PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman
syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari
Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah.
Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan
akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
1
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber – sumber ajaran Agama
Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan
patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia
dan akhirat.
Dari pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti
menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Pengertian Islam demikian
itu, menurut Maulana Muhammad Ali dapat dihami dari firman Allah yang terdapat pada ayat
202 surat AI-Baqarah yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan,
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Dari uraian di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari segi
kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan herserah diri kepada Tuhan dalam
upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal
2
demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-
pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam
kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.
1. Al-Quran.
Pengertian Al-qur’an
Pendapat para ahli mendifinisikan alquran:
3
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan
ditutup dengan surat An-Nas"
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan
yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara
terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala atau mu’jizat yang diturunkan
kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam,yang
ditulis dalam mushaf diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya ibadah,dan diawali
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik,
Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman
(wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-
mula di Mekah kemudian di Medinah.
Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun,13 tahun sebelum
hijrah hingga 10 tahun setelah hijrah ,dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan
ketika Nabi Muhammad masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun
setelah Nabi Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Ayat-ayat yang tutun ketika Nabi
Muhammad masih berdiam di Mekkah di sebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat
yang turun sesudah Nabi Muhammad pindah ke Medinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah.
• Al-Kitab (Buku)
• Al-Furqan (Pembeda benar salah)
• Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
• Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)
• Al-Hukm (Peraturan/hukum)
• Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
• Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)
4
2. Struktur dan pembagian Al-Qur'an
As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-
Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
5
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula
dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab
sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada
keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. 10:37).
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar,
membenarkan kitab-kitab sebelumnya...” (Q.S. 35:31).
• Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
• Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
• Sebagai pemberi kabar gembira
• Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
• Sebagai peringatan
• Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
• Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)
Ciri-cirinya adalah :
1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi al-
Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya
panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456 ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai manusia) sedang ayat–
ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhallaziina aamanu (hai orang-orang yang
beriman).
3. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni keyakinan pada Kemaha
Esaan Allah, hari Kiamat, akhlak dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu, sedang ayat-
ayat Madaniya memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan sebagainya.
4. Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain :
a. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk akidah ini
berintikan keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan kepastian adanya hari
kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak.
6
b. Petunjuk mengenai syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan
dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan
di akhirat kelak.
c. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh
manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial.
d. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah kaum Allah
menghukum mereka dengan mendatangkan banjir besar serta mengganti kebun yang
rusak itu dengan kebun lain yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya.
e. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir manusia yang
disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala
(terompet) oleh malaikat Israil. “ Apabila sangkakala pertamaditiupkan, diangkatlah bumi
dan gunung-gunung, la- lu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah terjadilah
kiamat dan terbelahlah langit...”. (Qs al-Haqqah (69) : 13-16.
1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
4. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah
tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai
penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah
SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam
Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu
Kalam.
7
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan
Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan
sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat.
Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam
kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam
konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.
Sedangkan khusus hukum syarat dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, misalnya
salat, puasa, zakat, dan haji
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
• Hukum munakahat (pernikahan).
• Hukum faraid (waris).
• Hukum jinayat (pidana).
• Hukum hudud (hukuman).
• Hukum jual-beli dan perjanjian.
• Hukum tata Negara / kepemerintahan
2. Hadist
a. Pengertian Hadist
Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat" atau
"kebiasaan" (traditions). Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan
penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah
persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap perkataan dan perilaku sahabat.
Menurut Etimologi hadist adalah jalan / tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dapat juga
berarti undang-undang yang berlaku.sedangkan Terminologi hadist ialah berita / kabar,
segala perbuatan, perkataan dan takrir ( keizinan / pernyataan ) Nabi Muhammad saw.
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan sabda
Nabi Muhammad Saw.
8
mereka tidak merasa berat hati terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima
sepenuh hati” (Q.S. 4:65).
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh
dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah-ku.”
(HR. Hakim dan Daruquthni).
As-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.Apabila as-
Sunnah / Hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan
mengalami kesulitan-kesulitan seperti :
1. Melaksanakan Shalat, Ibadah Haji, mengeluarkan Zakat dan lain sebagainya, karena ayat
al-Qur’an dalam hal tersebut hanya berbicara secara global dan umum, sedangkan yang
menjelaskan secara rinci adalah as-Sunnah / Hadits.
2. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, untuk menghindari penafsiran yang subyektif dan tidak
dapat dipertanggung jawabkan.
9
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam, yakni
sebagai berikut :
1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-
Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh
Nabi.
Sekalipun al-Qur’an dan as-Sunnah sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun
diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil, antara lain sebagai
berikut :
2. Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup,sedangkan Tidak seluruh
Hadits dapat dijadikan pedoman hidup karena disamping ada Hadits Shahih, ada pula Hadits
yang Dhaif .
10
3. Al-Qur’an sudah pasti autentik lafadz dan maknanya,sebaliknya As-Sunnah belum tentu
autentik lafadz dan maknanya.
4. Apabila al-Qur’an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib,
maka setiap muslim wajib mengimaninya, sedangkan Apabila as-Sunnah berbicara tentang
masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim tidak diharuskan
mengimaninya seperti halnya mengimani al-Qur’an.
4. Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi tidak
sampai dikerjakan
1.Hadits Mutawatir
Secara etimologi, kata mutawatir berarti : Mutatabi’ (beriringan tanpa jarak). Dalam
terminologi ilmu hadits, ia merupakan haidts yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan
berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta.
Periwayatan seperti itu terus menerus berlangsung, semenjak thabaqat yang pertama sampai
thabaqat yang terakhir.
11
Macam-macam hadis mutawatir Hadits mutawatir ada tiga macam, yaitu :
1) Hadits mutawatir Lafzhi, yaitu hadits yang diriwayatkan dengan lafaz dan makna yang
sama, serta kandungan hukum yang sama.
2) Hadits Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadits mutawatir yang berasal dari berbagai hadits
yang diriwayatkan dengan lafaz yang berbeda-beda, tetapi jika disimpulkan,
mempunyai makna yang sama tetapi lafaznya tidak.
3) Hadits Mutawatir ‘Amali, yakni amalan agama (ibadah) yang dikerjakan oleh Nabi
Muhammad SAW, kemudian diikuti oleh para sahabat, kemudian diikuti lagi oleh
Tabi’in, dan seterusnya, diikuti oleh generasi sampai sekarang.
2. Hadits Ahad
Al Ahad jama’ dari ahad, menurut bahasa berarti al-wahid atau satu. Dengan demikian
khabar wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang. Sedangkan ahad secara
istilah, banyak didefinisikan para ulama, antara lain: “Khabar yang tiada sampai jumlah
banyak pemberitanya kepada jumlah khabar mutawatir, baik pengkhabar itu seorang, dua,
tiga, empat, lima dan seterusnya dari bilangan-bilangan yang tiada memberi pengertian
bahwa khabar itu dengan bilangan tersebut masuk ke dalam khabar mutawatir”.
Melihat dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits ahad
adalah sebagai berikut :
1) Hadits yang diriwayatkan oleh beberapa rawi, akan tetapi tidak mencapai derajat
mutawatir
3) Perawi-perawi dalam hadits ahad tidak berdasarkan jumlah, akan tetapi lebih tertuju
pada kredibilitas perawi.
3) Hadits Masyhur
Masyhur menurut bahasa ialah al-intisyar wa az-zuyu’ (sesuatu yang sudah tersebar dan
populer). Atau Masyhur ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi
belum mencapai derajat mutawatir. Menurut ulama ushul: “Hadis yang diriwayatkan dari
12
sahabat, tetapi bilangannya tidak sampai ukuran bilang mutawatir, kemudian baru mutawatir
setelah sahabat dan demikian pula setelah mereka”.
4 ) Hadits Shahih
Hadist shahih Yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sanadnya bersambung
b. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil
c. Memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)nya
d. dan kuat ingatannya
e. Haditsnya musnad, maksudnya hadits tersebut disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada
sebab tersembunyi atau tidak.
5 ) Hadits Hasan
Bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun
tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
Hadist dhaif Ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung dan diriwayatkan oleh orang
yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
7 ) Hadits Maudu’
Bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam sanadnya dijumpai penutur yang
memiliki kemungkinan berdusta.Hadits Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak, yang
tidak diterima. Sedangkan menurut urf Muhaditsin, Hadits Mardud ialah hadits yang tidak
menunjuki keterangan yang kuat akan adanya,tetapi adanya dengan ketidakadaannya
bersamaan. Maka, Jumhur Ulama mewajibkan untuk menerima hadits – hadits maqbul, dan
sebaliknya setiap hadits yang mardud tidak boleh diterima dan tidak boleh diamalkan (harus
ditolak).
3. Ijtihad
A. Pengertian ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau
bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala
13
kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syarat, yaitu Alquran
dan hadist.
Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad
dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran
maupun hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap
mengacu pada Alquran dan hadist.orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.
1. Ijma
Ijma menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut
istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau
wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari
Ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang
untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyas
Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan
kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara
dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
3. Istihsan
Istihsan yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang
lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut
logika dapat dibenarkan.
14
4. Mushalat Murshalah
5. Sududz Dzariah
Sududz dzariah menurut bahasa menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah
tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan
umat.
6. Istishab
Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di
masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.
7. Urf
Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder.
Sumber ajaran agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan
sumber ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad.
3.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
http://ini-makalahku.blogspot.com/2016/09/makalah-sumber-sumber-ajaran-islam.html
https://rhenniyhanasj.wordpress.com/2013/09/29/makalah-pai-sumber-sumber-ajaran-islam/
https://sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com/2015/11/13/makalah-sumber-ajaran-islam/
http://kumpulan-makalah-adinbuton.blogspot.com/2014/11/makalah-pengertian-dan-sumber-
ajaran.html
Prof Ali, Mohammad Daud, SH : Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
Miftah Faridl, As-Sunnah Sumber Hukum Islam, Bandung: Pustaka, 2001
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 2002
http://baihaqi-annizar.blogspot.com/2014/11/sumber-ajaran-islam.html
17