Anda di halaman 1dari 21

52

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah PT. Elnusa Tbk
PT. Elnusa Tbk merupakan satu-satunya perusahaan nasional yang
menguasai kompetensi di bidang jasa minyak dan gas bumi antara lain :
Jasa Seismic, Pengeboran dan Pengelolaan Lapangan Minyak. Elnusa
menyediakan jasa migas dengan strategi aliansi global bagi perusahaan
migas berkelas dunia dan juga sesuai dengan standar keselamatan dan
lindung lingkungan.
Sebagai bagian dari afiliasi Pertamina, pemegang saham
pengendali Elnusa memberikan konstribusi yang sangat besar atas
keberadaan Elnusa saat ini.Elnusa memiliki 40 tahun lebih pengalaman di
industri jasa migas dengan klien baik perusahaan nasional maupun
internasional.Elnusa merupakan market leader di industri jasa migas
dengan keahlian yang mumpuni dan membawa sampai kancah pasar
internasional.
Elnusa mengawali kiprahnya sebagai pendukung operasi PT
Pertamina (Persero) pada tahun 1969. Jasa yang ditawarkan Elnusa antara
lain terutama dalam memberikan pelayanan termasuk pemeliharaan dan
perbaikan, di bidang peralatan komunikasi elektronik, peralatan navigasi
dan sistem radar yang digunakan oleh kapal-kapal milik Pertamina.
Pada Oktober 2007, Elnusa kembali melakukan restrukturisasi
menjadi perusahaan pertama Indonesia yang memberikan layanan hulu
migas terpadu (Integrated Upstream Oil and Gas Services
Company).Selain itu, untuk memperkuat lini bisnis, Elnusa memiliki
empat afiliasi yang dikonsolidasikan juga dalam struktur korporasi.PT
Elnusa Tbk secara resmi terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 6 Februari 2008. Dengan sikap profesional, transparansi, clean dan
dengan etika bisnis yang terpercaya, Elnusa siap untuk menghadapi
53

tantangan baik secara regional, nasional maupun internasional. Saat ini,


Elnusa merupakan pemimpin di sektor jasa migas dengan kliennya yang
merupakan perusahaan nasional maupun multi-nasional.
Jasa Migas Elnusameliputi :
a. Jasa Data Geofisik: proses dan penyimpanan data melalui metode
seismic dengan peralatan yang dibentangkan di darah, laut dan zona
transisi (laut dangkal/hutan bakau) dan laut dalam. Menjadi pionir
dalan jasa data geofisikadi Indonesia, Elnusa memegang kendali atas
operasi geofisika di Indonesia.
b. Jasa Pengeboran Migas: menyediakan solusi pengeboran dengan
manajemen pengeboran, peralatan, pengadaan dan provisi. Tahun
2009, Elnusa melalui Divisi Pengeboran merupakan satu-satunya divisi
atau perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan Modular Rig
Pertama di Asia Pasifik.
c. Jasa Pengelolaan Lapangan Minyak: mengoperasikan dan memelihara
lapangan migas dan sumur, EPC-M, pipa O&M dan fasilitas produksi,
penanganan produksi migas dan jasa pendukung pengeboran darat
seperti Wireline Logging, Cementing dan Well Testing serta jasa
evaluasi produk.
d. Jasa Pendukung: merupakan pelengkap dari jasa migas yang dimiliki
Elnusa antara lain data manajemen dan jasa telekomunikasi. Dimana
jasa pendukung ini dioperasikan oleh Anak Perusahaan dan Afiliasi
Elnusa.
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi :“Perusahaan Jasa Energi Terkemuka yang Memberikan Solusi Total”
Misi :
a. Meningkatkan kelangsungan bisnis yang berkelanjutan dan
menguntungkan dalam industri energi dalam negeri dan internasional
untuk memenuhi harapan pemegang saham.
54

b. Memenuhi dan menjaga kepuasan pelanggan dengan memberikan


Total Solution melalui sinergi, operational Excellence, QHSE dan
prinsip-prinsip GCG.
c. Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan untuk berkembang bagi
karyawan.
d. Membangun hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan
dengan pemerintah, mitra, dan masyarakat.
Nilai-Nilai Perusahaan
a. Clean :memiliki integritas, komitmen tinggi dan dapat diandalkan
dalam menjalankan setiap aktivitas bisnis perusahaan.
b. Respectful :Terpercaya di dalam komunitas bisnis dan lingkungan
karena memiliki keahlian dan semangat yang tinggi di bidangnya
dalam menyelesaikan pekerjaan secara cepat dan akurat, memahami
kebutuhan pelanggan, memberikan pelayanan terbaik untuk mencapai
kepuasan pelanggan serta menjadikan keselamatan kerja sebagai
prioritas utama dalam melaksanakan setiap aktivitas.
c. Synergy :Bersikap proaktif menjalin kerja sama dengan pelanggan,
mitra usaha, masyarakat, karyawan dan pemegang saham.
3. Lokasi Kegiatan
PT Elnusa TBK memiliki dua operasi pusat, yang pertama
dibangun Wisma Mulia di Jakarta untuk administrasi dan untuk
melakukan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi termasuk fasilitas
produksi di Kalimantan Timur.Lapangan-lapangan yang telah di
kembangkan tersebut terbagi dalam empat wilayah yaitu Badak, Nilam,
Samberah, Mutiara, Beras dan Pemaguan.
a. Lapangan Badak
Lapangan Badak merupakan daerah yang pertama kali ditemukan,
yaitu pada tahun 1972 dengan luas wilayah 107.305 ha.Lapangan yang
berlokasi di dekat delta Sungai Mahakam ini memiliki serangkaian
reservoir gas dan terdistribusi secara vertical ke berbagai area yang
telah terstruktur.Wilayah ini menjadi pusat oprasi utama kegiatan
55

operasi minyak dan gas sekaligus menjadi pusat bangunan dari setiap
departemen yang ada diperusahaan ini.Hingga saat ini hampir 200
sumur telah dibor di lapangan badak untuk mendapatkan volume dan
potensi hidrokarbon yang besar.Pengeboran sumur-sumur ini
dilengkapi dengan beberapa fasilitas produksi gas, produksi minyak
mentah, stabilisasi konsesial, pemanfaatan gas, tankpram dan power
plant.Namun karena umur lapangan ini yang telah tua, maka
manajemen terhadap reservoir menjadi lebih kompleks.Gas yang
dihasilkan di lapangan badak disalurkan menjadi 56 km ke utara
melalui pipa berdiameter besar dan bertekanan tinggi menuju Bontang
LNG Plant dan Perusahaan Industri Kalimantan Timur yang terdiri
dari 7 perusahaan pupuk dan perusahaan petrokimia.Minyak dan
kondensat disalurkan menuju Unocal Operated Santan
Terminal.Lapangan Badak saat ini telah jauh berkembang pesat dari
sejak pertama kaliwilayah ini ditemukan.Hal ini terlihat dari kemajuan
infra strukturnya dan perekonomian sekitar.
b. Lapangan Nilam
Lapangan Nilam yang ditemukan pada juli 1974 ini memiliki hampir
1.000 sumber terpisah dan 167 lapisan tanah, sehingga menyebabkan
lapangan ini begitu kompleks. Lapangan seluas 40.000 ha ini
memproduksi sekitar 30% produksi gas yang berasal dari 218 sumber
di Nilam, delapan sumur di Lempake dan dua lapangan baru yang
mulai dimanfaatkan ditahun 2002. Gas dan minyak yang diproduksi
dikumpulkan di 6 stasiun pengumpulan (Satelit 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 yang
selanjutnya diproses di Nilam Central Plant (NCP).Sungai Mahakam
yang menjadi jalur distribusi dari Lapangan Nilam membuat
transportasi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan perahu.
c. Lapangan Samberah
Lapangan Samberah ditemukan pada januari 1974 dan merupakan
wilayah yang paling utama dari keseluruhan area
pengeboran.Lapangan ini juga memiliki banyak reservoir minyak dan
56

gas dengan kedalaman produksi mulai dari 1.000 feet hingga 10.000
feet.Hingga tahun 2009, yaitu sebesar 180MMSCFD (One Milion
Cubic Feet per Day).Gas dan minyak dari lapangan Samberah
selanjutnya dikumpulkan di plant Samberah 13 dan Samberah 14
untuk dilakukan proses pemisahan tiga fase yakni gas, minyak dan air.
Gas yang dihasilkan akan dialirkan ke jalur pipa Badak-Bontang,
minyak dipompakan ke tangki pengumpulan di Badak dan air
terproduksi dialirkan ke Instalasi Pengelolahan Air Limbah (Polution
Control Unit) di Samberah 14 kemudian dipompakan ke Badak untuk
diinjeksikan. Gas dan minyak yangdiproduksikan harus di kirim
sebagai konsekunsi fokusnya pengembangan di wilayah Badak dan
Nilam. Untuk Meningkatkan daya produksi direncanakan untuk
meningkatkan pengeboran dimasa yang akan datang dan meningkatkan
fasilitas yang digunakan.
d. Lapangan Mutiara, Pamaguan, dan Beras
Pada tahun 1974, menemukan sumber minyak di daerah
Pamaguan.Kemudian pada tahun 1991 cadangan gas pada daerah ini
dikembangkan. Pada tahun 1993, kembali menemukan sumber minyak
dan gas lain yaitu di daerah Mutiara dan Beras. Selanjutnya lapangan
Mutiara, Beras, dan Pemaguan tergabung dalam satu wilayah lapangan
mutiara yang merupakan wilayah paling selatan dari keseluruhan area
pengeboran.Lapangan Mutiara yang merupakan lapangan terbesar,
berlokasi di selatan Sungai Mahakam di sebelah barat Kota Kecil
Handil.Namun sumber minyak terbesar berasal dari lapangan Beras
yang berlokasi disebelah selatan lapangan Mutiara.Sedangkan
lapangan Pamaguan yang menjadi lapangan yang paling awal
ditemukan, berlokasi disebelah utara Lapangan Mutiara dan terletak di
pinggir Sungai Dondang.Produksi gas meningkat secara signifikan di
tahun 1999 dan tahun 2003 sebagai hasil dari strategi kebijakan yang
matang untuk memaksimalkan recovery dan hasil dari percepatan
57

kehabisan persediaan persedian minyak.Saat ini lapangan Mutiara


memasok sepertiga dari produksi total gas.
4. Deskripsi Logo BaruPerusahaan
Logo baru elnusa terdiri dari ‘logogram’ dan ‘logotype’.

a. Logogram
Gagasan dasarnya adalah“circular energy” yang divisualisasikan
seperti bentuk huruf “e” sebagai huruf awal nama Perseroan yaitu
elnusa dan ruang lingkup bisnis Perseroan yaitu jasa energi. struktur
bentuk logogram bulat, bermaknadinamis dan sempurna. Elnusa
sebagai perusahaan jasa, memiliki semangat dan kekuatan besar
yang secara dinamis berperilaku responsif, adaptif, dan inovatif
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sempurna
adalah komitmen dan integritas elnusa untuk membangun negeri
melalui bisnis jasa energi. Konfigurasi gradasi ketebalan garis
pada logogram menciptakan impresi kecepatan berputar yang
mengartikulasikan continuous improvement dalam penguasaan
teknologi, peningkatan mutu sumberdaya insani, dan menghasilkan
profesionalisme yang terpercaya guna mengakselerasi pertumbuhan
bisnis dan pengembangan usaha. Komposisi warna logogram
mencerminkan karakteristik dan nilai inti elnusa: hijau = Clean;
merah = Respectful; biru = Synergy.
b. Logotype
Tulisan ‘elnusa’ menggunakan huruf Frutiger sain Bd v.1
denganformat huruf kecil (lowercase) dan tebal (bold), hal ini
memberi kesan elnusa ramah dan tegas.
58

5. Struktur Organisasi

Gambar 4.1.Struktur Organisasi PT.Elnusa Tbk.


59

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Umur
Umur karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur karyawan Service
Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1 Dewasa Madya (41-
16 40
60 tahun)
2 Dewasa Awal (18-40
24 60
tahun)
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh gambaran bahwa dari 40


responden yang terlibat dalam penelitian ini proporsi tertinggi pada
responden dengan umur dewasa awal (18-40 tahun) berjumlah 24
responden (60%), sedangkan dewasa madya (41-60 tahun)berjumlah
16 responden (40%).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1 Laki-laki 40 100
2 Perempuan 0 0
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh gambaran bahwa dari 40


responden yang terlibat dalam penelitian ini seluruhnya jenis kelamin
laki-laki berjumlah 40 responden (100%).
60

c. Status Pernikahan
Status Pernikahan karyawan Service Well Company PT. Elnusa
Tbk Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.3 :
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi berdasarkan status pernikahan
karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak

No Status Pernikahan Frekuensi Persentase (%)


1 Menikah 29 72,5
2 Belum Menikah 11 27,5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh gambaran bahwa dari 40


responden yang terlibat dalam penelitian ini proporsi tertinggi pada
responden yang telah menikah berjumlah 29 responden (72,5%),
sedangkan belum menikah berjumlahberjumlah 11 responden (27,5%).
d. Pendidikan
Pendidikan karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.4 :
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


1 SMU/Sederajat 24 60
2 S1 16 40
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh gambaran bahwa dari 40


responden yang terlibat dalam penelitian ini proporsi tertinggi pada
responden pendidikan terakhir tamat SMU/Sederajat berjumlah 24
responden (60%), sedangkan tamat S1 berjumlahberjumlah 16
responden (40%).

e. Masa Kerja
61

Masa kerja karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk


Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan masa kerja karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak

No Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)


1 > 3 tahun 26 65
2 ≤ 3 tahun 14 35
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh gambaran bahwa dari 40


responden yang terlibat dalam penelitian ini proporsi tertinggi pada
responden masa kerja > 26 tahun berjumlah 26 responden (65%),
sedangkan masa kerja ≤ 3 tahun berjumlahberjumlah 14 responden
(35%).
f. Beban Kerja
Beban kerja karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi berdasarkan beban kerja karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak

No Beban Kerja Frekuensi Persentase (%)


1 Tinggi 25 62,5
2 Rendah 15 37,5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh gambaran bahwa dari 40


responden yang terlibat dalam penelitian ini proporsi tertinggi pada
responden beban kerja tinggi berjumlah 25 responden (62,5%),
sedangkan beban kerja rendah berjumlahberjumlah 15 responden
(37,5%).

g. Stres Kerja
62

Stres kerja karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk


Wilayah Muara Badak dapat dilihat pada tabel 4.7 :
Tabel 4.7. Distribusi frekuensi berdasarkan stres kerja karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak

No Stres Kerja Frekuensi Persentase (%)


1 Stres Kerja 23 57.5
2 Tidak Stres Kerja 17 42.5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh gambaran bahwa dari 40


responden yang terlibat dalam penelitian ini terlihat bahwa responden
lebih banyak yang mengalami stres kerja yaitu 23 responden (57.5%)
sedangkan yang tidak mengalami stres kerja berjumlah 17 responden
(42.5%).
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan usia dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Hubungan usia dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.8. Hubungan usia dengan stress kerja pada karyawan Service
Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak
tahun 2018

Stres Kerja
No Usia Tidak Total % p value
Stres
% Stres %
Kerja
Kerja
Dewasa
Madya (41- 13 32.5 3 7.5 16 40
1 60 tahun)
Dewasa 0,014
Awal (18- 10 25 14 35 24 60
2 40 tahun)
Jumlah 23 57.5 17 42.5 40 100
Sumber : Data Primer, 2018
63

Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari 16 responden dengan


usia dewasa madya (41-60 tahun), proporsi tertinggi adalah yang
mengalami stres kerja berjumlah 13 responden (32.5%), terdapat pula
responden usia dewasa madya (41-60 tahun) yang tidak mengalami
stres kerja berjumlah 3 responden (7.5%). Adapun dari 24 responden
dengan usia dewasa awal (18-40 tahun), proporsi tertinggi adalah yang
tidak mengalami stres kerja berjumlah 14 responden (35%), sedangkan
responden usia dewasa awal (18-40 tahun) yang mengalami stres kerja
berjumlah 10 responden (25%). Hasil uji statistik diperoleh p value =
0,014 < 0,05 sehingga Ho ditolak yaitu ada hubungan usia dengan
stress kerja pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak tahun 2018.
b. Hubungan masa kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Hubungan masa kerja dengan stress kerja pada karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun
2018pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.9. Hubungan masa kerja dengan stress kerja pada karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak tahun 2018

Stres Kerja
No Masa Kerja Tidak Total % p value
Stres
% Stres %
Kerja
Kerja
1 > 3 tahun 21 52.5 5 12.5 26 65
2 ≤ 3 tahun 2 5 12 30 14 35 0,000
Jumlah 23 57.5 17 42.5 40 100
Sumber : Data Primer, 2018
Dari tabel tersebut terlihat dari 26 responden dengan masa
kerja > 3 tahun, proporsi tertinggi yang mengalami stres kerja
berjumlah 21 responden (52.5%), sedangkan responden masa kerja > 3
tahun yang tidak mengalami stres kerja berjumlah 5 responden
(12.5%). Adapun dari 14 responden dengan masa kerja ≤ 3 tahun,
proporsi tertinggi adalah yang tidak mengalami stres kerja berjumlah
64

12 responden (30%), sedangkan responden masa kerja ≤ 3 tahun yang


mengalami stres kerja berjumlah 2 responden (5%). Hasil uji statistik
diperoleh p value = 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak yaitu ada
hubungan masa kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
c. Hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun
2018pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.10. Hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak tahun 2018

Stres Kerja
Beban Tidak
No Stres Total % p value
Kerja % Stres %
Kerja
Kerja
1 Tinggi 18 45 7 17,5 25 62,5
2 Rendah 5 12.5 10 25 15 37,5 0,039
Jumlah 23 57.5 17 42.5 40 100
Sumber : Data Primer, 2018
Dari tabel tersebut terlihat dari 25 responden dengan beban
kerja tinggi, proporsi tertinggi adalah yang mengalami stres kerja
berjumlah 18 responden (45%), sedangkan responden dengan beban
kerja tinggi yang tidak mengalami stres kerja berjumlah 7 responden
(17,5%). Adapun dari 15 responden dengan beban kerja rendah,
proporsi tertinggi adalah yang tidak mengalami stres kerja berjumlah
10 responden (25%), sedangkan responden dengan beban kerja rendah
yang mengalami stres kerja berjumlah 5 responden (12.5%). Hasil uji
statistik diperolehp value = 0,039< 0,05 sehingga Ho ditolak yaitu ada
hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
65

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dilakukan pembahasan mengenai
hubungan usia, masa kerja dan beban kerjadengan stress kerja pada karyawan
Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun
2018sebagai berikut :
1. Hubungan usia dengan stress kerja pada karyawan Service Well Company
PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Hasil penelitian mengenai hubungan usia dengan stress kerja pada
karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak
tahun 2018 terlihat dari 16 responden dengan usia dewasa madya (41-60
tahun), proporsi tertinggi adalah yang mengalami stres kerja berjumlah 13
responden (32.5%), terdapat pula responden usia dewasa madya (41-60
tahun) yang tidak mengalami stres kerja berjumlah 3 responden (7.5%).
Adapun dari 24 responden dengan usia dewasa awal (18-40 tahun),
proporsi tertinggi adalah yang tidak mengalami stres kerja berjumlah 14
responden (35%), sedangkan responden usia dewasa awal (18-40 tahun)
yang mengalami stres kerja berjumlah 10 responden (25%). Hasil uji
statistik diperoleh p value = 0,014 < 0,05 sehingga Ho ditolak yaitu ada
hubungan usia dengan stress kerja pada karyawan Service Well Company
PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Menurut Priyanto (2014), usia atau umur adalah satuan waktu yang
mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang masih
hidup maupun yang sudah mati. Menurut kamus besar bahasa indonesia,
usia atau umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan).
Menurut Prasetyo (2008) bahwa peranan faktor umur pada individu
dalam bereaksi dalam situasi yang potensial menimbulkan stress
tampaknya banyak dipengaruhi faktor lain, mereka yang usianya sudah
lanjut (60 tahun) jelas sudah menurun kemampuannya dalam beradaptasi,
karena adanya penurunan fungsi organ. menurut Ringenbach dan Jacob,
umur berkaitan erat dengan stress. Semakin tua usia seseorang maka akan
66

menyebabkan organ dan kondisi fisik menurun, sehingga lebih rentan


untuk mengalami stres. Umur adalah salah satu faktor yang penting,
semakin tinggi usia semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain
disebabkanoleh faktor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam
berbagai kemampuanseperti kemampuan visual, berpikir,mengingat dan
mendengar (Kawatu, 2012). Menurut Anoraga dalam Munandar (2011),
semakin tua seseorang maka orang tersebutsemakin rentan mengalami
stres, sedangkan menurut Gunarsa dalam Munandar (2011), seseorang
akan rentan mengalamistres pada usia 21–40 tahun dan pada usia 40–
60tahun.
Biasanya pekerja yang memiliki umur yang lebih muda memiliki
penglihatan dan pendengaran lebih tajam, gerakan yang lincah serta daya
tahan tubuh yang kuat. Tetapi, untuk jenis pekerjaan lain umur yang lebih
tua biasanya lebih berpengalaman danpemahaman yang lebih banyak,
sehingga pada jenis pekerjaan tertentu umur dapat memicu terjadinya stres
kerja (Munandar, 2011).Kategori umur tua yang mengalamistres berat bisa
terjadi karena kondisi fisikyang semakin menurun karena faktor
umursudah tidak seimbang dengan beban kerjayang diterimanya. Kategori
umur tua yangmengalami stres ringan bisa diakibatkanoleh kondisi fisik
yang sudah tidak kuatnamun masih bias mengedalikan bebankerja yang
diterimanya sehingga hanyamengalami stres ringan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yangdilakukan oleh Purwindasari
(2011) yang menunjukan bahwa faktor umur berhubungam dengan stres
kerja.Sama halnya dengan penelitian Prabowo (2009) juga diperoleh hasil
bahwa faktor umur berhubungan dengan kejadian stres kerja.
Menurut Bayuwega (2016) hubungan antara umur dengan tingkat
stres kerja membentuk kurva “U” terbalik. Tingkat stres yang dialami
pekerja muda (< 35 tahun) cenderung rendah dan mulai mengalami
peningkatan hingga mencapai puncak stres kerja pada pekerja usia
menengah (36-50 tahun) kemudian mengalami penurunan stres ketika
pekerja memasuki golongan usia tua (> 50 tahun). Pekerja berumur tua
67

cenderung mengalami stres yang lebih tinggi akibat beban kerja dan
tanggung jawab yang besar.Semakin tua umur seseorang, besar
kemungkinan terjadinya stres kerja, mengingat bertambahnya umur
seseorang semakin kompleks persoalan yang dihadapinya.Selain itu, bisa
terjadi penurunan tingkat adaptasi oleh seseorang di lingkungan
kerja.Selain itu, semakin tua umur semakin pendek waktu tidur, sehingga
keluhan mental pun lebih banyak dialami pekerja yang sudah tua daripada
pekerja masih muda.
2. Hubungan masa kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Hasil penelitian mengenai hubungan masa kerja dengan stress kerja
pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak tahun 2018 terlihat dari 26 responden dengan masa kerja > 3 tahun,
proporsi tertinggi yang mengalami stres kerja berjumlah 21 responden
(52.5%), sedangkan responden masa kerja > 3 tahun yang tidak mengalami
stres kerja berjumlah 5 responden (12.5%). Adapun dari 14 responden
dengan masa kerja ≤ 3 tahun, proporsi tertinggi adalah yang tidak
mengalami stres kerja berjumlah 12 responden (30%), sedangkan
responden masa kerja ≤ 3 tahun yang mengalami stres kerja berjumlah 2
responden (5%). Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,000 < 0,05
sehingga Ho ditolak yaitu ada hubungan masa kerja dengan stress kerja
pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara
Badak tahun 2018.
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama
mulai masuk hingga sekarang masih bekerja.Masa kerja dapat diartikan
sebagai sepenggal waktu yang agak lama dimana seorang tenaga kerja
masuk dalam satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu
(Suma’mur, 2009).Masa kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui
seseorang sejak menekuni pekerjaan.Masa kerja dapat menggambarkan
pengalaman seseorang dalam menguasai bidang tugasnya.Pada umumnya
petugas dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan
68

bimbingan dibandingkan dengan petugas yang pengalaman kerjanya


sedikit.
Menurut Munandar (2011) bahwa masa kerja mempunyai potensial
untuk terjadinya stress kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbin
(2012) berdasarkan teori pola hubungan U terbalik yang memberikan
reaksi terhadap stress sepanjang waktu dan terhadap perubahan intensitas
stress, baik masa kerja yang sebentar ataupun lama dapat menjadi pemicu
terjadinya stress kerja serta diperberat dengan adanya beban kerja yang
besar. Menurut Munandar (2011) bahwa masa kerja baru maupun lama
dapat menjadi pemicu terjadinya stress kerja dan diperberat dengan adanya
beban kerja yang berat. Namun masa kerja yang mempengaruhi pekerja
karena menimbulkan rutinitas dalam bekerja, sehingga pada akhirnya
membuat jenuh.Hal ini disebabkan karena semakin lama masa kerja makas
semakin besar pula beban dan tanggung jawab yang ditanggungnya.
Sedangkan masa kerja baru yang mengalami stres kerja berat disebabkan
karena pekerja masih membutuhkan penyesuaian diri dengan lingkungan
kerja dan risiko kerja apa yang bisa terjadi. Masa kerja baru maupun lama
dapat menjadi pemicu terjadinya stress kerja dan diperberat dengan adanya
beban kerja yang berat. Namun masa kerja yang mempengaruhi pekerja
karena menimbulkan rutinitas dalam bekerja, sehingga pada akhirnya
menimbulkan stress.Rutinitas kerja yang selalu monoton meimbulkan
kebosanan disertai dengan lingkungan kerja yang terbatas membuat
pekerja menjadi jenuh.
Masa kerja berkorelasi positif dengan psikologis karyawan, yang
artinya bahwa semakin tinggi masa kerja seseorang maka akan semakin
tinggi pula psikologisnya. Khususnya rasa saling membutuhkan antara
karyawan dengan perusahaan yang sudah terjalin sangat lama (Dickson
dan Lorenz, 2009).Masa kerja mempunyai potensial untukterjadinya stres
kerja.Baik masa kerja yangsebentar ataupun lama dapat memicuterjadinya
stres kerja serta di perberat denganadanya beban kerja yang besar.Masa
kerja yang mempengaruhi pekerja karena menimbulkan rutinitas dalam
69

bekerja, sehingga pada akhirnya Hal ini disebabkan karena semakin lama
masa kerja maka semakin besar pula beban dan tanggung jawab yang
ditanggungnya.
3. Hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja dengan stress
kerja pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah
Muara Badak tahun 2018 terlihat dari 25 responden dengan beban kerja
tinggi, proporsi tertinggi adalah yang mengalami stres kerja berjumlah 18
responden (45%), sedangkan responden dengan beban kerja tinggi yang
tidak mengalami stres kerja berjumlah 7 responden (17,5%). Adapun dari
15 responden dengan beban kerja rendah, proporsi tertinggi adalah yang
tidak mengalami stres kerja berjumlah 10 responden (25%), sedangkan
responden dengan beban kerja rendah yang mengalami stres kerja
berjumlah 5 responden (12.5%). Hasil uji statistik diperolehp value =
0,039< 0,05 sehingga Ho ditolak yaitu ada hubungan beban kerja dengan
stress kerja pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak tahun 2018.
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan
pembangkit stres.Menurut Irwandy (dalam Lathiful, 2015), beban kerja
adalah frekuensi kegiatan ratarata dari masing-masing pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu. Sedangkanbeban kerja menurut Menurut
KEPMENPAN Nomor 75 Tahun 2004 adalah sejumlahtarget pekerjaan
atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu
tertentu. Sedangkan pengertian beban keja menurut PERMENDAGRI
no.12/2008 Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul
olehsuatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara
volume kerjadan norma waktu
Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk
mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit
organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis
70

denganmenggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja


atau teknikmanajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa
pengukuran bebankerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk
mendapatkan informasijabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian
yang dilakukan secaraanalisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan
agar dapat digunakan sebagaialat untuk menyempurnakan aparatur baik
dibidang kelembagaan,ketatalaksanaan, dan sumberdaya
manusia.Perhitungan beban kerja dapatdilihat dari 3 aspek, yakni fisik,
mental dan panggunaan waktu.Aspek fisikmeliputi beban kerja
berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia.Aspek mentalmerupakan
perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek
mental(psikologis). Sedangkan aspek pemanfaatan waktu lebih
mempertimbangkanpada aspek pengunaan waktu untuk bekerja (Marizki,
2014)
71

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan
usia, masa kerja dan beban kerjadengan stress kerja pada karyawan Service
Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan usia dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
2. Ada hubungan masa kerja dengan stress kerja pada karyawan Service Well
Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.
3. Ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada karyawan Service
Well Company PT. Elnusa Tbk Wilayah Muara Badak tahun 2018.

B. Saran
Dari kesimpulan mengenai hubungan usia, masa kerja dan beban
kerjadengan stress kerja pada karyawan Service Well Company PT. Elnusa Tbk
Wilayah Muara Badak tahun 2018, maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Perusahaan harus terus memantau tingkat stres kerja karyawannya dengan
memberikan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya dan tingkat beban
kerjanya pun disesuaikan dengan kemampuan karyawan. Apabila stres
kerja naik pada tingkat yang tinggi maka perusahaan dapat menambah
nilai kompensasi baik berupa tambahan bonus, uang makan, serta
tambahan hari libur, dan lain-lain. Sebagai langkah untuk mengurangi
stres kerja karyawan agar kinerjanya tetap terjaga.
2. Bagi peneliti berikutnya yang ingin mengadakan penelitian serupa, agar
dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan mengangkat objek
penelitian pada perusahaan lainnya dengan jenis pekerjaan yang berbeda.
72

3. Menambahkan variabel bebaslain, yang mungkin berpengaruh terhadap


stress kerjakaryawan misalnya variabel lingkungan kerja, variabel konflik
kerja, variabel etos kerja dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai