Anda di halaman 1dari 12

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap 96 sampel penderita hipertensi yang didiagnosis di


Puskesmas Perawatan Pagatab selama periode Desember 2018. Dari sejumlah responden
yang terpilih, seluruhnya menyatakan bersedia untuk ikut serta di dalam penelitian ini.
Fakor yang tidak dapat diubah Jumlah Presentase
Umur <65 tahun 46 48%
>65 tahun 50 52%
Pendidikkan tidak tamat sd 23 24%
sd/sederajat 27 28%
Smp 22 23%
Sma 21 22%
perguruan tinggi 3 3%
jenis kelamin Pria 40 42%
wanita 56 58%
keturunan hipertensi Ya 47 49%
Tidak 49 51%

5.1 FAKTOR YANG TIDAK DAPAT DIUBAH

Umur

umur <65 tahun


umur >65 tahun
48%
52%

Dari 96 responden, responden yang berumur < 65 tahun ada 46 orang (48%) dan >65
tahun ada 50 orang (52%).

19
Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan tersebut dan juga sejalan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya dimana didapatkan jumlah kasus hipertensi yang meningkat
dengan bertambahnya usia dan paling banyak pada golongan usia tua. Lanjut usia adalah jika
berusia sama dengan atau lebih dari 65 tahun. Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibat adalah
meningkatnya tekanan darah sistolik.15

Pendidikkan
pendidikkan tidak tamat sd pendidikkan sd/sederajat
pendidikkan smp pendidikkan sma
pendidikkan perguruan tinggi

3%

22% 24%

23% 28%

Dari 96 responden, pendidikkan terakhir tidak tamat sd sebanyak 23 orang (24%),


tamat sd 27 orang (28%), tamat smp 22 orang(23%), tamat sma 21 orang (22%), dan tamat
perguruam tinggi 3 orang atau 3%. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan pendidikkan rendah
sebanyak 50 orang atau 52%, pendidikkan cukup sebanyak 46 orang atau 48%.
Hasil penelitian yang sama juga didapatkan pada penelitian sebelumnya yaitu
kejadian hipertensi pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
lebih sedikit menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat
pendidikan yang lebih rendah. penyakit hipertensi cenderung tinggi pada pendidikan rendah
dan menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
bahwa orang yang pendidikannya rendah biasanya tidak memiliki kemauan untuk mengubah
gaya hidup, melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin ataupun meminum obat secara
rutin.15

20
Jenis kelamin
pria wanita

42%

58%

Dari 96 responden, 40 orang atau 42% adalah pria, dan 56 orang atau 58% adalah
wanita, dari 56 orang wanita, 34 orang diantaranya berusia >65 orang.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Chobanian et al. pada tahun 2003, Jenis
kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah dimana secara umum
tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan dan setelah menopause resiko
hipertensi pada perempuan akan meningkat. Pada usia <65 tahun, laki-laki cenderung
beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan perempuan. Sedangkan pada usia >65
tahun, perempuan yang beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan laki-laki karena
pengaruh hormon. Perempuan yang sudah menopause lebih berisiko terhadap penyakit
kardiovaskuler karena tingkat estrogennya menurun 16

21
Keturunan Hipertensi
ya tidak

49%
51%

Dari 96 responden, 47 orang atau 49% memiliki orang tua yang hipertensi, 49 orang
atau 51% tidak memiliki orang tua yang hipertensi.
Keturunan hipertensi yang dimaksud adalah riwayat keluarga berdasarkan silsilah
keluarga yaitu ayah dan ibu kandung saja. Sedangkan silsilah berdasarkan garis keturunan
paman/bibi dan saudara belum jelas. Anak-anak dari orang tua hipertensi, cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada anak-anak usia yang sama dari orang tua
dengan tekanan darah normal. Ini menunjukkan faktor tekanan darah pada familial dapat
dikatakan setidaknya sebagian, dipengaruhi lingkungan bersama. Namun, komponen genetik
penyebabnya masih belum diketahui.Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa keturunan hipertensi lebih banyak presentasenya dibandingkan yang
bukan keturunan hipertensi, hal ini mungkin karena responden tidak mengetahui bahwa orang
tuanya menderita hipertensi18

22
5.2 FAKTOR YANG DAPAT DIUBAH

Faktor yang dapat diubah jumlah presentase


Pekerjaan bekerja 46 48%
tidak
bekerja 50 52%
Makanan asin ya 65 68%
tidak 31 32%
Makanan berlemak ya 62 65%
tidak 34 35%
Perokok lebih dari 2 bungkus per hari ya 36 38%
tidak 60 63%
Sering terpapar asap rokok ya 46 48%
tidak 50 52%
Olahraga minimal 2 kali per minggu selama 30-45
menit ya 30 31%
tidak 66 69%
Stress psikis ya 26 27%
tidak 70 73%

Pekerjaan

50
49
48
47
46
45
44

bekerja
tidak bekerja

Dari 96 responden, 46 orang atau 48% memiliki pekerjaan baik pns, swasta,
wiraswasta atau melakukan pekerjaan rumah sebagai ibu rumah tangga, 50 orang atau 52%
orang tidak bekerja/pensiun yang tidak melakukan pekerjaan rumah atau aktifitas rutin. Ibu
rumah tangga digolongkan bekerja karena pekerjaan yang dilakukan membutuhkan banyak
aktivitas dan banyak kegiatan seperti mengangkat barang ringan dan berat, mengepel,
menyetrika, berkebun, memasak sambil berdiri, mencuci piring dan lain-lain.

23
Hasil penelitian yang kami dapatkan sejalan dengan yang dilakukan oleh Febby et al
pada tahun 2013 yang mengatakan orang yang tidak bekerja memiliki resiko hipertensi yang
lebih tinggi, dimana pekerjaan berkaitan dengan aktivitas fisik sehari-hari. 17

Makanan asin

68 %

32%

ya tidak

Dari 96 responden, 65 orang atau 68 % makan makanan asin lebih dari atau sama
dengan 3 kali seminggu, 31 orang atau 32 % tidak makan makanan asin lebih dari atau sama
dengan 3 kali seminggu.

Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin. Tubuh manusia membutuhkan kurangdari 7 gram garam dapur (setengah
sendok makan) sehari atau setara dengan 3000 mg sodium. Jenis makanan yang mengandung
sodium antara lain soda kue, bubuk soda sebagai pengawet, makanan yangdipanggang, keju,
makanan kaleng dan laut (seafood), serta padipadian (cereals).jika lebih dari 7 gram maka
akan menambah resiko terjaadinya hipertensi.11,21,22

24
Makanan berlemak
ya tidak

35%

65%

Dari 96 responden, 62 orang atau 65% makan makanan berlemak lebih dari atau sama
dengan 3 kali seminggu, 34 orang atau 35% tidak makan makanan berlemak lebih dari atau
sama dengan 3 kali seminggu.
Konsumsi lemak dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah 27% dari total energi
dari energi total dan <6% adalah jenis lemak jenuh. Konsumsi lemak yang berlebih akan
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah terutama kolesterol LDL. Kolesterol akan
menempel pada dinding pembuluh darah sehingga akan terbentuk plaque yang lama-
kelamaan akan menyumbat pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah disebut dengan
ateroklerosis. Pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis akan mengakibatkan resistensi
dinding pembuluh darah meningkat yang dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung
dan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah secara terus-menerus akan mengakibatkan
hipertensi.21,22

25
Perokok yang merokok lebih dari 2
bungkus per hari
ya tidak

37%

63%

Sering terpapar asap rokok


ya tidak

48%
52%

Dari 96 responden,perokok yang merokok lebih dari 2 bungkus per hari sebanyak 36
orang atau 38%, sedangkan yang tidak merokok lebih dari 2 bungkus per hari sebanyak 60
orang atau 63%.
Dari 96 responden 46 orang atau 48% sering terpapar asap rokok, 50 orang atau 52 %
jarang terpapar asap rokok.

Perokok aktif dan perokok pasif sama-sama meningkatkan resiko terjadinya


hipertensi, namun asap rokok yang dihembuskan olah perokok aktif dan terhirup
olehbperokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbonmonoksida, dan 4 kali lebuh
banyak mengandung nikotin.

26
Merokok merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Dalam rokok terkandung
nikotin yang merangsang bangkitnya adrenalin hormon yang dapat menyebabkan tekanan
darah meningkat serta kadar kolesterol dalam darah yang erat hubungannya dengan serangan
jantung. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh
pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk
disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.19
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan keseluruh
aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak
bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk
melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh
darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih
tinggi.11

Olahraga minimal 2 kali per minggu


selama 30-40 menit
ya tidak

31%

69%

Dari 96 responden 30 orang atau 31 % olahraga secara rutin, sisanya 66 orang atau
69% tidak melakukan olahraga secara rutin.

27
Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki,
bersepeda, senam, berenang dan aerobic. Olahraga rutin yang dimaksud adalah olahraga
minimal 30 menit selama 2 kali seminggu.
Olahraga juga dapat menurunkan risiko penyakit hipertensi melalui mekanisme;
penurunan denyut jantung dan tekanan darah, penurunan tonus simpatik, meningkatkan
diameter arteri koroner, dan sistem kolateralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL dan
menurunkan LDL darah. Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih
efisien, frekuensi denyut nadi berkurang, namun kekuatan memompa jantung semakin kuat,
penurunan kebutuhan oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak badan dan
berat badan serta menurunkan tekanan darah. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dapat
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani secara menyeluruh. Metabolisme tubuh akan
membaik dari segi fisik, dan mental. Peningkatan pada sistem tubuh selama tingginya
berolahraga, tekanan darah pasti naik selama olahraga.

Pada umumnya, tekanan darah sistolik naik 8-12 mmHg untuk setiap ekuvalen
metabolik (MET lebih tinggi) diatas saat istirahat. Satu MET adalah jumlah oksigen yang
dipergunakan atau dikonsumsi saat beristirahat. Suatu aktivitas yang setara dengan 2 MET
membutuhkan dua kali jumlah oksigen, 3 MET membutuhkan tiga kali jumlah oksigen, dan
seterusnya. Karena aliran darah lebih banyak dibutuhkan selama berolahraga, tubuh akan
secara otomatis menurunkan tingkat ketahanan terhadap aliran darah didalam pembuluh
darah selama melakukan olahraga untuk memenuhi kebutuhan ini. demikian tekanan diastolik
akan turun dengan melakukan olahraga. Agar darah secara efisien terkirim ke otot-otot pada
saat melakukan olahraga, ketahanan dalam pembuluh harus diturunkan. Ketika intensitas
olahraga meningkat, pembuluh nadi tubuh melebar memungkinkan lebih banyak aliran yang
tidak terhalang ke otot-otot aktif. Selain pelebaran pembuluh nadi ke otot-otot yang berkerja,
aliran pembuluh nadi kejaringan tidak aktif lainnya dalam tubuh juga diturunkan atau
dijauhkan dari aliran darah ekstra yang tidak dilakukan pada saat itu. Proses ini dicapai
dengan kontraksi tak sadar otot polos dalam pembuluh darah. Peningkatan kontraksi otot
polos mengakibatkan penurunan aliran darah melalui kontraksi. Jumlah total ketahanan atau
resistensi perifer total (total peripheral resistence/ TPR) kealiran darah biasanya turun selama
melakukan olahraga. Frekuensi olahraga yang baik yaitu bila seseorang melakukan olahraga
dalam waktu seminggu dilakukan 3-5 kali dan dilakukan secara teratur dengan intensitas
yang sedang(30 menit) dapat menurunkan tekanan darah.20

28
stress psikis
ya tidak

27%

73%

Dari 96 orang, 26 orang atau 27% orang ,mengalami stress psikis, 70 orang atau 73 %
tidak mengalami stress psikis.

Kondisi stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang kemudian meningkatkan


tekanan darah secara bertahap, artinya semakin berat kondisi stres seseorang maka semakin
tinggi pula tekanan darahnya. Stres merupakan rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh
seseorang terhadap adanya perubahan dari lingkungan. Apabila ada sesuatu hal yang
mengancam secara fisiologis kelenjar pituitary otak akan mengirimkan hormon kelenjar
endokrin kedalam darah, hormon ini berfungsi untuk mengaktifkan hormon adrenalin dan
hidrokosrtison, sehingga membuat tubuh dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
terjadi. Secara alamiah dalam kondisi seperti ini seseorang akan merasakan detak jantung
yang lebih cepat dan keringat dingin yang mengalir di daerah tengkuk. Selain itu peningkatan
aliran darah ke otot-otot rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran
pencernaan juga dapat terjadi karena stres. Kondisi stres yang membuat tubuh menghasilkan
hormon adrenalin lebih banyak, membuat jantung berkerja lebih kuat dan cepat. Apabila
terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan timbul rangkaian reaksi dari organ tubuh
lain. Perubahan fungsional tekanan darah yang disebabkan oleh kondisi stres dapat
menyebabkan hipertropi kardiovaskuler bila berulang secara intermiten. Begitupula stres
yang dialami penderita hipertensi, maka akan mempengaruhi peningkatan tekanan darahnya
yang cenderung menetap atau bahkan dapat bertambah tinggi sehingga menyebabkan kondisi
hipertensinya menjadi lebih berat.23

29
Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stres berhubungan
dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu
banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis pekerjaan yang harus
memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut
tanggung jawab bagi manusia. Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan jam kerja
yang diharuskan adalah 6-7 jam setiap harinya. Sisanya digunakan untuk keluarga dan
masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang bekerja dengan baik
selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelehan kerja,
penyakit dan kecelakaan kerja.24

Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi


meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat berakibat
tekanan darah tetap tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa
stress mempengaruhi terjadinya hipertensi10

30

Anda mungkin juga menyukai