Anda di halaman 1dari 7

Klasifikasi Jumlah Pengangguran Penduduk Di

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010

Kabupaten Gunungkidul
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36
km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota
Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18
Kecamatan dan 144 desa.
Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul :
Utara Kabupaten Klaten dan Sleman
Selatan Samudera Hindia
Barat Kecamatan Imogiri, Piyungan
Timur Kabupaten Wonogiri

Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona


pengembangan, yaitu :
 Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m - 700 m di atas permukaan
laut. Keadaannya berbukit-bukit, terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari
permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan bataun induk vulkanik dan sedimen
taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan
Kecamatan Ponjong bagian utara.
 Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150 m -
200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan
bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air
masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau kering.
Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m - 120 m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini
meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah dan Kecamatan
Semanu bagian utara.
 Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider
gebergton), dengan ketinggian 0 m - 300 mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur
dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada
wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan
Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong
bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan.
Bentuk wilayah atau fisografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola
kehidupan sosial budaya pada masyarakat. Unsur sosial budaya merupakan salah satu
instrumen penting dalam pembangunan, hal ini terkait perencanaan, sasaran, dan capaian target
kinerja pembangunan. Karakteristik sosial budaya masyarakat Gunungkidul adalah masyarakat
tradisional yang masih memegang teguh budaya luhur warisan nenek moyang. Sehingga dalam
melaksanakan pembangunan, pemerintah berupaya untuk mengadopsi karakteristik sosial
budaya agar dapat berimprovisasi dengan kultur masyarakat yang ada. Masyarakat Kabupaten
Gunungkidul secara umum menggunakan bahasa lokal (bahasa jawa) dalam berkomunikasi,
sementara bahasa nasional (bahasa Indonesia) secara resmi dipakai dalam lingkungan formal
(kantor, pendidikan, fasilitas umum, dan lain-lain).
Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari
pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi
pariwisata. Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan
kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan
sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam
tambang yang termasuk golongan C berupa : batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit,
tras, kaolin dan pasir kuarsa. Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang
cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang
sepanjang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil
laut dan wisata sangat besar dan terbuka untuk dikembangkan.Potensi lainnya adalah industri
kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang semuanya sangat potensial untuk
dikembangkan.

Data Jumlah Pengangguran Penduduk di Kabupaten Gunungkidul Tahun


2010 :
JUMLAH
NO KECAMATAN
PENGANGGURAN
1 Gedangsari 261
2 Girisubo 168
3 Karangmojo 352
4 Ngawen 222
5 Nglipar 211
6 Paliyan 212
7 Panggang 187
8 Patuk 204
9 Playen 378
10 Ponjong 362
11 Purwosari 133
12 Rongkop 205
13 Saptosari 251
14 Semanu 379
15 Semin 363
16 Tanjungsari 187
17 Tepus 239
18 Wonosari 534

Metode Klasifikasi Data


Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih
memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara, huruf,
angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai
bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupunsuatu konsep. Informasi merupakan
hasil pengolahan dari sebuah model, formasi, organisasi, ataupun suatu perubahan bentuk dari
data yang memiliki nilai tertentu, dan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan bagi yang
menerimanya. Dalam hal ini, data bisa dianggap sebagai obyek dan informasi adalah suatu
subyek yang bermanfaat bagi penerimanya. Informasi juga bisa disebut sebagai hasil
pengolahan ataupun pemrosesan data. Data menurut jenisnya dapat dibagi menjadi empat, yaitu
data nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Data nominal adalah kelompok data kualitatif dan merupakan level data paling
sederhana. Apabila pada pengambilan data yang dihasilkan hanya berupa kategori maka data
tersebut adalah data Nominal. Pada data nominal semua data dianggap setara. Data ordinal
adalah data kelompok kualitatif di atas data Nominal. Jika pada data ordinal semua data setara
maka pada data ordinal ada klasifikasi berdasarkan tingkatannya. Tingakatan
ini berdasarkan kriteria tertentu pada saat pengambilan data.
Data interval adalah kelompok data kuantitatif. Angka yang digunakan pada data ini
menunjukkan suatu urutan dan dapat dilakukan operasi matematika. Angka nol pada data
interval bukan seperi angka nol pada arti sesungguhanya. Data rasio adalah tipe data level
tertinggi pada pengukuran. Data ini termasuk data kuantitatif angka yang digunakan pada data
ini adalah angka sesungguhnya. sehingga dapat dilakukan operasi matematika. Angka nol
meerupakan angka nol sesungguhnya misalnya angka nol pada hasil pengukuran.
Klasifikasi data adalah pengelompokan data secara sistematis berdasarkan satu
karakteristik atau lebih. Baik – buruknya klasifikasi yang dilakukan akan mempengaruhi
maksud dan tujuan peta yang akan dibuat. Cara yang biasa digunakan untuk menyusun dan
mengelompokan data tersebut adalah dengan memilih interval kelasnya. Terdapat 5 metode
klasifikasi data , yaitu : Sistem kelas interval teratur, sistem kelas interval aritmatik, sistem
kelas interval geometrik, sistem kelas interval kuantiles, sistem kelas interval dispersal graph.

PERHITUNGAN
(Sistem Kelas Interval Teratur)

Jumlah kelas (Dengan rumus Sturges)


o Jumlah kelas = 1 + 3,3 log n
o Jumlah kelas = 1 + 3,3 log 17
o Jumlah kelas = 1 + 4,06
o Jumlah kelas = 5,06 = 5 kelas
Panjang kelas interval
o Panjang kelas interval = Range / Jumlah kelas
o Panjang kelas interval = Nilai maksimal – Nilai minimal / Jumlah kelas
o Panjang interval kelas = 379 – 133 / 5
o Panjang interval kelas = 49,2 = 49
Klasifikasi
Kelas Interval
1 133 – 182
2 183 – 232
3 233 – 282
4 283 – 332
5 333 – 382

Klasifikasi Jumlah penggangguran menurut kelas di Kabupaten Gunung kidul

JUMLAH
NO KECAMATAN KELAS
PENGANGGURAN
1 Gedangsari 261 3
2 Girisubo 168 1
3 Karangmojo 352 5
4 Ngawen 222 2
5 Nglipar 211 2
6 Paliyan 212 2
7 Panggang 187 2
8 Patuk 204 2
9 Playen 378 5
10 Ponjong 362 5
11 Purwosari 133 1
12 Rongkop 205 2
13 Saptosari 251 3
14 Semanu 379 5
15 Semin 363 5
16 Tanjungsari 187 2
17 Tepus 239 3
18 Wonosari 534 5

PEMBAHASAN

Peta tematik merupakan peta yang hanya menggambarkan satu atau dua kenampakan
pada permukaan bumi berdasarkan tema tertentu yang sesuai dengan skala dan tujuan
penyajian peta tematik. Dari definisi tersebut, diketahui bahwa tidak semua kenampakan bumi
ditampilkan dalam peta tematik. Untuk memperjelas informasi yang ditampilkan dalam peta
tematik tersebut, maka perlu adanya klasifikasi dan generalisasi agar kenampakan yang ada
tidak ruwet dan sesuai dengan skala peta sehingga informasi dapat disajikan dengan baik.
Generalisasi muncul akibat adanya reduksi pada skala peta, dimana terjadi pembesaran
skala peta. Sehingga kenampakan yang ada di peta setelah pembesaran skala, tidak lagi sedetail
kenampakan pada peta skala awal. Generalisasi sendiri terdiri dari dua macam, yaitu
generalisasi konseptual dan generalisasi geometrik. Generalisasi geometrik merupakan
generalisasi bentuk, dimana terkait dengan penyederhanaan, pembesaran, pemindahan,
penggabungan, dan pemilihan unsur. Generalisasi ini lebih banyak digunakan untuk
penyederhanaan peta dasar. Sementara generalisasi konseptual, lebih pada tema kenampakan
peta sehingga sangat terkait dengan peta tematik.
Salah satu ragam peta tematik adalah peta jumlah pengangguran penduduk di Kabupaten
Gunungkidul pada tahun 2010 yang menggunakan data statistik. Peta tematik salah satu
tujuan dari adanya peta tematik ini adalah ingin menyajikan persebaran spasial suatu unsur,
misalnya persebaran jumlah penduduk yang menganggur pada tiap Kecamatan di Kabupaten
Gunungkidul. Untuk itu, data jumlah penduduk tersebut harus dikelompokkan terlebih dahulu
sesuai kaidah klasifikasi data untuk kemudian disajikan dalam peta.
Terdapat lima macam metode dalam klasifikasi data statistik , yaitu sistem kelas
interval teratur , sistem kelas interval aritmatik, sistem kelas interval geometrik, sistem kelas
kuantiles, dan sistem kelas interval dispersal graph. Meskipun berbeda, kelima metode tersebut
memiliki konsep yang hampir sama. Persamaan tersebut terkait dengan jumlah kelas dan
panjang kelas interval. Untuk penentuan jumlah kelas, hampir semua metode menentukan
jumlah kelas dengan menggunakan rumus sturgess , sementara untuk panjang kelas interval
terdapat beberapa metode yang menggunakan range dan ada yang ditentukan secara kualitatitf.
Tetapi pada dasarnya, semua metode klasifikasi menggunakan jumlah kelas dan panjang kelas
interval dalam mengklasifikasikan data.
Kemudian dibuatlah peta mengenai jumlah penduduk pengangguran di Kabupaten
Gunungkidul pada tahun 2010. Berdasarkan kelima metode tersebut, metode yang paling bagus
diterapkan pada pembuatan peta tematik ini adalah metode interval kelas teratur. Alasan
mengapa metode ini paling bagus diterapkan adalah karena perhitungan yang dilakukan
membutuhkan perhitungan yang matematis dan tentu saja hal tersebut merupakan perhitungan
yang objektif (berdasarkan rumus) bukan subyektif. Selain itu, grafik nilai tengah pada interval
teratur paling mendekati nilai asli.
Kecamatan dengan nilai pengangguran tertinggi ada di 4 Kecamatan yakni, Wonosari,
Playen, Semanu, dan Semin. Keempat kecamatan ini secara spasial sangat berdekatan. Alasan
mengapa jumlah pengangguran di empat kecamatan ini tinggi adalah karena berbanding lurus
dengan jumlah penduduk yang tinggi juga jika dibandingkan dengan Kecamatan lain di
Kabupaten Gunungkidul. Jumlah penduduk yang tinggi menunjukkan tingkat perkembangan
wilayah yang lebih maju, dan tingkat persaingan yang semakin ketat antar penduduk. Jika
penduduk kalah bersaing dengan penduduk yang lain, hal tersebut akan menyebabkan
banyaknya penduduk yang menganggur atau belum mendapatkan pekerjaan.

PEMETAAN KUANTITATIF DENGAN METODE


CHLOROPLETH
I. LATAR BELAKANG
Metode pembuatan simbol penting, sehingga sebelum membuat simbol harus memperhatikan jumlah
dan panjang komponen data, tingkatan organisasi data, model variabel visual dan persepsi, karena
sebenarnya satu data dapat dibuat berbagai macam simbol, tetapi tidak semuanya simbol tersebut
efektif dan efesien dalam penggunannya (Artha, 2004).

II. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan pemetaan dengan metode chloropleth
2. Mahasiswa memahami metode-metode pemetaan chloropleth

III. DASAR TEORI


Metode pemetaan chloropleth penyajiannya digambarkan dalam bentuk simbol luasan kuantitatif.
Data yang dipetakan merupakan data rasio, yaitu perbandingan antara jumlah dengan luas wilayah.
Batas daerah yang digunakan merupakan batas administratif seperti batas kelurahan, kecamatan dan
sebagainya.
Sistem kelas interval
• Cara teratur, yaitu kelas interval ditentukan berdasarka rumus Sturges.
• Cara hitungan, yaitu kelas interval yang ditentukan berdasarkan rumus aritmatik, geometrik,
kuantil.
• Cara tidak teratur yaitu kelas interval yang ditentukan berdasarkan grafik persebaran (Bos E.S.,
1977., dalam Saraswati, 1992).
• Penyusunan data dalam kelas-kelas interval merupakan proses generalisasi. Karena adanya
beberapa sistem kelas interval tersebut, maka perlu dipilih satu kelas interval yang baik, dan tingkat
generalisasi yang paling rendah, sehingga menghasilkan pola persebaran yang mendekati peta yang
representatif agar pengguna peta memperoleh kembali peta gambaran data aslinya
• Teknik pemilihan kelas interval yang menghasilkan pola persebaran mendekati data asli, ada dua
macam yaitu 1. cara kualitatif dan 2. cara kuantitatif.
• Cara yang akan digunakan adalah cara kuantitatif karena melihat jenis data yang sifatnya
kuantitatif dan cara ini memiliki ketelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara kualitatif.
• Penentuan kelas interval didahului oleh penentuan jumlah kelas yang digunakan untuk
mengelompokan data.
Jumlah kelas dapat ditentukan dengan rumus Sturges yaitu:
K=1 + 3,3 log n
Keterangan:
K = jumlah kelas yang dicari
n = jumlah set data (Bos E.S., 1979)
Permasalahan kelas interval
• Jumlah kelas yang terlalu sedikit (kurang dari 5 kelas) akan menghasilkan peta yang kurang
mencerminkan persebaran data asli karena banyak data yang digeneralisasi.
• Sebaliknya jumlah kelas yang terlalu banyak (lebih dari 15 kelas) maka akan terjadi beberapa
kelas yang sama sekali tidak mengandung frekwensi (Halim, 1980).
• Penentuan jumlah kelas untuk dapat kepadatan penduduk akan mengalami kesulitan apabila dari
8 kelas
• Adapun proses penentuan banyaknya kelas interval berdasarkan rumus Sturges adalah sebagai
berikut:
K = 1 + 3,3 Log N
K = 1 + 3,3 Log 73
K = 1 + 3,3 x 1,86
K = 7,15 maka dibulatkan menjadi = 7 KELAS

Anda mungkin juga menyukai