PENGAUDITAN II
OLEH:
WIDYA NINGSIH
B1C1 16 210
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
Resume pengauditan 2:
Pengertian Audit
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak independen, terhadap suatu laporan keuangan yang disusun
oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Komponen laporan keuangan (PSAK NO 1 revisi 2009), yaitu:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode,
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode,
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode,
4. Laporan arus kas selama periode,
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting
dan informasi penjelasan lain, dan
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklarifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Piutang
Merupakan hak atau klaim perusahaan atas barng yang belum dibayar oleh
perusahaan lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebab terjadinya piutang adalah
penjualan kredit. Piutang disajikan di neraca dalam dua kelompok yaitu : Piutang
usaha dan Piutang non usaha.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:173) tujuan pemeriksaan perkiraan piutang
usaha yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control)
yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari
pada piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup
tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih).
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang
timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable).
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
Ekuitas
Merupakan besarnya hak atau kepentingan pemilik perusahaan atas harta
perusahaan yang bersangkutan. Pengklasifikasian ekuitas tergantung pada jenis dan
bentuk hukum perusahaan yang dijalankan.
Terdapat perbedaan utama antara audit ekuitas pemilik pada perusahaan
terbukadan perusahaan tertutup. Pada perusahaan yang tertutup biasanya hanya
terdiri atas sedikit pemegang saham saja sehingga hanya terdapat sedikit transaksi
selama tahun berjalan yaitu transaksi perubahan ekuitas pemilik atas laba tahunan
atau kerugian dan pengumuman devide, namun perusahaan tertutup jarang
membayar deviden dan auditor tidak banyak menghabiskan waktu untuk melakukan
verifikasi ekuitas pemilik meskipun catatan perusahaan tetap harus diuji.
Sedangkan untuk perusahaan terbuka, verifikasi ekuitas pemilik lebih
kompleks karena terdapat lebih banyak pemegang saham dan banyak perubahan
individu pada individu pemegang saham. Transaksi-transaksi ekuitas pemilik yang
mungkin terjadi adalah perubahan ekuitas pemilik disebabkan oleh laba atau rugi
tahunan serta pembagian dividen. Prinsip akuntansi berterima umum dalam
penyajian ekuitas pemegang saham di neraca adalah:
Modal saham.
Treasury Stock.
Saldo laba.
Tujuan dari pemeriksaan auditor terhadap ekuitas pemilik adalah untuk:
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan ekuitas pemegang saham.
2. Membuktikan bahwa saldo modal saham mencerminkan kepentingan
pemegang saham yang ada pada tanggal neraca dan mencerminkan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham selama
tahun yang diaudit.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selama tahun yang diaudit
dan kelengkapa saldo ekuitas pemegang saham yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan bahwa saldo ekuitas pemegang saham yang dicantumkan di
neraca merupakan klaim pemilik terhadap aktiva entitas.
5. Membuktikan kewajaran penilaian ekuitas pemegang saham yang
dicantumkan di neraca.
Laba rugi
Laba-rugi (profit and loss accounts) terdiri dari perkiraan pendapatan operasi,
harga pokok penjualan, beban operasi, pendapatan, dan beban di luar operasi dan pos
luar biasa.
Menurut PSAK No.23 (IAI, 2002 : 23.1), Penghasilan didefinisikan dalam
kerangkadasar penyusunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban
yangmengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribsi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun
keuntungan(gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas
perusahaan yangbiasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa(fees), bunga, dividen, royalty dan sewa. Sedangkan keuntungan
(gain) biasa berasal dari penjualan aktiva tetap (gain on sale of fixed assests), tukar
tambah aktiva tetap tidak sejenis (gain on trade-in), keuntungan selisih kurs (foreign
exchange gain).
Pos luar biasa maksudnya kerugian yang timbul dari kejadian atau transaksi
yangbersifat tidak normal dan tidak sering terjadi, misalnya kerugian sebagai
akibatgempa bumi, kebakaran atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi
denganklaim asuransi, jika ada disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba
rugi.
Harga pokok penjualan adalah jumlah yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk memperloleh barang yang terjual (cost merchandise sold) atau untuk
memproduksi barang yang terjual (cost of goods sold).
Beban operasi (operating expenses) terdiri dari beban penjualan (selling
expenses)dan beban umum dan administrasi (general and administrative expenses).
Contoh :selling expenses antara lain : gaji bagian penjualan, komisi salesman, biaya
iklanpromosi, entertainment, transport dan lain-lain.
Tujuan pemeriksaan perkiraan laba rugi, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan
dan beban termasuk apakah perusahaan menggunakan acrual basis untuk
mencatat pendapatan maupun beban,
2. untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang menjadi hak perusahaan
telah dicatat di buku perusahaan, dan apakah pendapatan yang dicatat betul –
betul merupakan hak perusahaan dengan menggunakan cut-off yang tepat,
3. untuk memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah
dicatat di buku perusahaan, dan apakah semua biaya yang dicatat betul –
betul merupakan beban perusahaan, dengan memperhatikan cut-off yang
tepat, untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan
pendapatan dan beban jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maupun
jika dibandingkan bulan per bulan atau jika dibandingkan dengan anggaran
pendapatan dan beban,
4. untuk memeriksa apakah pendapatan dan beban telah dilaporkan sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
Sehingga ada beberapa prosedur audit yang disarankan, yaitu:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya. (gunakan
internal control quetionnaires, flow chart atau narrative memo).
2. Minta rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka
perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review
procedures. Buat analisis rasio dan hitung juga ROI dan ROE. Rasio yang
dihitung untuk tahun yang diperiksa dibandingkan denga rasio tahun lalu dan
rasio industri.
3. Minta rincian laba rugi untuk periode yang diperiksa, yang dibandingkan
dengan budget untuk periode yang sama. Hitung variance yang terjadi dalam
rupiah maupun persen. Viarance yang jumlahnya material harus diselidiki
sebab-sebabnya. Dari analisis variance tersebut kemungkinan bisa diketahui
seandainya perusahaan melaporkan angka yang tidak sebenarnya dengan
tujuan agar tidak terjadi penyimpangan yang besar dari budget yang sudah
ditetapkan. Misalnya window dressing penjualan, pergeseran mata anggaran
atau pergeseran waktu pencatatan.
4. Minta rincian penjualan menurut jenis barangnya atau menurut area
penjualannya yang mencantumkan kuantitas barang yang dijual maupun nilai
uangnya selama setahun (dibuat per bulan). Kemudian bandingkan kuantitas
yang dijual, secara tes basis, dengan pengeluaran barang yang tercatat pada
kartu persediaan.
5. Periksa cut - off penjualan, untuk mengetahui ada atau tidaknya pergeseran
waktu pencatatan penjualan. Periksa cut-off pembelian, untuk mengetahui
adanya pergeseran waktu pencatatan pembelian.
6. Periksa subsequent payment untuk mengetahui kemungkinan adanya
unrecorded liabilities. Periksa juga subsequent collection untuk mengetahui
kemungkinan adanya unrecorded receivables.
7. Buat analisis terhadap beberapa perkiraan biaya atau pendapatan yang
kemungkinan bisa ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam
pengisian SPT untuk membuat koreksi fiskal, atau yang memungkinkan
timbulnya contingent liability.
8. Untuk biaya – biaya dan pendapatan yang ada kaitannya dengan pajak harus
diperiksa apakah peraturan perpajakan yang berlaku telah ditaati.
9. Khusus untuk biaya gaji : periksa daftar gaji untuk satu atau beberapa bulan,
kemudian tes perhitungan PPh 21 untuk mengetahui apakah perhitungannya
sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selanjutnya bandingkan total
biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan laba rugi dengan SPT PPh 21.
(perhatikan apakah PPh 21 ditanggung karyawan atau perusahaan), Secara tes
basis bandingkan data yang ada dalam daftar gaji dengan personel file untuk
mengetahui apakah jumlah gaji, status keluarga sama atau tidak, dan lakukan
observasi pada saat pembayaran gaji (biasanya dilakukan pada perusahaan
yang pegawainya sangat banyak) untuk mengetahui apakah ada pegawai
yang fiktif.
10. Periksa apakah penyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keungan ETAP/PSAK/IFRS.