku mengingat teman-temanku. Aku tidak akan
pernah melupakan masa SMP ku dulu.
Masa Putih Abu-Abu
Kala sang rembulan bersembunyi dibalik awan biru, dan berganti sorotan
sang fajar, seri kehidupan mulai terbayang ayampun mulai berkokok, tak terasa 3
tahun telah berlalu di SMP, kini aku dengan penuh semangat membuka mata untuk
bersiap-siap mendaftar ke SMA. Kedua orang tuaku mengantarkan aku untuk
mendaftar diSMAN 2 Ponorogo, setiba disana aku langsung mengisi formulir
pendaftaran. Untuk masuk diSMAN 2 Ponorogo aku melakukan semua yang aku
bisa dari tes sampai dengan hasil UN. Namun tuhan berkehendak lain aku tidak
diterima melalui jalur tes, dan aku mencoba masuk lewat jalur NUN. Namun pada
saat itu aku sudah urutan ke141, takutnya kalau diteruskan sampai pukul 12.00,
nanti aku tidak diterima di SMA negeri, lalu aku dan ibuku memutuskan untuk
mencabut pendaftaran di SMAN 2 Ponorogo. Sebenarnya aku sangat
menginginkan bersekolah di SMAN 2 Ponorogo, namun tuhan mengingkan yang
lain.
Namun pada akhirnya aku yakin ada hikmah dibalik ini semua, dan aku
juga percaya kalau Allah Swt terus bersamaku. Dan sekarang aku sudah mengenal
lingkungan baruku lewat MPLS. Pada saat MPLS aku mendapatkan kelas 10 i.
Disana aku mendapatkan banyak teman baru walaupun aku tidak mengenalnya.
Pertama aku masuk aku duduk sebangku dengan dina dibagian belakang
sendiri, namun karena mataku minus aku tidak kelihatan saat guru sedang
mengajar, jadi aku pindah kedepan aku tukar tempat duduk dengan dwi. Dan
sampai sekarang aku duduk sebangku dengan Rina. Rina orang nya pintar, dan
sangat baik padaku.
Dikelas sepuluh ini aku menemukan sahabat yang sangat baik padaku,
mereka adalah Rina, Indriana dan Arisatul. Mereka sangat baik padaku, dan
terkadang mereka tak marah padaku, dan kalau ada tugas kelompok kami selalu
mengerjakan bersama-sama.