Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
SUMEDANG
2017
I
PENDAHULUAN
Limbah dari usaha peternakan dapat berupa padatan, cairan dan gas. Bentuk padatan
terdiri dari feses/kotoran ternak, ternak yang mati, dan isi perut dari hasil pemotongan ternak.
Bentuk cairan terdiri dari urine ternak, air sisa pembersihan ternak maupun air dari sisa
pencucian alat-alat ternak. Bentuk gas berupa gas metana dan karbondioksida. Dewasa ini
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan limbah peternakan
Udara yang tercemar gas amonia dan sulfida dari feses dapat menyebabkan iritasi mata
serta gangguan pernafasan. Sektor peternakan ternyata telah menjadi penyebab utama dari
pengrusakan lingkungan dan emisi gas rumah kaca. Peternakan juga menimbulkan 64 persen
amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.
Oleh karena itu diperlukan metode pengolahan limbah ternak. Pengolahan limbah ini
diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga dapat
PEMBAHASAN
Limbah ternak merupakan limbah yang berasal kotoran ternak, baik padat (feses) maupun
cair (air kencing, air bekas mandi sapi, air bekas mencuci kandang dan prasarana kandang) serta
sisa pakan yang tercecer merupakan sumber pencemaran lingkungan paling dominan di area
peternakan. Limbah ternak dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan bau yang menyengat,
sehingga perlu penanganan khusus agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (Sarwono
dan Arianto, 2002). Untuk mengahasilkan nilai ekonomis perleu beberapa pengolahan limbah.
Pengolahan limbah peternakan tersebut yaitu menjadi pupuk kompos, biogas ,dan juga bricket.
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain
(unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk
1. Secara fisik karakteristik limbah peternakan dapat diketahui berdasarkan bentuk (padat,
semi padat dan cair), tekstur (kekompakan) dan jumlah (kg per unit ternak) yang dihasilkan.
2. Secara kimiawi sifat limbah ditentukan oleh komposisi zat kimia yang terkandung dan
3. Secara biologis sifat limbah ditentukan oleh jenis dan populasi mikroflora-fauna yang
terkandung di dalamnya, yang biasanya dicerminkan oleh jenis dan populasi yang terdapat di
dalam sistem pencernaan hewan ternak yang menghasilkan limbah tersebut. Secara umum,
ketiga sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur ternak, pakan yang diberikan, tipe
Menurut artikel yang telah saya baca, bahwa pemanfaatan limbah ternak tersebut
dijadikan biogas yang berasal dari kotoran sapi yang bertujuan untuk mengelola biogas tersebut
menjadi bahan bakar. Pembuatan biogas telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemda Sukabumi. Kegiatan seperti ini untuk menyelesaikan
masalah lingkungan dengan memberikan manfaat ekonomi dan melatih peternak dalam
mengelola limbah tersebut berupa biogas. Hal ini sesuai dengan beberapa literature bahwa biogas
merupakan gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan
organik termasuk diantaranya: kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga),
sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang dalam kondisi anaerobik. Kandungan
utama dalam biogas adalah metana dan karbondioksida. Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas
anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar
dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume
Pembuatan biogas tersebut juga harus dilakukan dengan beberapa proses karena jika
pembuatan biogas tersebut tidak sesuai dengan syarat akan mengakibatkan hal yang tidak
diinginkan seperti contohnya di artikel ini bahwa daerah sekitar Sungai Cikapundung, Jawa
Barat yang termasuk sungai terbesar di Jawa Barat tersebut memprihatinkan akibat tingginya
pencemaran, termasuk oleh limbah peternakan di kawasan hulu Cikapundung. Maka dari itu
pengeloaan limbah biogas dapat dikelola dengan pembuatan LPJ atau bahan bakar kompor. Hal
ini sesuai dengan beberapa literature bahwa hasil biogas dari kotoran hewan yang samapai
dengan saat sekarang pemanfaatan biogas tersebut bersifat individu dikarenakan belum adanya
tabung gas sebagai penyimpanan biogas yang bisa di manfaatkan orang lain sebagai pengganti
LPG, besar harapan saya untuk hasil biogas tersebut bisa tersimpan dalam tabung gas sebagai
KESIMPULAN
1. Limbah ternak merupakan limbah yang berasal kotoran ternak, baik padat maupun cair
3. Pemanfaatan limbah ternak tersebut dijadikan biogas yang berasal dari kotoran sapi yang
bertujuan untuk mengelola biogas tersebut menjadi bahan bakar sehingga berusaha untuk
Dengan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pemda
Sukabumi membuat prototipe pengolahan limbah ternak yang dihasilkan dari peternakan di
Kelurahan Cikundul untuk menjadi biogas. Kegiatan ini, seperti tertera pada siaran pers BPPT,
merupakan penyelesaian masalah lingkungan yang memberikan manfaat ekonomi.
"Maksud kegiatan ini adalah memberikan solusi teknologi kepada pemerintah daerah dan
masyarakat peternak dalam pengelolaan lingkungan," jelas Direktor Teknologi Lingkungan
BPPT Joko Prayitno Susanto saat menyerahkan pengelolaan instalasi biogas di Cikundul, Kamis
(11/10). Beberapa unit percontohan pengolahan limbah sudah dibuat. Pelatihan pengoperasian
terhadap unit tersebut juga sudah berjalan.
Kelurahan Cikundul merupakan salah satu pusat peternakan sapi daging dan sapi perah. Limbah
yang dihasilkan menimbulkan masalah lingkungan. Apabila diolah menjadi biogas, limbah
peternakan dapat menggantikan LPG di rumah tangga. Produksinya bisa mencapai 4 hingga 5
meter kubik per hari, setara dengan 2 kilogram LPG. Selain diolah menjadi biogas, kotoran dapat
diolah menjadi kompos. Potensi kompos yang dihasilkan mencapai 200 liter per hari.
Seekor sapi perah dapat menghasilkan limbah padat sebanyak 20 sampai 25 kilogram serta 100
sampai 250 liter limbah cair per hari. Kalau limbah tidak dikelola dengan benar, berbagai
masalah bisa muncul, termasuk penyebaran penyakit dan bau tidak sedap.
Menurut Kardina Karsudi, Kepala Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Sukabumi,
pengolahan limbah ini tidak dibuat hanya untuk Cikundul. "Kalau kegiatan ini bisa diterapkan
dan berkesinambungan di Sukabumi, saya harap bisa dilanjutkan tidak hanya di Cikundul ini,"
katanya.
Daerah lain yang dianggap berpotensi adalah daerah sekitar Sungai Cikapundung, Jawa Barat.
Kondisi sungai yang termasuk sungai terbesar di Jawa Barat tersebut memprihatinkan akibat
tingginya pencemaran, termasuk oleh limbah peternakan di kawasan hulu Cikapundung. Di Desa
Sunetenjaya, pembuatan biogas dan kompos dari kotoran sapi sudah diterapkan. Biogas yang
dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor dan pembangkit listrik.