Anda di halaman 1dari 8

Dokumen Strategi dan Kebijakan Manajemen Resiko

Disusun oleh :

1. M Putriani Hutapea
2. M. Akbar Rahmadi
3. Riska Meta Riyani
4. Soraya Khairunnisa
5. Yulianti
6. Siti Sholihatun Nisa
7. Younanda Mirah Fransisca
8. Jessica Nuryanda Putri

Kelas :Reguler 2016 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
I. PENDAHULUAN
a. Pengertian Dokumen Strtegi

Manajemen strategis tidak terbatas pada bagaimana mengelola pelaksanaan kegiatan di dalam organisasi,
tetapi juga bagaimana mengembangkan sikap baru berkaitan dengan perubahan eksternal. Pemahaman
mengenai makna manajemen strategis tidak hanya terbatas pada aspek pelaksanaan rencana, tetapi lebih
jauh lagi ke aspek misi, visi, dan tujuan kelembagaan. Makna tersebut terkait dengan konteks lingkungan
luar dan dalam organisasi.
Dokumen rencana strategis menjadi dokumen yang tidak dipergunakan dalam pelaksanaan. Keadaan ini
muncul apabila rencana strategis merupakan dokumen yang harus ada karena dibutuhkan dalam penilaian
atasan, akreditasi, ataupun hasil suatu pelatihan. Dalam hal ini terjadi apa yang disebut rencana di atas
kertas. Terdapat jurang pemisah antara rencana dengan pelaksanaan di lapangan. Apabila hal ini ditelusuri
lebih lanjut, rencana strategis tersebut tidak berhubungan dengan sistem penganggaran, pelaksanaan, dan
pengendalian kegiatan. Bahkan, lebih lanjut rencana strategis tidak terkait dengan penyusunan struktur,
staffing, pelaksanaan, dan pembangunan fasilitas fisik.

B. Pengertian Manajemen Resiko

Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan bisnis jasa
Rumah Sakit karena semakin berkembangnya dunia Rumah Sakit serta meningkatnya kompleksitas
aktivitas pelayanan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi Rumah Sakit. Sasaran
utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi Rumah Sakit terhadap kerugian yang
mungkin timbul. Lembaga Rumah Sakit mengelola risiko dengan menyeimbangkan antara strategi
bisnis dengan pengelolaan risikonya sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan hasil optimal dari
operasionalnya.

II. PROSES MANAJEMEN RESIKO.

a. Identifikasi risiko adalah proses menemukan, mengenal, dan mendeskripsikan risiko.


Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah mengidentifikasinya.
Jika kita tidak dapat mengidentifikasi/mengenal/mengetahui, tentu saja kita tidak dapat
berbuat apapun terhadapnya. Identifikasi risiko ini terbagi menjadi dua, yaitu
identifikasi risiko proaktif dan identifikasi risiko reaktif.
- Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan cara
proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah sakit mencapai
tujuannya. Disebut mencari karena risikonya belum muncul dan bermanifestasi
secara nyata. Metode yang dapat dilakukan diantaranya: audit, inspeksi,
brainstorming, pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit lain, FMEA,
analisa SWOT, survey, dan lain-lain.
- Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah risiko
muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/gangguan. Metoda yang dipakai
biasanya adalah melalui pelaporan insiden.

Tentu saja, lebih baik kita memaksimalkan identifikasi risiko proaktif, karena belum
muncul kerugian bagi organisasi. Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur
untuk melakukan identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit diminta untuk
mengidentifikasi risikonya masing-masing. Setelah terkumpul, seluruh data identifikasi
itu dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi risiko rumah sakit.

b. Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat
risiko (ISO 31000:2009). Setelah diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan
dengan cara menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul; serta berat-ringannya
dampak yang ditimbulkan (ingat, definisi risiko adalah: Peluang terjadinya sesuatu yang
akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan). Analisa peluang dan dampak ini
paling mudah jika dilakukan dengan cara kuantitatif. Caranya adalah dengan memberi
skor satu sampai lima masing-masing pada peluang dan dampak. Makin besar angka,
peluang makin sering atau dampak makin berat. Contoh deskripsi skor peluang dapat
dilihat disini. Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi kita dapatkan, kedua
angka itu kemudian dikalikan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan peringkat.
Mengapa perlu peringkat? Tentu saja, risiko perlu diberi peringkat, untuk mendapatkan
prioritas penanganannya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi peringkatnya dan
prioritasnya. Contoh pemberian peringkat risiko dapat dilihat disini.

c. Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria
risiko untuk menentukan apakah risiko dan/atau besarnya dapat diterima atau
ditoleransi (ISO 31000:2009). Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk
mendasari pentingnya risiko dievaluasi (ISO 31000:2009). Contoh kriteria risiko dapat
dilihatdisini. Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola oleh orang yang
bertanggung jawab sesuai dengan peringkatnya. Dengan demikian, tidak ada risiko
yang terlewati, dan terjadi pendelegasian tugas yang jelas sesuai dengan berat –
ringannya risiko.
d. Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko (ISO 31000:2009). Bentuk-

bentuk penanganan risiko diantaranya:


- Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan
aktivitas yang menimbulkan risiko;
- Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih baik, lebih
menguntungkan);
- Menghilangkan sumber risiko;
- Mengubah kemungkinan;
- Mengubah konsekuensi;
- Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko);
- Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan.
e. Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh
organisasi manapun. Namun, untuk manajemen risiko ini perlu dibahas, karena ada alat
bantu yang sangat berguna. Alat bantu itu adalah Risk Register (daftar risiko). Risk
Register adalah:
- Pusat dari proses manajemen resiko organisasi (NHS).
- Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami profil resiko
secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat penyimpanan untuk semua
informasi resiko (Risk Register Working Group 2002).
- Catatan segala jenis resiko yang mengancam keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuannya (Risk Register Working Group 2002).
- Ini adalah ‘dokumen hidup’ yang dinamis, yang dikumpulkan melalui proses
penilaian dan evaluasi resiko organisasi (Risk Register Working Group 2002).

Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu:


- Risk register korporat, digunakan untuk risiko ekstrim (peringkat 15 – 25).
- Risk register divisi, digunakan untuk risiko dengan peringkat lebih rendah atau risiko
yang diturunkan dari risk register korporat karena peringkatnya sudah turun.
Untuk mengurangi beban administrasi, risiko rendah (peringkat 1 – 3) tidak perlu
dimasukkan ke dalam daftar. Contoh Risk Register dapat dilihat disini.

Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan bisa saja berubah. Perubahan itu
dapat berupa:
- Jumlahnya berubah karena ada risiko baru te ridentifikasi.
- Tindakan pengendalian risikonya berubah karena terbukti tindakan pengendalian
risiko yang ada tidak cukup efektif.
- Peringkat risikonya berubah karena dampak dan peluangnya berubah.
- Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat, karena peringkatnya sudah
lebih rendah dari 15 (dipindahkan ke risk register divisi).

Harapan untuk masa yang akan datang adalah penerapan manajemen resiko dalam
institusi kesehatan adalah untuk meminimalisir resiko yang mungkin terjadi. Dengan
adanya tindakan yang bersifat antisipatif dari manajer resiko, bila terjadi insiden
maka sudah tersedia alternatif keputusan yang dilihat dari berbagai sisi dilengkapi
dengan pengetahuan akan konsekuensi dan dampak yang diakibatkannya. Pada
akhirnya tujuan manajemen resiko akan melindungi pasien, karyawan, pengunjung
dan pemangku kepentingan lainnya dalam ruang lingkup institusi pelayanan
kesehatan.

III. TUJUAN
a. Tujuan dari kebijakan dan strategi manajemen risiko adalah untuk mengembangkan
pelaksanaan manajemen risiko yang diintegrasikan dengan Clinical Governance
sehingga memberi kepastian diberlakukannya Corporate Governance dengan baik.
b. Kebijakan dan strategi ini akan memperjelas peran, tugas, dan tanggung jawab staf RS
dalah hal pelaksanaan manajemen risiko.

IV. PENGERTIAN

a. Risiko adalah
- Bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang
sedang berlangsung atau kejadian yang akan dating.
- Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan
(AS/NZS 4360:2004).
- Efek dari ketidakpastian tujuan (ISO 31000:2009).
b. Risiko klinis adalah bahaya, kesalahan, musibah atau potensi terjadinya hal-hal yang
merugikan pasien, terkait dengan atau sebagai dampak asuhan klinik yang diberikan
kepadanya.
c. Risiko Non Klinis adalah bahaya potensial akibat
lingkungan.
d. Manajemen resiko adalah :
- Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang-peluang
sambil mengelola efek yang tidak diharapkan (AS/NZS 4360:2004).
- Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
berkaitan dengan risiko (ISO 31000:2009)
e. Manajemen Risiko Klinik adalah suatu upaya sistematis rumah sakit dalam rangka
mengurangi resiko akibat pelaksanaan pelayanan medik.
f. Tujuan manajemen resiko klinik adalah :
- Meminimumkan terjadinya medical error, adverse events dan harms pada pasien
(membuat asuhan pasien lebih aman).
- Meminimumkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim
yang harus menjadi tanggungan institusi (mencegah kerugian finansial bagi RS dan
dokter.
g. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah suatu proses dimana berbagai resiko diidentifikasi,
diukur dan dikendalikan di seluruh bagian organisasi. Melalui pengelolaan resiko
terintergrasi, setiap keputusan strategik yang diambil selalu berdasarkan atas informasi
yang valid dan reliable. Dengan demikian keputusan itu diharapkan mampu
mengantisipasi secara efektif kejadian-kejadian dimasa depan dan mengurangi
ketidakpastian.

V. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM MANAJEMEN RISIKO.


a. Seluruh anggota staf memiliki tanggung jawab pribadi dalam hal pelaksanaan
manajemen risiko, dan seluruh tingkatan manajemen harus mengerti dan
mengimplementasikan strategi dan kebijakan manajemen risiko
b. YAYASAN

i. Bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan prinsip – prinsip Good Governance


termasuk mengembangkan proses dan sistem pengendalian keuangan,
pengendalian organisasi, Clinical Governance, dan manajemen risi ko
ii. Dalam hal pelaksanaan strategi ini board berperan :
- mengarahkan
- mendukung
- memonitor
- persetujuan pembiayaan
- legalisasi kebijakan dan strategi

c. DIREKTUR

• Memiliki tanggung jawab menyeluruh sesuai dengan Hospital Bylaws yang telah
ditetapkan.
• Memastikan bahwa tanggung jawab dan koordinasi dalam hal manajemen risiko
dalam dokumen ini dilaksanakan dengan baik.
• Dalam hal pengembangan strategi manajemen risiko ini Direktur mendelegasikan
tanggung jawabnya kepada ketua PMKP.

d. Wakil Direktur Pelayanan :

i. Bertanggung jawab kepada Direktur dalam hal implementasi dan pengembangan


manajemen risiko klinis dan keselamatan pasien
ii. Monitor pelaksanaan manajemen risiko klinis
iii. Monitor pelaksanaan pelaporan insiden

e. Wakil Direktur Keuangan dan Umum


i. Identifikasi risiko keuangan
ii. Melakukan cost benefit analysis
iii. Mengelola dukungan biaya untuk manajemen risiko

f. Ketua Komite Keperawatan


i. Koordinasi manajemen risiko keperawatan
ii. Identifikasi risiko bidang keperawatan

g. Ketua KKPRS
- Mengkoordinir pelaksanaan Integrated Risk Management
- Menghimpun laporan insiden
- Menyusun rekomendasi
- Menyusun risk register (risk grading)

h. Ketua Tim K3
- Indentifikasi risiko K3.
i. Kepala Bagian SDM
- Identifikasi risiko SDM
- Orientasi manajemen risiko untuk pegawai baru
- Merencanakan pelatihan manajemen risiko

VI. PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN RISIKO


1. ASESMEN RISIKO
A. AREA ASESMEN
Area asesmen risiko mencakup :
a. Unit bedah
b. Farmasi
c. IGD
d. ICU
e. Parkir
f. Laboratorium
Untuk tahun 2013 lebih diprioritaskan : Parkir ?

B. IDENTIFIKASI RISIKO
a. Proses untuk identifikasi apa yang bisa terjadi, mengapa dan bagaimana hal
tersebut bisa terjadi.
b. Instrument identifikasi :
i. Laporan insiden
ii. komplain dan litigasi
iii. Risk profiling
iv. survei

C. PERAN STAF

D. ANALISIS RISIKO
- Risk grading matrix
- RCA
- FMEA
E. PENILAIAN RISIKO
- Risk Ranking
- Pembiayaan Risiko

2. PENANGANAN RISIKO
A. PENGENDALIAN RISIKO
B. PEMBIAYAAN RISIKO

VII.SISTEM PELAPORAN
VIII.PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
IX. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator harus bisa diukur dan memiliki potensi perbaikan
1. Indikator keuangan :
2. Indkator SDM
3. Indikator kegiatan
4. Indikator klinis
5. Indikator manajemen risiko
6. Indikator eksternal
7. Indikator reputasional

XI. RENCANA KEGIATAN / ACTION PLAN


XII. MONITORING, AUDIT DAN REVIEW
Ksimpulan

Risiko adalah ketidak pastian tentang kejadian di masa depan. Manajemen risiko merupakan penerapan secara
sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan akitivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian,
penanganan dan pemantauan serta review risiko.Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan
meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan
produksi melalui suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat
kegagalan .Manfaat penerapan manajemen risiko di tempat kerja untuk meminimalisir kejadian kecelakaan kerja,
sehingga pekerja merasa aman dan nyaman dan bekerja, dapat mencegah dan mengambil keputusan dengan segera
akan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi.
Daftar Pustaka

International Organization for Standardization (ISO), ISO 31000-Risk Management:Principles and Guidelines,
Geneva, 2009.
CASU and Risk Register Working Group 2002
AS/NZS 4360 (2004), 3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on Risk

Anda mungkin juga menyukai