Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar 50 persen bayi yang lahir cukup bulan sering mengalami bisul-bisul kecil
atau jerawat yang dikelilingi oleh warna kulit yang kemerahan dimana agen
penyebab hampir selalu Staphylococcus aureus yang masuk dikulit perifolikuler yang
mengalami abrasi. Gangguan ini bisa timbul diseluruh tubuh bayi, baik diwajah
badan, punggung, tangan, kaki, dan tempat lainnya.
Kalangan awam menyebut kondisi seperti ini dengan sebuah sarap. Puncak
terjadinya bisul-bisul ini saat bayi berusia dua hari dan biasanya dialami selama
kurang lebih dua minggu. Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua enggan
memandikan bayinya karena takut kondisinya akan memperburuk. Padahal dengan
begitu, justru bisa mengundang infeksi kulit karena kulit bayi berdaki atau kotor
akibat tidak dimandikan. Untuk itu sebagai bidan perlunya memberikan pemahaman
dan asuhan terkait masalah bisulan hingga masalah tersebut dapat teratasi dengan
cara yang tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan pada neonatus dan bayi dengan
masalah bisulan serta penatalaksanaannya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar tentang bisulan
b. Untuk mengidentifikasi data subjektif dari kasus bisulan
c. Untuk mengidentifikasi data objektif dari kasus bisulan
d. Untuk menentukan analisa pada kasus bisulan
e. Untuk menentukan penatalaksanaan pada kasus bisulan

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian atau Definisi


Furunkel/bisul adalah suatu infeksi nekrotik akut atau folikel rambut atau
benjolan yang nyeri pada kulit karena radang terbatas pada kulit janggat dan jaringan
bawah kulit yang meliputi mata bisul.
Furunkel (boil atau bisul) adalah peradangan pada folikel rambut,kulit,dan
jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong,kuduk,aksila,badan,dan
tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut
dengan furunkulosis
Bisul ( furunkel ) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan
jaringan subkutaneus di sekitarnya disebabkan oleh Bakteri Staphylococcus aureus ,
tetapi juga disebabkan oleh bakteri lainnya atau jamur. Paling sering ditemukan di
daerah leher, payudara, wajah dan bokong.
Lesi folikuler ini dapat berasal dari folikilitis sebelumnya atau diawali nodul
perifolikuler, dalam, lunak dan eritematosa. Meskipun lesi pada mulanya berupa indurasi,
nekrosis, sentral dan disertai supurasi, sampai akhirnya menyebabkan rupture dan
cairan keluar dari bagian tengah jaringan nekrotik serta destruksi folikel.
Maka dapat disimpulkan bahwa bisul adalah peradangan atau infeksi atau juga
lesi pada folikel rambut dan menyebar ke jaringan sekitarnya disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus dimana pada mulanya berupa indurasi, nekrosis, sentral dan
disertai supurasi, sampai akhirnya menyebabkan rupture dan cairan keluar dari bagian
tengah jaringan nekrotik serta destruksi folikel.

2
B. Klasifikasi
Berdasarkan jumlah mata bisul yang ada, bisul dibedakan menjadi :
1. Furunkel
Furunkel atau bisul kecil yang hanya memiliki satu mata dan merupakan
benjolan nyeri pada kulit karena radang terbatas pada kulit dan jaringan bawah kulit
yang meliputi mata bisul disebabkan oleh bakteri yang masuk kedalam kulit melalui
kandung rambut, kelenjar palit dan kelenjar keringat.Letak bisul bisa di beberapa
tempat tapi jarang-jarang.
2. Karbunkel
Karbunkel yaitu infeksi sekelompok folikel yang berdekatan, dengan banyak titik,
disertai dengan perubahan radang pada jaringan ikat disekitarnya Karbunkel dapat
disertai demam, leukositosis dan bakteremia.

C. Etiologi atau Penyebab


Agen penyebab hampir selalu Staphylococcus aureus yang masuk dikulit
perifolikuler yang mengalami abrasi. Bisul, bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Faktor dari dalam tubuh anak sendiri
Faktor dari dalam tubuh anak misalnya ,alergi. Jika anak punya bakat alergi,
maka hal yang menyebabkan terjadinya alergi harus dihindari agar tidak timbul bisul.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti tempat tidur dan lokasi bermain anak harus dijaga
kebersihan dan diupayakan agar tidak terlalu lembab. Teman-teman bermain, anak
anak juga harus diawasi jangan sampai anak melakukan kontak fisik dengan anak
yang bisulan karena bakteri penyebab bisul bisa menempel pada kulit anak yang
masih rentan kontak kulit bisa membuat anak tertular bisul temannya.
3. Faktor kebersihan tubuh
Faktor kebersihan tubuh anak misalnya akibat pemilihan pakaian yang ketat
atau terbuat dari bahan yang kurang menyerap keringat. Ini akan menghambat
proses sirkulasi pada kulit anak, menyebabkan kulit lembab, dan memudahkan
berkembangbiaknya kuman. Bedak juga memicu terjadinya bisul. Banyak ibu
beranggapan bedak dapat mengatasi biang keringat yang kerap timbul pada kulit
anak.padahal bedak justru merupakan media yang baik untuk timbulnya bisul,
karena bedak menghambat keluarnya keringat.
4. Daya tahan tubuh yang rendah

3
Daya tahan tubuh dapat menurun karena kurang gizi dan gangguan darah
(anemia, keganasan,diabetes)
5. Daerah tropis
Secara geografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana udaranya panas
sehingga dengan mudah bayi akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi salah
satu pemicu munculnya bisul.
6. Faktor gizi
Namun jangan pula dilupakan faktor gizi. Gizi yang kurang juga dapat
memengaruhi timbulnya infeksi.
D. Tanda dan Gejala
1. Bisul berawal sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah.
Lalu benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya akan menjadi putih atau kuning
( membentuk pustul ). Bisul ini bisa pecah spontan atau dipecahkan dan
mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
2. Bisa disertai nyeri yang sifatnya ringan sampai sedang. Selama proses supulasi
( terbentuknya nanah ) , lesi akan terasa sakit sekali, setelah nanah terbentuk nyeri
akan berkurang. Rasa nyeri dapat sangat mengganggu pada daerah lesi yang
memiliki kulit relative menetap, seperti saluran telinga luar atau diatas tulang rawan
hidung.
3. Kulit sekitarnya tampak kemerahan atau meradang.
4. Kadang disertai demam, lelah dan tidak enak badan.
5. Ini biasanya diawali oleh biang keringat yang berlanjut menjadi gatal, lesi menjadi
nyeri bila ditekan atau diusap..
6. Tempat predileksi adalah daerah yang berambut pada wajah, leher, aksila, bokong
dan lipat paha. Furunkulosis kambuhan sering disertai dengan, carriage S.aureus
pada hidung, aksila, atau perineum. Setelah seminggu, umumnya furunkel akan
pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan sendirinya.

E. Patofisiologi
Bisul biasanya diawali dengan kulit kemerahan, membengkak, dan ada benjolan
yang terasa sakit dibawah permukaan kulit. Ketika infeksi berlanjut, terbentuk kantong
nanah dalam kulit, yang berisi bakteri, sel kulit mati, dan sel darah putih. Puncak bisul
yang sering disebut mata bisul muncul ditengah-tengah bisul. Dari mata bisul inilah
biasanya nanah akan pecah. Berdasarkan jumlah mata bisul yang ada, bisul dibedakan

4
menjadi furunkel atau bisu kecil yang hanya memiliki satu mata. Letak bisul bisa
dibeberapa tempat tapi jarang-jarang. Jika furunkel satu mata ini jumlahnya banyak dan
letaknya menyebar disejumlah anggota tubuh, disebut furunkulosis. Ini biasanya diawali
oleh biang keringat yang berlanjut menjadi gatal. Karena bisul dan biang keringat
seringkali menimbulkan gatal, anak akan menggaruk bisul tersebut. Garukan tangan
pada tempat yang berbeda akan menimbulkan kuman kebagian tubuh lain sehingga
dibagian tubuh itu akan timbul bisul pula. Bisul ini menimbulkan rasa nyeri dan
berdenyu-denyut . itu menimbulkan bisul yang parah kadang mengakibatkan demam
pada anak, karena tubuh anak berusaha melawan kuman yang terdapat pada bisul.
Apabila bisul sudah matang, mata bisul akan pecah dan diikuti keluarnya nanah
dan darah yang menyebar kearea kulit sekitarnya. Jika tidak dibersihkan dengan benar,
besar kemungkinan lokasi yang kena bekas nanah dan darah ini akan timbul bisul pula.
Sebab bakteri yang terdapat pada bisul yang pecah tadi bisa menginfeksi lokasi lokasi
bisul yang pecah. Penularan kebagian lain akibat pecahnya bisul itu disebut autoinkulasi.
Pecahnya bisul yang besar kadang bisa mengakibatkan parut luka pada kulit. Tapi pada
bayi dan balita bekas luka bisul yang parah sekalipun jarang sekali meninggalkan bekas
yang jelas. Selain itu, kulit bayi masih dalam perkembangan. Luka bisul akan
meninggalkan bekas jika terjadi pada anak usia belasan tahun atau orang dewasa.
F. Penanganan
Pengobatan furunkel bergantung pada lokasi dan kematangan lesi. Lesi awal
yang belum berfluktasi dan bermata dikompres panas dan diberi antibiotic oral. Kompres
hangat secara berkala akan memperkecil ukuran lesi dan akan mempercepat
penyerapan atau mempermudah drainase lesi dan memulihkan rasa tidak
menyenangkan. Kompres hangat yang ditempelkan selama 20-30 menit, 3-4 kali sehari.
Ini akan membantu bisul pecah dengan sendirinya.Perawatan bisul bias dilakukan di
rumah, namun harus dilakukan dengan bahan dan alat yang higienis. Jangan memeras
nanah supaya keluar dari bisul karena infeksi bisa menyebar ke jaringan kulit sekitarnya.
Setelah bisul pecah, tutupi dengan perban yang bersih untuk melindungi kulit dan
menyerap nanah yang masih keluar. Bersihkan areal bisul dengan sabun antibakteri.
Orang yang membantu membersihkan bisul jaga mesti membasuh tangan dengan
sabun antibakteri untuk mencegah penularan infeksi ke anggota keluarga yang lain.
Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua enggan memandikan bayinya karena
takut kondisinya akan memperburuk. Padahal dengan begitu, justru bisa mengundang
infeksi kulit karena kulit sikecil berdaki atau kotor akibat tidak dimandikan. Jadi solusinya

5
sederhana saja, tetap mandikan bayi seperti biasa. Tidak menggunakan bedak untuk
mengurangi rasa gatal karena akan menyumbat pori-pori kulit hingga memperlambat
penyembuhan bisul.
Terapi harus terdiri dari mandi dengan sabun anti mikroba dan menggunakan
pakaian longgar yang akan mengurangi faktor predisposisi untuk terjadinya furunkel.
Lesi besar dapat dikeringkan dengan insisi kecil. Insisi dilakukan pada lesi awal jaringan
untuk mencegah inokulasi infeksi tersebut. Jika lesi telah masak dan matang. Dilakukan
insisi dan drainase. Insisi jangan dilakukan jika lesi terdapat dikanalis auditorius
eksternal, bibir atas, hidung, dan pertengahan dahi ( daerah segitiga ) karena infeksi
yang tidak terawasi dapat menyebabkan thrombosis sinus kavernosus, tetapi harus
diobati dengan antibiotic. Semua pakaian handuk dan alas kasur yang telah mengenai
daerah sakit garus dicuci dengan air panas.
Karbunkel dan furunkel besar atau multiple harus diobati dengan antibiotika
resisten penisilinase seperti kloksasiklin oral atau oksasilin parental. Penderita yang
alergi penisilin dapat diobati dengan sefalosporin, klindamisin atau eritromisin.
Pengobatan kasus kambuhan telah berhasil dilakukan pada individu dengan kolonisasi
strain S.aureus yang kurang virulen seperti 502A. Status pengidap dapat dieliminasi
secara sementara dengan pengolesan salep mupirosin selama 5 hari pada nares
anterior. Perhatian harus diberikan pada hygiene pribadi, menggunakan sabun anti
bakteri penisilin anti stapilokokus atau klindamisin dosis rendah dan pencucian tangan
berkala juga dapat bermanfaat.

Bawa ke Dokter jika

1. Berlokasi di wajah, anus, lipat paha, atau tulang belakang


2. Menyebabkan demam atau rasa sakit yang berat
3. Mengganggu gerakan anggota tunuh
4. Menyebabkan pembengkakan, garis merah, atau perubahan warna di bagian kulit di
dekatnya
5. Anak mengalami bisul yang tidak mereda setelah penangan an selama seminggu
6. Dialami anak yang diabetes. Periksa anak segera, bahkan ketika baru mengalami
bisul yang kecil, karena anak lebih rentan mengalami infeksi lanjutan
7. Dialami penderita beberapa kali, dalam waktu yang pendek. Dokter akan mengecek
apakah ada penyakit lain yang mempengaruhi kemampuan tubuh anak dalam
melawan infeksi.

6
G. Pencegahan
1. Jika bayi mudah berkeringat , usahakan agar keringat segera dikeringkan
2. Biang keringat yang timbul pada kulit bayi harus dibersihkan dengan handuk basah
3. Jaga kebersihan tubuh bayi sepanjang hari dengan sering memandikannya jika
terlalu banyak keringat yang keluar
4. Upayakan lingkungan di sekitar bayi selalu bersih
5. Ventilasi uadara di ruangan bayi harus cukup sehingga ruangan bayi tidak lembab
6. Jangan kenakan bayi dengan pakaian katun atau dari bahan yang tidak menyarap
keringat
7. Gantung pakaian bayi segera jika basah dan kotor
8. Jangan membubukan bedak pada kulit bayi jika keluar keringat
9. Usahakan kebutuhan gizi bayi selalu terpenuhi.

7
BAB III

TINJAUAN KASUS

Ny. Bella membawa bayinya An. Guntur ke BPS bidan Malika pada tanggal 15
September 2015 sekitar pukul 09.00 wita dengan keluhan timbul benjolan di bagian ketiak
bayinya disertai gatal dan demam. Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi apapun. Ibu
sangat cemas terhadap keadaan bayinya, apakah penyakit pada bayinya hal fisiologis atu
tidak. Ibu mengatakan enggan untuk meandikan bayinya karena takut akan memperburuk
benjolan pada tubuh anaknya. Ibu juga menggunakan bedak untuk mencegah rasa gatal di
bagian benjolan tersebut.

Ibu Ana melahirkan pada tanggal l4 Februari 2015 pukul 08:00 wita, lahir
pervaginam, kehamilan aterm di BPS bidan Malika. Berat badan lahir 3000 gr, berat
sekarang 5 kg, jenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan tanda-
tanda vital S : 38°C, N: 100x/menit, R : 47x/menit, BB : 5 kg. Pada inspeksi ditemukan
benjolan di bagian ketiak, sekitar benjolan berwarna kemerahan dan ditengahnya terdapat
pustul berwarna putih. Setelah dilakukan pemeriksaan, bidan Malika mengatakan kepada
Ny. Bella bahwa anaknya mengalami bisulan.

1. Data Subjektif (S)


a. Identitas
Nama bayi : An. G
Umur bayi : 8 bulan
Tanggal / jam lahir : 14 Februari 2015/08.00 wita
Jenis kelamin : laki-laki
b. Anamnesa
1) Ibu mengeluh timbul benjolan di bagian ketiak bayinya disertai gatal dan
demam..
2) Ibu mengatakan enggan untuk memandikan bayinya dan menggunakan bedak
untuk mengurangi rasa gatal di bagian benjolan.
3) Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi apapun pada bayinya.

8
2. Data Objektif (O)
a. Keadaan umum : Baik
b. Antropometri
Berat badan lahir : 3000 gr
Berat badan : 5 kg
c. Tanda – tanda vital
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 47x/menit
Suhu : 380C
d. Pemeriksaan fisik
Inpeksi : ditemukan adanya benjolan di bagian ketiak sekitar benjolan berwarna
kemerahan dan ditengahnya terdapat pustul berwarna putih.
3. Analisa (A)
An. G umur 8 bulan dengan Furunkel
4. Penatalaksanaan (P)
Tanggal : 13 Agustus 2014,
Jam : 09. 20 WITA
a. Memberitahukan ibu tentang keadaan bayinya bahwa bayinya mengalami bisulan di
bagian ketik.
b. Memberitahu ibu dan keluarga penyebab dari bisulan yakni karena faktor
kebersihan yang tidak baik, faktor nutrisi yang tidak tercukupi hingga menurunkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi, dan faktor lingkungan bermainnya.
c. Memberitahukan ibu untuk tetap memandikan bayinya karena jika tidak akan
mengundang infeksi kulit dikarenakan kulit bayi berdaki atau kotor akibat tidak
dimandikan.
d. Memberitahu ibu untuk tidak menggunakan bedak untuk menghilangkan rasa gatal
karena penggunaan bedak akan menyumbat pori-pori kulit sehingga memperburuk
keadaan bisul tersebut.
e. Memberitahu ibu untuk tidak memijit furunkel, terutama yang letaknya di daerah
hidung dan bibir atas karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara
hematogen.
f. Memberikan antibiotika resisten penisilinase.

9
g. Memberitahu ibu untuk mengompres bagian tubuh yang terkena benjolan. Kompres
hangat yang ditempelkan selama 20-30 menit, 3-4 kali sehari. Ini akan membantu
bisul pecah dengan sendirinya.
h. Menganjurkan ibu untuk menghubungi dokter jika bisul bertambah banyak.
5. Evaluasi
Tanggal : 15 September 2015
Jam : 09. 50 wita
a. Ibu sudah mengerti dan mengetahui bahwa bayinya mengalami bisulan.
b. Ibu bersedia menjaga kebersihan tubuh bayinya dan lingkungan secara umum.
c. Ibu bersedia untuk melakukan kompres hangat dibagian tubuh anaknya yang
mengalami bisulan.
d. Ibu sudah mengerti bahwa bayinya harus tetap dimandikan.
e. Ibu akan berhenti menggunakan bedak bayi pada daerah bisul dan tidak memijat
bisul tersebut.

A. Pemecahan Kasus
Berdasarkan kasus diatas, diketahui data subyektif pada An ”G” umur 8 bulan,
berjenis kelamin laki-laki memiliki keluhan timbulnya benjolan pada daerah ketiak,
disertai rasa gatal dan demam. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data objektif
An. “ G “ bahwa keadaan umum baik, berat badan 5 kg, Nadi=100 kali/menit Suhu=
38,oC dan RR= 47 kali/menit, dan pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan
kemerahan dan ditengahnya terdapat pustul berwarna putih. Dari data subjektif dan
objektif maka dapat diketahui bahwa An. “ G ” mengalami furunkel/bisulan sehingga
dapat dilakukan penanganan atau penatalaksanaan dengan cara :
1. Memberitahukan ibu untuk tetap memandikan bayinya karena jika tidak akan
mengundang infeksi kulit dikarenakan kulit bayi berdaki atau kotor akibat tidak
dimandikan.
2. Memberitahu ibu untuk tidak menggunakan bedak untuk menghilangkan rasa gatal
karena penggunaan bedak akan menyumbat pori-pori kulit sehingga memperburuk
keadaan bisul tersebut.
3. Memberitahu ibu untuk tidak memijit furunkel, terutama yang letaknya di daerah
hidung dan bibir atas karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara
hematogen.
4. Memberikan antibiotika resisten penisilinase.

10
5. Memberitahu ibu untuk mengompres bagian tubuh yang terkena benjolan. Kompres
hangat yang ditempelkan selama 20-30 menit, 3-4 kali sehari. Ini akan membantu
bisul pecah dengan sendirinya.
6. Menganjurkan ibu untuk menghubungi dokter jika bisul bertambah banyak.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan Bisulan sudah dilaksanakan.
Pada kasus pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada By. G berusia 8 bulan sudah
dilaksanakan sesuai dengan teori. Pada langkah ini tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilapangan.
Melakukan evaluasi dari pelaksanaan yang dilakukan oleh bidan merupakan
tahap akhir dalam manajemen kebidanan, Evaluasi dari Asuhan Kebidanan pada Bayi G
dengan Bisulan yaitu sudah dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan dan masalah
pada bayi dengan diaper rush dapat teratasi dan ibu telah memahami tentang keadaan
bayinya dan cara penanganan bisulan.

B. Analisis antara Teori dan Kasus


Berdasarkan kasus diatas ditemukan adanya kesenjangan yaitu : pada kasus
diatas ibu enggan memandikan bayinya karena dianggap akan memperburuk leadaan
bisul tersebut dan menggunakan bedak dibagian bisul untuk menghilangkan rasa gatal
sedangkan pada teori bayi dengan bisulan seharusnya tetap dimandikan agar tidak
mengundang infeksi kulit karena kulit bayi akan berdaki atau kotor akibat tidak
dimandikan dan tidak menggunakan bedak untuk mengurangi rasa gatal karena hal
tersebut justru akan menyumbat pori-pori kulit hingga memperlambat penyembuhan
bisul.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada teori bisulan merupakan infeksi atau peradangan pada folikel rambut yang
disebabkan karena bakteri Staphylococcus aureus dan beberapa faktor pemicu
seperti faktor kebersihan, nutrisi dan lingkungan dimana tanda atau gejalanya
berupa adanya benjolan kemerahan pada kulit dan ditengahnya terdapat pustul
berwarna putih, disertai rasa nteri, gatal bahkan demam.
2. Dari kasus yang ada dapat di identifikasi data subjektifmya yaitu An. G berumur 8
bulan dengan jenis kelamin laki-laki dengan keluhan timbul benjolan berwarna
kemerahan disertai rasa gatal dan demam.
3. Dari kasus yang ada dapat diidentifikasi data objektifnya yaitu keadaan umum baik,
BB : 5 kg, S : 380 C, RR : 47x/menit N : 100x/menit dan pemeriksaan fisik ditemukan
adanya benjolan di bagian ketiak
4. Dari kasus yang ada dapat ditentukan bahwa An. “ G “ mengalami Furunkel.
5. Dari kasus yand ada dapat ditentukan penatalaksanaan yang diberikan dengan
melakukan kompres hangat selama 20 menit 3-4x/hari, menganjurkan ibu untuk
tetap memandikan bayinya, melarang untuk memijat bisul dan tidak menggunakan
bedak karena akan menyumbat pori-pori kulit.
6. Antara teori dan kasus ditemukan adanya kesenjangan yaitu pada
penatalaksanaannya.
B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan


Agar tetap membimbing dan membantu mahasiswa untuk memahami masalah yang
terjadi pada neonatus diantaranya bisulan.
2. Bagi Penulis
Agar meningkatkan pemahaman dalam menerapkan asuhan kebidanan pada
neonatus terutama masalah bisulan.
3. Bagi Masyarakat
Agar tetap memperhatikan kebersihan dan kebutuhan nutrisi pada bayinya agar
mencegah terjadinya bisulan

12
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Bayi dan Balita. Jakarta : EGC.

Marmi, dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Jakarta : Pustaka.
Pelajar

Maryanti, Dwi. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : TIM.

Nanny, Vivian. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 3. Jakarta : EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai