A. Konsep Dasar
1.Pengertian
Pre eklampsia adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa (Wiknjosastro, 2002). Persalinan adalahsuatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Post partum
atau masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu.(Mansjoer, 2001). Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2002). Sectio
Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998).
Jadi post partum sectio caesaria atas indikasi pre eklamsia adalah masa setelah
partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu dimana kelahiran janinnya
dilakukan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan atau insisi
atas indikasi pre eklamsia yaitu penyakit yang ditandai dengan hipertensi, edema dan
proteinuria yang menyertai kehamilan.
b.Panggul Sempit
d.Ruptura Uteri
e.Partus Lama
g.Distosia servik
h.Gawat janin
a.Janin kecil atau kemungkinan hidup kecil sehingga tidak ada alasan
dilakukan operasi.
b.Jalan lahir ibu yang mengalami general infeksi dan fasilitas dilakukan
Organ eksterna berfungsi dalam kopulasi. Sedangkan organ interna berfungsi sebagai
ovulasi. Sebagai tempat fertilitas sel telur dan perpindahan blastosis dan sebagai tempat
implantasi, dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran
janin.
Gambar Organ Reproduksi Eksterna
1) Mons Pubis
2) Labia Mayora
Merupakan dua buah lipatan bulat dengan jaringan lemak yang ditutupi
memanjang ke bawah dan kebelakang dari mons pubis sampai sekitar satu inci
dari rektum. Panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm, tebal 1-1,5 cm dan
agak meruncing pada ujung bawah.
3) Labia Minora
Jaringan berwarna kemerahan yang kedua sisinya menyatu pada ujung atas
vulva disebut labio minora dan nimfe.
4) Klitoris
5) Vulva
6) Vestibulum
7) Perineum
8) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labio mayora dan labio minora digaris tengah dibawah
orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak diantara
fourchette dan hymen.
b.Organ Interna menurut “Bobak” (2004) :
1) Vagina
a) Fundus Uteri
b) Korpus Uteri
c) Serviks Uteri
3) Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornus uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai
rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm. Tuba fallopi oleh
peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa.
Tuba fallopi terdiri atas :
a) Pars Interstistalis
b) Pars Ismika
c) Pars Ampularis
d) Pars Infudibulum
Bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria
4) Ovarium
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi yang
disebut involusi. Dalam 12 jam setelah persalinan normal berada kira-kira 1 cm di
atas umbilicus, enam hari setelah persalinan normal berada kira-kira 2 jari ke
bawah kaki pusat dan uterus tidak teraba pada abdomen setelah 9 hari post
partum. Kemudian terjadi peningkatan kontraksi uterus segera setelah persalinan
yang merupakan respon untuk mengurangi volume intra uterus segera setelah
persalinan merupakan respon untuk mengurangi volume intra uteri pada uterus
terdapat tempat pelepasan plasenta sebesar telapak tangan, regenerasi tempat
pelepasan plasenta belum sempurna sampai 6 minggu post partum. Uterus
mengeluarkan cairan melalui vagina yang disebut lochea. Pada hari pertama dan
keuda cairan berwarna merah disebut lochea rubra. Setelah satu minggu lochea
kuning disebut lochea serosa. Dua minggu setelah persalinan cairan berwarna
putih disebut lochea alba
Bagian atas serviks sampai segmen bawah uteri, menjadi sedikit edema, ecso
serviks menjadi lembut, terlihat memar dan terkoyak yang memungkinkan terjadi
infeksi.
d.Payudara
Sekresi dan ekskresi kolostrum berlangsung pada hari kedua dan ketiga
setelah persalinan. Payudara menjadi penuh, tegang dan kadang nyeri, tetapi
setelah proses laktasi maka perawatan payudara akan lebih nyaman
e. Sistem kardiovaskuler
Pada post operasi volume darah cenderung mengalami penurunan dan
kadang diikuti peningkatan suhu selama 24 jam pertama. Pada 6-8 jam pertama
biasanya terjadi bradikardi dan perubahan pola nafas akibat efek samping.
f. Sistem Urinaria
Fungsi ginjal akan normal dalam beberapa bulan setelah persalinan, pada
pasien yang terpasang kateter kemungkinan dapat terjadi infeksi saluran kemih.
g. Sistem Gastrointestinal
h. Sistem Endokrim
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin selama masa nifas yaitu hormon
plasenta. Hormon ini menurun dengan cepat, setelah persalinan. Keadaan Humal
Plasental Lactogen (HPL) merupakan keadaan yang tidak terdeteksi dalam 24
jam. Keadaan estrogen dalam plasenta menurun 10% dari nilai ketika hamil
dalam waktu 3 jam.
Setelah persalinan pada hari ketujuh keadaan progesteron dalam plasma menurun,
luteal pertama pada hormon pituitary keadaan prolaktin pada darah meninggi
dengan cepat dan kehamilan mencapai keadaan seperti sebelum kehamilan dalam
waktu dua minggu.
i. Sistem Integumen
Striae yang diakibatkan karena ketegangan kulit abdomen mungkin akan tetap
bertahan lama setelah melahirkan tetapi akan menghilang menjadi bayangan yang
lebih terang. Bila klien terdapat linea nigra atau topeng kehamilan (kloasma)
biasanya akan memutih dan kelamaan akan menghilang.
j. Sistem muskuloskletal
Terjadi pada jam pertama persalinan dan berlangsung sampai hari kedua
persalinan. Pada setiap tahap ini ibu mengalami ketergantungan pada orang lain
termasuk dalam merawat bayinya. Lebih berfokus pada dirinya sendiri, pasif dan
memerlukan istirahat serta makanan yang adekuat.
Terjadi pada hari ketiga setelah persalinan, ibu mulai berfokus pada bayi dan
perawatan dirinya. Pada fase ini merupakan tahap yang tepat untuk melakukan
penyuluhan.
Tahap ini dimulai dari terakhir minggu pertama persalinan, pada fase ini ibu
dan keluarga memulai penyesuaian terhadap kehadiran anggota keluarga yang baru
serta peran yang baru.
4. Fase-fase penyembuhan luka post operasi menurut “Syamsuhidayat” (1997)
a. Fase I
b. Fase II
c. Fase III
d. Fase IV
C.Etiologi / Predisposisi
Penyebab pre eklamsia dan eklamsia sampai sekarang belum diketahui, tetapi
dewasa ini banyak ditemukan sebab pre eklamsia adalah iskemia placenta dan kelainan
yang menyertai penyakit ini adalah spasmus, arteriola, retensi natrium dan air juga
koagulasi intravaskuler (Wiknjosastro, 2002).
Penyebab pre eklamsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat teori
yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada
yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima antara lain :
Faktor predisposisi pre eklamsia yang harus diwaspadai menurut Hanifa (2002),
antara lain : Nuliparitas, riwayat keluarga dengan eklamsia dan pre eklamsia,
kehamilan ganda, diabetes, hipertensi kronis dan molahidatidosa.
D. Patofisiologi
Dilakukannya operasi Caesar akan berpengaruh pada dua kondisi yaitu yang
pertama, kondisi yang dikarenakan pengaruh anestesi, luka akibat operasi dan masa
nifas, anestesi akan berpengaruh pada peristaltik usus, otot pernafasan dan kons
pengaturan muntah. Sedangkan pada luka akibat operasi akan menyebabkan
pendarahan, nyeri serta proteksi tubuh kurang. Pada masa nifas akan berpengaruh pada
kontraksi uterus, lochea dan laktasi. Kontraksi uterus yang berlebihan akan
menyebabkan nyeri hebat. Sedangkan pada lochea yang berlebihan akan menimbulkan
pendarahan. Pada masa laktasi progesterone dan estrogen akan merangsang kelenjar
susu untuk mengeluarkan ASI. Kondisi kedua adalah kondisi fisiologis yang terdiri
dari 3 fase yaitu taking in, taking hold dan letting go. Padafase taking in terjadi saat
satu sampai dengan dua hari pos partum, sedangkan ibu sangat tergantung pada orang
lain. Fase yang kedua terjadi pada 3 hari post partum, ibu mulai bisa makan dan
minum sendiri, merawat diri dan bayinya. Untuk fase yang ketiga, ibu dan keluarganya
harus segera menyesuaikan diri terhadap interaksi antar anggota keluarga (Bobak,
2004; Prawirohardjo, 2000).
E. Manifestasi Klinik
a. Bila tekanan sistolik > 140 mmHg kenaikan 30 mmHg di atas tekanan biasa,
tekanan diastolik 90 mmHg, kenaikan 14 mmHg di atas tekanan biasa, tekanan darah
yang meninggi ini sekurangnya diukur 2x dengan jarak 6 jam.
b.Proteinuria sebesar 300 mg/dl dalam 25 jam atau > 1 gr/l secara random dengan
memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak enam
jam karena kehilangan protein adalah bervariasi.
c.Edema dependent, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar.
Edema timbul dengan didahului penambahan berat badan 1/2 kg dalam seminggu atau
lebih. Tambahan berat badan yang banyak ini disebabkan retensi air dalam jaringan
dan kemudian baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan istirahat.
2. Pre eklamsia berat
a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik > 110 mmHg pada dua kali
pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah baring.
b.Proteinuria >5 gr dalam urin 24 jam atau lebih dari + 3 pada pemeriksaan
diagnostik setidaknya pada dua kali pemeriksaan acak menggunakan contoh urin yang
diperoleh cara bersih dan berjarak setidaknya 4 jam.
3.Eklampsia
a.Kejang-kejang / koma
c.Nyeri epigastrium
e.Mual, muntah
F.Penatalaksanaan
1.Tujuan Pengobatan
2.Dasar Pengobatan
a.Istirahat
f.Induksi persalinan
d.Sakit kepala, gejala, penglihatan dan edema jaringan dan kelopak mata
i.Pemeriksaan darah
G. Komplikasi
2.Perdarahan
Pada Sectio Caesaria banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia
uteri serta pelepasan plasenta yang lebih banyak mengeluarkan darah dibandingkan
dengan persalinan normal.
3.Emboli pulmonal
Emboli terjadi karena pada pasien Sectio Caesaria dilakukan insisi pada abdomen
dan mobilisasi yang kurang jika dibandingkan dengan kelahiran normal.
a.Aktivitas / istirahat
b.Sirkulasi
c.Eliminasi
d.Integritas ego
e.Nyeri / ketidaknyamanan
f.Keamanan Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh.
g.Makanan atau cairan
h.Seksualitas
i.Pemeriksaan penunjang
4)Urinalisa yaitu protein, total protein serum dan albumen biasanya normal atau
menurun.
(Doenges, 2001)
8.Resiko ASI tidak efektif berhubungan dengan produksi ASI yang tidak adekuat
(Carpenito, 2000).
Kriteria hasil : Bunyi nafas baik, tidak mengalami aspirasi, menunjukkan batuk yang
efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru
Intervensi :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
meningkat.
Kriteria hasil :
a.Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, color, dolor, tumor dan fungsion laesa)
a.Monitor TTV
c.Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka dengan
antisep dan antiseptik
infeksius
pembedahan.
Intervensi :
Rasional : Masa post operasi, semakin lama durasi anestesi semakin besar resiko
untuk muncul. Mual yang lebih dari 3hari post operasi mungkin dihubungkan untuk
mengontrol rasa sakit
Tujuan : Klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa
disertai nyeri.
Intervensi :
Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan
kelemahan, keletihan yang berkenaan dengan aktifitas
b.Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar
Rasional : Aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan klien sesuai yang diinginkan,
meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional
Kriteria hasil :
Intervensi :
makanan serat
Kriteria hasil :
Intervensi :
sehingga klien mungkin tidak mampu berfokus pada perawatan diri sampai kebutuhan
fisik
diarahkan untuk berbaring datar dan tanpa bantal untuk 6-7 jam setelah pemberian
anestesi
kesejahteraan
8.Resiko ASI tidak efektif berhubungan dengan produksi ASI yang tidak adekuat
Kriteria hasil : Ibu merasa senang bayi tidak rewel lagi, tidur nyenyak
Intervensi :
optimal
Intervensi :
Kriteria hasil :
dengan cepat
Intervensi :
b.Perhatikan respon klien / pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua
e.Libatkan pasangan dan orang terdekat dalam perawatan bayi dan penyuluhan
Buku anatomi fisiologi vol.3“Bobak” (2004) “Helen Farrer” (2001), buku medikal
bedah “Doenges” (2001), “Mochtar”(1998)