Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dicipta Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk
yang senantiasa mengadakan hubungan dengan sesamanya. Pada
kenyataannya, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain.
Untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, manusia perlu mengadakan
hubungan kerja dengan pihak lain. Orang lain dapat memperoleh
penghasilan juga karena berhubungan dengan orang lain. Al-Qur’an dan
Hadits merupakan dasar yang digunakan dalam menjalani kehidupan sosial
di masyarakat.
Hal tersebut sangat penting sekali di ajarkan pada anak didik yang
akan menghadapi kehidupan sosial di masyarakatanya, baik yang berkaitan
dengan membaca Al-Qur’an sebagai dasar ataupun memahami maknanya.
Oleh karena dalam makalah kami ini, kami akan membahas materi Qur’an
Hadits di MTs Kelas VIII semester ganjil. Dimana pembahasannya
berkaitan dengan tajwid dan pemahaman beberapa ayat Al-Qur’an dan
hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Ketentuan Rezeki Allah yang terkandung dalam Qs.
Al-Quraisy(106) dan Al-Inayirah(94)?
2. Bagaimanakah Sistem Pembelajaran yang dapat digunakan
mempelajari Ketentuan Rezeki Allah yang terkandung dalam Qs.
Al-Quraisy(106) dan Al-Inayirah(94)?
BAB II
PEMBAHASAN
MATARI QUR’AN HADTS DI MTs. KELAS VIII SEMESTER GANJIL

Ada empat Bab materi yang disampaikan pada pembahasan Qur’an Hadits
di MTs kelas VIII semester ganjil, diantaranya Penerapan Hukum Tajwid,
Ketentuan Rezeki dari Allah, Kepedulian Sosial dan Tolong Menolong dan
Mencintai Anak Yatim
A. Ketentuan Rezeki Allah yang terkandung dalam Qs. Al-Quraisy(106) dan Al-
Inayirah(94)
Rezeki berarti segala sesuatu yang bermanfaat, berdaya guna bagi
makhluk, serta dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber penghidupan.
Rezeki juga berarti anugerah, karunia, atau pemberian dari sisi Allah SWT kepada
makhluk-Nya. Rezeki Allah sangat luas, rezeki tidak hanya berupa materi tapi
bahkan udara yang kita hirup setiap hari adalah rezeki, kesehatan dan kebugaran
tubuh kita juga termasuk bagian dari rezeki, kemampuan untuk melangkah,
berjalan, dan beraktivitas adalah rezeki. Bahkan akal pikiran dan perasaan yang
dapat mengangkat kita menjadi manusia bermartabat dibandingkan makhluk lain
itu juga termasuk rezeki Allah SWT. Islam tidak menganjurkan pemeluknya
menjadi pengangguran, meski dengan alasan untuk berkonsentrasi dalam
beribadah kepada Allah SWT atau menggantungkan belas kasih orang lain dengan
cara meminta-minta. Jadi, usaha mencari rezeki adalah suatu keharusan.
Seseorang yang bekerja dengan cara yang baik, halal, dan tujuannya benar, ia
akan mendapatkan rezeki dalam bentuk materi, sekaligus memperoleh pahala.
Karena apa yang diusahakannya termasuk perbuatan ibadah.
1. Surah al-Quraisy dan Al-Insyirah Tentang Ketentuan Rezeki Allah SWT.
a. Surah al-Quraisy
1) Lafal surah al-Quraisy dan terjemahannya
‫ الذي أطعمهم من جوع وأمنهم من‬.‫ فليعبدوارب هذالبيت‬.‫ ايلفهم رحلة الشتاءوالصيف‬.‫ليلف قريش‬
‫خوف‬.

Artinya:
karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka
bepergian pada musim dingin dan musim panas[1602]. Maka hendaklah
mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). yang telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan.
2) Penjelasan ayat
Ayat 1 menjelaskan tentang kebiasaan suku Quraisy sejak zaman
dahulu, mata pencaharian suku Quraisy pada umumnya berdagang. Ayat 2
menjelaskan perjalanan dagang yang dilakukan suku Quraisy. Pada musim
dingin, suku Quraisy biasa melakukan perjalanan ke Negeri Yaman. Pada
musim panas, mereka pergi ke Syam (Suryah). Pada ayat 3, Allah swt.
Mengingatkan suku Quraisy khususnya dan umat Islam pada umumnya agar
selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan-Nya. Pada ayat 4, Allah swt.
Menjelaskan wujud kasih sayang-Nya kepada para hambanya. Manusia
diperintah menyembah (taat kepadan-Nya).
Kata ( ) Quraisy pada mulanya adalah gelar dari an-Nadhar Ibn
Kinanah, yang merupakan kakek Nabi yang ketiga belas. Kata Quraisy terambil
dari kata ( ) at-taqarrusy yang berarti keterhimpunan. Anggota suku ini
tadinya berpencar-pencar, kemudian menyatu dalam bentuk yang sangat kokoh,
sehingga mereka dikenal dengan gelar itu.1
Surah ini merupakan satu kesatun yang tidak terpisahkan. Tidak ada
persoalan yang dibicarakannya kecuali suku Quraisy yang dituntut oleh surah ini
agar menyukuri nikmat Allah SWT. Yang di anugerahi Allah SWT. Keamanan
sehingga mereka dapat hidup tenang dan harmonis yang kemudian membuahkan
kelanggengan kebiasaan mereka melakukan perjalanan dalam rangka meraih
kesejahteraan hidup.2

b. Surah al-Insyirah
1) Lafal surah al-Insyirah dan terjemahannya
‫ فسسإن مسسع العسسر‬.‫ ورفعنالسسك ذكسسرك‬.‫ السسذى انقسسض ظهسسرك‬.‫ ووضسسعناعنك وزرك‬.‫الم نشرح لك صدرك‬
‫وإلى ربك فارغب‬.‫ فإذا فرغت فانصب‬.‫ إن مع العسر يسرا‬.‫يسرا‬.
Artinya:

1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2006) Cet. ke-
7, h. 537

2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2006) Cet. ke-
7, h. 540
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, Yang
memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan
(nama)mu, Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain Dan hanya kepada
Tuhan mulah kamu berharap.
2) Penjelasan ayat
Ayat 1, merupakan pertanyaan yang bersifat penegasan bahwa Allah
swt. Telah melapangkan dada (hati) Nabi Muhammad saw. Pada ayat 2-3,
dijelaskan bahwa orang yang memilki rasa tanggung jawab pasti berusaha
untuk dapat melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya. Nabi
Muhammad saw. Adalah contoh orang yang memiliki rasa tanggung jawab
besar. Pada ayat 4 memberikan penghargaan kepada Nabi Muhammad saw.
Atas kesabarannya melaksanakan tugas dakwah. Pada ayat 5-6 Allah swt.
Memberikan motivasi kepada Nabi Muhammad saw. Dan para sahabatnya
perjuangan berat yang beliau jlani akan membawa hasil yang gemilang. Hasil
ini dapat beliau saksikan ketika terjadi penaklukan kota Mekkah pada tahun 8
Hijriah. Pada ayat 7, Allah swt. Mengingatkan Nabi Muhammad saw. Dan
para pengikutnya agar tidak cepat puas dengan hasil usahanya. Setelah
memperoleh hasil dari satu usahanya, seperti penaklukkan kota Mekkah,
hendaklah mempersiapkan diri untuk usaha yang lain. Pada ayat 8, Allah swt
mengingatkan beliau dan para sahabatnya agar senantiasa bersandar kepada
Allah swt. Dalam kenyataannya, manusia hanya mampu berusaha.
Keberhasilan usaha tersebut sepenuhnya menjadi hak Allah swt.

Pada surah al-Isyirah setelah menjelaskan sebagian nikmat-nikmat-


Nya kepada Rasulullah SAW. yaitu dilapangkannya dada beliau, dihilangkan
beban berat beliau dan diangkatnya sebutan nama beliau setelah mengalami
berbagai kesempitan dan kesulitan-selanjutnya Allah SWT. Menjelaskan
bahwa yang demikian itu merupakan Sunnatullah pada makhluk-Nya—
bahwa setelah kesulitan akan datang kemudahan. Untuk mengokohkan
pernyataan-Nya, Allah SWT mengulang penyebutan masalah tersebut agar
hati Rasulullah SAW. semakin mantap dan bertambah yakin.3

2. Keterkaitan Isi Kandungan Surah Quraisy dan Al-insyirah Tentang


Ketentuan Rezeki Allah SWT.
1. kedua surah tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa Allah
swt. Menyediakan rezeki untuk segala kebutuhan manusia.
2. rezeki yang diberikan oleh Allah swt. Kepada hamba-Nya sangat banyak
macamnya. Dalam surah Quraisy, bahwa rezeki Allah swt. Ada yang berupa
harta hasil perniagaan, makanan, rasa aman, dan dijauhkan dari rasa cemas.
Adapun dalam surah al-Insyirah, disebutkan beberapa rezeki Allah swt. Antara
lain lapang dada (sabar) dalam berdakwah.
3. dalam surah Quraisy dijelaskan bahwa rezeki Allah swt akan diperoleh
dengan usaha yang dilakukan manusia, seperti berdagang. Adapun dalam
surah al-Insyirah, terdapat perintah memanfaatkan waktu sangat berharga bagi
manusia.

3. Menerapkan Isi Kandungan Surah Quraisy dan Al-Insyirah Tentang


Ketentuan Rezeki Allah SWT dalam Kehidupan
a. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
b. tidak bermalas-malasan
c. berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mencari rezeki Allah swt.
d. menjaga diri agar tidak melanggar norma agama saat berusaha
e. mensyukuri hasil yang diperoleh sesuai petunjuk agama

3 Ahmad Mustafa Al-Maragi (Penerjemah Bahrun Abu Bakar,


Lc), TerjemahTafsir Al-Maragi, (Semarang: Toha Putra, 1993) Cet. ke-2, h.
334
f. memanfaatkan hasil yang diperoleh sebaiknya
g. menggunakan hasil yang diperoleh sesuai dengan ketentuan agama.4
B. Metode Pembelajaran
a. Ceramah: metode ini baik digunakan di awal pelajaran sebagai
pembukaan atau diakhir sebagai kesimpulan.
b. Tanya Jawab: guru memberikan umpan berupa pernyataan yang
mampu menarik rasa ingin tahu siswa sehingga mereka akan bertanya.
c. Sorogan: metode pengajaran dengan cara menghadap guru seorang
demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari. Pada
pembelajaran ini guru member kesempatan kepada murid untuk
membaca dan memahami materi kemudian maju satu persatu untuk
menyampaikan apa yang mampu mereka fahami dari materi yang telah
dibaca tersebut. Kemudian guru akan tahu bagian yang perlu
diterangkan lagi.
d. Diskusi: siswa dapat dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi
materi kandungan surat al-quraisy, al-insyirah maupun bentuk
pengamalannya untuk kemudian disampaikan kepada kelompok
lainnya. Dan kelompok lain boleh memberikan tanggapan maupun
sanggahan terhadap kelompok yang menyampaikan materinya.
e. Card matching: mencocokkan kartu misalkan, guru menyediakan
beberapa kartu yang berisi keterangan tentang bentuk
bekerja/berusaha, cara penggunaan dan rezeki Allah. Kemudian anak
mencocokkan masing-masing kartu sesuai pekerjaan dan hasil yang
akan diperoleh serta penggunaannya.

Aktivitas pembelajarannya, antara lain :


• Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau
bermain.
• Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

4 T.
Ibrahim Dkk, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadits Jilid II untuk Kelas VII
MTs, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri), h. 1-3
• Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan instrumen.
• Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, me¬meriksa
karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rang¬kuman, mengerjakan
tes, mengisi angket.
• Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, diagram,
peta, pola.
• Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat-¬alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan
(simulasi).
• Kegiatan-kegiatan mental .- merenungkan, mengingat, memecah¬kan
masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan¬-hubungan,
membuat keputusan.
• Kegiatan-kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang, dan
sebagainya.

BAB III
PENUTUP

 Kata rezeki berarti penghidupan, tiap-tiap yang bermanfaat, segala yang


berdaya guna bagi makhluk, berasal dari Allah SWT. Rezeki dari Allah tidak
hanya berupa materi, bahkan udara yang kita hirup setiap hari adalah rezeki,
kesehatan dan kebugaran tubuh kita juga termasuk bagian dari rezeki,
kemampuan untuk melangkah, berjalan, dan beraktivitas adalah rezeki. Bahkan
akal pikiran dan perasaan yang dapat mengangkat kita menjadi manusia
bermartabat dibandingkan makhluk lain itu juga termasuk rezeki Allah SWT.
 Metode yang dapat digunakan saat pembelajaran diantaranya:
Metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, sorogan dan card matching.

Anda mungkin juga menyukai