MATA KULIAH
POSITIVE DEVIANCE
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang
program positive deviance untuk permasalahan human trafficking di desa Arum Sari.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tahapan
tahapan dalam penerapan program positive deviance :
1. Menentukan besaran permasalahan dan solusi yang diinginkan tentang human
trafficking di desa Arumsari (Define).
2. Menemukan pelaku positive deviance di desa Arumsari (Determine).
3. Menemukan perilaku umum dan perilaku khusus tentang permasalahan human
trafficking di desa Arumsari (Discover).
4. Membuat program positive deviance untuk human trafficking di desa Arumsari
(Design).
2. PEMBAHASAN
Skenario
Desa Arumsari terletak di kaki pegunungan Kelud. Tingkat pendidikan
penduduknya tergolong rendah. Tanah di Desa Arumsari tergolong subur, terbukti
banyak sayur yang ditanam di daerah tersebut. Namun demikian, desa ini agak terisolasi
karena jalan desa yang masih berupa jalan tanah dan belum ada angkutan umum
pedesaan. Dari 7350 penduduk, sebagian besar (72%) lulusan SD, 21% lulus SMP dan
sisanya lulus SMA. Dari 7350 penduduk tersebut, kira-kira 12% adalah remaja
perempuan. Kurang lebih 70% dari remaja perempuan tersebut bekerja sebagai pekerja
rumah tangga di kota besar bahkan tak jarang di luar negeri sebagai TKI. Pekerja
perempuan tersebut semuanya hanya lulusan SD. Berdasarkan penyelidikan sebuah
LSM, ternyata angka trafficking tergolong cukup tinggi, yaitu sebesar 25% dari pekerja
perempuan. Masalah human trafficking ini akan diselesaikan melalui pendekatan
Positive Deviance (PD).
A. Define
1. Gambaran Desa Arumsari
Lokasi desa Arumsari berada di kaki Pegunungan Kelud. Desa Arumsari
memiliki tanah yang tergolong subur, sehingga banyak sayuran yang ditanam berhasil
panen dengan baik di desa tersebut. Tetapi, jalanan di desa ini masih berupa jalan tanah
dan belum adanya angkutan umum pedesaan sehingga desa ini menjadi agak terisolasi.
Tingkat pendidikan penduduk di desa ini masih tergolong rendah, yaitu sebagian besar
lulusan tamat SD dan penyelidikan LSM menunjukkan bahwa angka trafficking human
di desa ini sebesar 25% dari pekerja perempuan.
Gambar 1 Flipchart perbedaan perempuan yang tidak dan terkena human trafficking
Berdasarkan cerita dari kedua remaja perempuan di atas, diharapkan timbul
simpati dan juga kepedulian dari seluruh masyarakat yang hadir dalam pertemuan
terhadap permasalahan yang terjadi di desa mereka. Hal ini dikarenakan banyaknya
kerugian baik fisik, materi, dan moril oleh korban-korban dari human trafficking.
Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari human trafficking seperti pemerkosaan,
kerja paksa seks, penghibur, pertukaran budaya, kerja migran, pengantin pesanan,
penjualan organ manusia, penyiksaan, penyekapan, dan buruh paksa (Astrid, 2011).
Siapapun tidak ingin hal ini terjadi pada keluarga mereka ataupun orang yang disayangi.
Selanjutnya setelah menceritakan gambaran di atas, dipaparkan ke masyarakat
setempat bahwa hal pertama yang kami sampaikan di musyawarah masyarakat desa
adalah ternyata ada remaja perempuan di Desa Arumsari yang terkena perdagangan
manusia. Berdasarkan data LSM, total penduduk desa Arumsari sebanyak 7350 jiwa
terdapat penduduk yang lulus SD sebanyak 72% (5292 jiwa), lulus SMP sebanyak 21%
(1543 jiwa), dan hanya 7% (515 jiwa) penduduk yang lulus SMA. Dari 72% (5292
jiwa) penduduk yang lulus SD, sebanyak 12% (882 jiwa) adalah remaja perempuan.
Remaja perempuan ini terdapat 70% bekerja di kota besar sebagai PRT dan TKI, serta
30% bekerja yang lainnya. Sebanyak 70% remaja perempuan yang bekerja di kota
besar, terdapat 25% atau 1 dari 4 pekerja perempuan Desa Arumsari yang terkena
perdagangan manusia dan ini merupakan suatu masalah yang terjadi di Desa Arumsari.
25%
(154)
Terkena perdagangan
manusia
B. Determine
Tahap selanjutnya dalam menanggulangi Human Trafficking di Desa Arum Sari
berdasarkan pendekatan positif deviance adalah proses Determine. Berdasarkan tahap
Define didapat hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) disepakati bahwa Human
Trafficking merupakan masalah bagi masyarakat Desa Arumsari dan sepakat ingin
diselesaikan bersama-sama. Disepakati bahwa perdagangan perempuan bisa dicegah
dengan memberikan hak berpendidikan kepada anak-anak perempuan bersekolah lebih
tinggi, dapat memanfaatkan potensi Desa Arum Sari yang subur sehingga tidak perlu
bekerja jauh ke kota atau bahkan keluar negeri. Atapun jika tetap bekerja ke luar desa
dengan cara yang legal, cukup keterampilan sehingga tidak terjebak dalam perdagangan
perempuan atau Human Trafficking.
Pada tahap Determine ini mengajak masyarakat untuk menggali dan menemukan
solusi atau jalan keluar penyelesaiin masalah ini justru dari “depan mata” atau berasal
dari lingkungan masyarakat Desa Arumsari itu sendiri. Prinsip dari tahap Determine
adalah menjawab apakah sudah ada individu/kelompok dalam masyarakat yang telah
memperlihatakan perilaku atau status yang diinginkan dalah hal ini tidak terkena
perdagangan perempuan atau Human Trafficking.
Dalam tahap ini mencari adakah remaja perempuan Desa Arumsari yang tidak
terkena perdagangan perempuan seperti Melati, dengan kriteria sebagai berikut:
- Latar belakang keluarga kurang mampu
- Pendidikan terakhir SMA
- Belum menikah
- Memiliki status kependudukan yang jelas
Kognitif Kurangnya
rendah Nilai pengawasan
agama ortu
yang
kurang
Jalan desa masih tanah
Di lihat dari pohon masalah di atas, bahwa perdagangan manusia (human
trafficking) di desa Arumsari disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
perdagangan manusia (human trafficking). Kurangnya informasi tentang adanya
perdagangan manusia, tingkat ekonomi yang rendah dan tingginya peluang sindikat dari
perdagangan manusia merupakan faktor penyebabnya.
Jalan desa yang masih berupa jalan tanah, angkutan umum desa yang belum
memadai membuat desa ini agak terisolasi sehingga menyebabkan kurangnya tenaga
penyuluh kesehatan sehingga informasi tentang kesehatan dan sosialisasi tentang
bahaya perdagangan manusia masih kurang. Di samping itu, kurangnya akses lowongan
pekerjaan, lapangan pekerjaan yang sulit, ditambah dengan kurangnya keterampilan
(skill) dan pengalaman kerja semakin mempersulit untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak. Hal ini mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran di desa Arumsari.
Tingkat pendidikan yang rendah juga merupakan faktor yang menyebabkan
tingginya angka pengangguran. Motivasi untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi masih sangat kurang, hal ini bisa disebabkan antara lain pengaruh lingkungan
yang kurang kondusif, melihat teman-temannya yang hidup seolah-olah ringan tanpa
beban pelajaran dari sekolah, bisa jalan kesana kemari membuat anak masuk ke dalam
pergaulan bebas apalagi jika nilai pemahaman anak tentang agamanya kurang dan juga
tidak adanya pengawasan dari orang tua.
Semakin maraknya aksi perdagangan manusia ini tidak lepas dari faktor
ekonomi. Tuntutan untuk mendapatkan pekerjaan apalagi jika si anak sudah tidak
bersekolah lagi membuat para sindikat perdagangan manusia ini semakin gencar
menjalankan aksinya. Dengan iming-iming gaji yang besar, bisa jalan-jalan ke kota
besar bahkan ke luar negeri merupakan alasan untuk si pelaku perdagangan manusia
menjerat korban-korbannya. Tidak jarang pelaku merupakan orang-orang terdekat
dengan korban misalnya tetangganya. Dengan memperoleh komisi yang tinggi,
bekerjasama dengan oknum petugas, meningkatnya permintaan akan tenaga kerja yang
murah yang dapat diakses dengan mudah melalui media sosial serta sanksi yang tidak
tegas membuat semakin banyaknya jumlah para pelaku perdagangan manusia ini.
Selanjutnya dari pohon masalah di atas, kemudian dibuatlah kuesioner untuk
panduan dalam diskusi kelompok dan kunjungan rumah seperti yang tercantum dalam
tabel 1.
Setelah kriteria pelaku PD ditetapkan, maka dilakukan discover untuk
menemukan perilaku unik positif yang dimiliki oleh pelaku PD sehingga
memungkinkan mereka bertahan dan tidak terkena perdagangan manusia. Kegiatan ini
diawali dengan diskusi kelompok untuk mengetahui perilaku umum yang terdapat di
dalam masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan rumah sehingga diperoleh
perilaku unik positif. Diskusi kelompok dan kunjungan rumah menggunakan panduan
kuesioner yang terdiri dari 4 aspek, yaitu pendidikan, pengetahuan tentang perdagangan
manusia, hubungan keluarga, serta pergaulan dan lingkungan. Berikut kuesioner yang
digunakan untuk diskusi kelompok dan kunjungan rumah:
NO PERTANYAAN JAWABAN
PENDIDIKAN
1 Di keluarga (bapak/ibu/saudara) rata-rata
tamat sekolah sampai tingkat apa?
2 Menurut (bapak/ibu/saudara) seharusnya
seseorang sekolah sampai tingkat apa?
3 Menurut (bapak/ibu/saudara) pentingkah
anak perempuan sekolah tinggi?
4 Jelaskan pendapat (bapak/ibu/saudara)
mengenai pengaruh pendidikan terhadap
kesempatan bekerja?
5 Apa harapan Bapak/Ibu terhadap masa
depan anak (cita-cita)?
HUBUNGAN KELUARGA
1 Seberapa sering (bapak/ibu/saudara)
berkomunikasi di antara anggota
keluarga?
2 Bagaimana cara berkomunikasi
(bapak/ibu/saudara) berkomunikasi di
keluarga?
3 Kegiatan apa yang biasa dilakukan
bersama sama oleh seluruh anggota
keluarga?
Contoh : sholat berjamaah, makan
bersama
4 Bagaimana cara (bapak/ibu/saudara)
menyelesaikan masalah dalam keluarga?
Contoh : perbedaan pendapat
5 Nilai-nilai agama apa saja yang
diterapkan dalam keluarga?
Contoh : sholat lima waktu, rejeki halal
Seberapa sering ?
2 Pernahkah anak (bapak/ibu) atau saudara
ditawarkan pekerjaan di luar desa
HUBUNGAN KELUARGA
No. DK-1 DK-2 DK-3 DK-4 DK-5 DK-6 Perilaku
Umum
1 3x/ minggu 1x/ minggu 3x/ minggu 3x/ minggu 2x/ minggu Setiap hari 3x/ minggu
2 Mengobrol Mengobrol Mengobrol Mengobrol Mengobrol Mengobrol Mengobrol
3 Makan - Nonton TV Nonton TV Sholat Nonton TV Nonton TV
malam
4 Diskusi Dibiarkan Tidak Tahu Diskusi Diskusi Keputusan Diskusi
Ortu
5 Rejeki Sholat 5 - Sholat 5 Sholat 5 Sholat 5 Sholat 5
halal waktu waktu waktu waktu waktu
HUBUNGAN KELUARGA
No KR-1 KR-2 KR-3 KR-4 KR-5 KR-6 Perilaku Perilaku Perilaku
. Unik Umum Unik
Positif
1 Sering 3x/mgg Tiap Jarang Jarang Jarang Tiap hari 3x/mgg Tiap hari
3x/mgg hari
2 Mengob Mengob Mengob Mengob Mengob Mengob - Mengob -
rol rol rol rol rol
rol rol
3 Makan Makan Sholat, Sholat Sholat Makan - Nonton -
malam bersama makan magrib magrib bersama tv
4 Diskusi Diskusi Diskusi Bapak yang Diskusi Dibiarkan Diskusi Diskusi -
memutuskan
5 Tata Sholat Sholat Sholat 5 Tidak Sholat 5 - Sholat 5 -
krama waktu bohong waktu waktu
D. Desain
2.4 Membuat program positif deviance human traficcking (Design)
Setelah menentukan perilaku unik positif dari langkah sebelumnya, maka
selanjutnya adalah membuat program. Program ini tentu saja menerapkan perilaku unik
positif yang ditemukan dari para pelaku PD. Untuk masalah human trafficking ini, yang
menjadi fokus perhatian adalah agar masyarakat terutama remaja perempuan terhindar
dari human trafficking.
Program positive deviance diberi nama GARPU (Gerakan Anti peRdagangan
peremPUan). Garpu sendiri terinspirasi dari bentuk garpu dan manfaat yang bermacam-
macam. Pada program ini terdiri dari beberapa kegiatan di dalamnya. Kegiatan ini juga
diharapkan masyarakat nantinya (terutama ibu dan anak perempuan) memiliki banyak
pengetahuan dan ketrampilan setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Adapun
tujuan dari kegiatan GARPU adalah :
1. Menggerakkan kesadaran masyarakat dan kepedulian pada perempuan (ibu dan
anak perempuan)
2. Membekali pengetahuan tentang human trafficking (perdagangan manusia) agar
terhindar dari human trafficking
3. Membekali berbagai macam keterampilan untuk pengembangan potensi diri
Kegiatan GARPU dirancang dan disepakati bersama masyarakat dalam forum
musyawarah masyarakat dengan tujuan terhindar dari human trafficking. Pada
pelaksaanan kegiatan ini diundang para instansi atau dinas terkait seperti dinas
pendidikan, dinas perindustrian, dinas tenaga kerja, dinas pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak, juga kepala desa atau tokoh masyarakat. Kegiatan ini diharapkan
menjadi program yang berkelanjutan dengan memperhatikan kebutuhan dari masyarakat
demi peningkatan potensi dirinya atau perbaikan hidup.
Kegiatan dilaksanakan selama 6 hari dalam sebulan, yaitu 3 hari pada minggu
pertama dan 3 hari pada minggu ketiga. Tiap bulan merupakan satu sesi. Untuk program
PD ini dibutuhkan kurang lebih selama 4 sesi atau 4 bulan berturut-turut. Waktu dan
tempat pelaksanaan dispekati oleh peserta dengan memerlukan waktu selama 2 jam
setiap hari. Kegiatan akan dilaksanakan pada jam 10 pagi atau jam 3 sore.
Gambar 2. Pembagian Kegiatan Harian Untuk Kader, Ibu / Remaja Perempuan dan
Sarana yang Dibutuhkan
Peserta dalam hal ini ibu atau remaja perempuan melakukan pengisian absen,
perkenalan diri, bermain peran sesuai tugas yang diberikan, mengikuti gerakan saat ice
breaking, mendengarkan penjelasan rencana selanjutnya. Sarana yang dibutuhkan
meliputi absensi, boneka, bola, spidol, karton, tali, alat permainan dan jadwal agenda
kegiatan.
2.4.5 Negosiasi
Pada kegiatan GARPU tidak terlepas dari negosiasi karena kegiatan ini
melibatkan masyarakat dan memberdayakan masyarakat, sehingga perlunya
menyesuaikan dengan kondisi mereka. Negosiasi ini meliputi hal susunan acara,
pembagian tugas kader, tempat dan waktu, pemberitahuan kepada ibu dan remaja
perempuan.