Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi
sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi
yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa
menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab
timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis pada
orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90
mmHg. Menurut data WHO 2013, diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
diseluruh dunia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%) sebagai nomor 2 tertinggi1,2,3,4,5
Menurut WHO, hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun, dimana
hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dan 3 orang dewasa
di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut data Departemen Kesehatan, hipertensi dan
penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi
menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang
mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases)
diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%.
1,2,

Hipertensi telah lama diketahui sebagai penyakit yang melibatkan banyak faktor baik
faktor internal seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor eksternal seperti pola makan,
kebiasaan olahraga dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko
tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor) dengan kata lain satu faktor -
risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi. Oleh karena itu seberapa besar
angka prevalensi penyakit ini akan sangat dipengaruhi oleh gambaran faktor-faktor tersebut
di suatu populasi masyarakat. Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat dengan gaya
hidup perkotaan lebih banyak menderita Hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal

1
ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan risiko hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok,
alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran faktor risiko kejadian hipertensi di
Puskesmas Perawatan Pagatan.
Responden yang diambil pada mini project ini dari pasien hipertensi yang datang
berobat ke Puskesmas Perawatan Pagatan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:

 Hipertensi diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh
tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali
 Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit
lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal.
 Banyaknya faktor risiko penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah
terkontrol

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor risiko kejadian hipertensi di Puskesmas
Perawatan Pagatan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam
meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat menghindari faktor risiko
kejadian hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan

2
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Perawatan Pagatan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi4,5,6
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Hipertensi merupakan
gangguan asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten, dimana
diagnosa hipertensis pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana
lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah
di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh, jika
dibiarkan penyakit ini dapat mengganggu fungsi organorgan lain, seperti jantung dan ginjal.

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi7


Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 8) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat
1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 8


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diatolik
(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 and < 80

Prahipertensi 120 – 139 or 80 -89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 or 90 – 99

Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 or ≥ 100

2.1.3 Epidimiologi Hipertensi

4
Menurut data WHO 2013, diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% diseluruh
dunia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%) sebagai nomor 2 tertinggi1,2,3,4,5
Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun, dimana hampir 1,5 juta
adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dan 3 orang dewasa di Asia
Tenggara menderita hipertensi. Menurut data Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit
jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi
penyebab kematian kedua setelah stroke. Berdasarkan data World Health Organization
(WHO) dari 70% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat
pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases)
diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%.
1,2,

2.1.4 Faktor Penyebab Hipertensi


Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga. Anak
dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.8
b. Ras
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada pria
pada `usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami kurang tampak setelah
usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita cenderung terlindungi dari
penyakit jantung oleh hormone esterogen.9 Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai
akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.Hasil penelitian ini sejalan dengan

5
pernyataan tersebut dan juga sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dimana
didapatkan jumlah kasus hipertensi yang meningkat dengan bertambahnya usia dan paling
banyak pada golongan usia tua. Lanjut usia adalah jika berusia sama dengan atau lebih
dari 65 tahun15

d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor psikologis. Pada
pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi
dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan
pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya oleh Chobanian et al. pada tahun 2003, Jenis kelamin mempunyai pengaruh
penting dalam regulasi tekanan darah dimana secara umum tekanan darah pada laki-laki
lebih tinggi daripada perempuan dan setelah menopause resiko hipertensi pada
perempuan akan meningkat. Pada usia <65 tahun, laki-laki cenderung beresiko lebih
tinggi terkena hipertensi dibandingkan perempuan. Sedangkan pada usia >65 tahun,
perempuan yang beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan laki-laki karena
pengaruh hormon. Perempuan yang sudah menopause lebih berisiko terhadap penyakit
kardiovaskuler karena tingkat estrogennya menurun 10,16

e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah tetap tinggi.10
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa darah
agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang berlebihan
menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot
ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat
badan.
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin.22
h. Rokok

6
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan
keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal
untuk melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan
pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah
tekanan yang lebih tinggi.11
i. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.9
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu emosi
sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju, panjat tebing dan
angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki,
bersepeda, senam, berenang dan aerobic.
k. Konsumsi lemak
Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Konsumsi lemak
yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah terutama kolesterol
LDL dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan lemak yang disebabkan oleh kolesterol
akan menempel pada pembuluh darah yang lama-kelaman akan terbentuk plaque.
Terbentuknya plaque dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau
aterosklerosis. Pembuluh darah yang terkena aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya
dan aliran darah ke seluruh tubuh akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya
volume darah dan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya hipertensi.21,22
Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita
dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup
ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan. Adapun komplikasi
dari penyakit hipertensi adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) Gaga I Ginjal dan Stroke.

2.1.5 Patofisiologi12
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan darah perifer. Berbagai
faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan mempengaruhi tekanan
darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik, stress dan obesitas. Selain curah

7
jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah juga dipengaruhi oleh tebalnya atrium
kanan. Terdapat sistem di dalam tubuh yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang, sistem pengendalian tekanan darah.

Individu yang menderita hipertensi sebagian besar tidak memperlihatkan gejala sama
sekali, ada kalanya secara tidak sadar mengalami gejala-gejala yang diakibatkan oleh tekanan
darah tinggi seperti sakit kepala, hidung berdarah, muka kemerahan dan kelelahan. Tekanan
darah tinggi berat dan kronis yang tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan gejala,
karena tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan mata, otak, jantung dan ginjal.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dan


angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati. Selanjutnya, oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh, ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II.

2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi13


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus, gejala
ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan
langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan mengukur secara teratur.
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk
meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul gejala
berikut:

8
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak.

2.1.7 Pengobatan7,14
Tujuan pengobatan adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi
dengan memelihara tekanan darah sistolik di bawah 140 mmHg, tekanan diastolic dibawah
90 mmHg disamping mencegah resiko penyakit kardiovaskuler lainnya. Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan pada penggunaan obat anti hipertensi, yaitu : i) saat mulai pengobatan
gunakanlah dosis yang kecil, ii) bila efek tidak memuaskan tambahkan obat untuk kombinasi,
dan iii) pergunakan obat long acting dengan dosis tunggal yang dapat mencakup efek selama
24 jam. Terdapat enam golongan utama obat untuk hipertensi baik untuk pengobatan
pemulaan maupun pemeliharaan yang dapat di lihat pada Tabel di bawah ini:

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai