Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 11

Disusun Oleh:

Riska Sawitri (11811116)

Kelas/semester : E /III(Tiga)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Pengembangan materi PAI pendidikan dasar yang berjudul “Ruang

Lingkup dan Karakteristik Materi PAI di Sekolah dan Madrasah”.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


Pengembangan materi PAI pendidikan pada ruang lingkup dan karakteristik

materi PAI di sekolah dan madrasah yang telah kami dapatkan dari berbagai
sumber informasi seperti buku dan jurnal.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar penulisan dimasa yang
akan datang semakin baik.

Pontianak, 2019

Penyusun

Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................

A. DEFINISI EVALUASI
B. TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI
C. MACAM-MACAM EVALUASI
D. INDIKATOR PRESTASI BELAJAR
E. EVALUASI PRESTASI KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI EVALUASI
Secaraharfiah kata evaluasiberasaldaribahasainggris evaluation;
dalambahasaArab: al-Taqdir, dalambahasa Indonesia berartipenilaian.
Akarkatanyaadalah value, dalambahasaarabadalah al-Qimah,
dalambahasaindonesiaberartinilai. dengandemikiansecaraharfiah,
evaluasipendidikandapatdiartikansebagaipenilaiandalambidangpendidikan
ataupenilaianmengenaihal-hal yang berkaitandenganpendidikan.
Adapundarisegiistilah,
sebagaimanadikemukakanolehEdwindWandtdan Gerald W. Brown (1977):
evalution refer to the act process to determining the value of something.
Menurutdefinisiini,
makaistilahevaluasiitumenunjukkepadaataumengandungpengertian:
suatutindakanatausuatu proses untukmenentukannilaidarisesuatu.

B. TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI


Evaluasipendidikanadalahkegiatanmenilai yang
terjadidalamkegiatanpendidikan.
Adapuntujuandarievaluasiadalahsebagaiberikut:
1. Tujuanumum
Secaraumum, tujuanevaluasidalambidangpendidikanadaduayaitu:
a. Untukmemperoleh data pembuktian, yang
akanmenjadipetunjuksampaidimanatingkatkemampuandanti
ngkatkeberhasilanpesertadidikdalampencapaiantujuan-
tujuankurikuler, sertamerekamenempuh proses
pembelajarandalamjangkawaktu yang telahditentukan.
b. Untukmengetahuitingkatefektivitasdarimetode-
metodepengajaran yang telahdipergunakandalam proses
pembelajaranselamajangkawaktutertentu.
2. TujuanKhusus
Adapun yang
menjaditujuankhususdarikegiatanevaluasidalambidangpendidikana
dalah:
a. Untukmerangsangkegitanpesertadidikdalammenempuh
program pendidikan.
b. Untukmencaridanmenemukanfaktor-
faktorpenyebabkeberhasilandanketidakberhasilanpesertadid
ikdalammengikuti program pendidikan,
sehinggadapatdiaridanditemukanjalankeluarataucara-
caraperbaikannya.
FungsiEvaluasi
1. Evaluasiberfungsiselektif
Dengancaramengadakanevaluasi guru
mempunyaicarauntukmengadakanseleksiterhadapsiswanya.
Seleksiitusendirimempunyaiberbagaitujuan, antara lain:
a. Untukmemilihsiswa yang dapatditerima di sekolahtertentu.
b. Untukmemilihsiswa yang
dapatnaikkekelasatautingkatberikutnya.
c. Untukmemilihsiswa yang seharusnyamendapatbeasiswa.
2. EvaluasisebagaiDiagnostik
Denganmengadakanevaluasi, sebenarnya guru mengadakan
diagnosis kepadasiswatentangkebaikandankelemahannya.
Dengandiketahuinyasebab-sebabkelemahanini,
akanlebihmudahdicaricarauntukmengatasinya.
3. EvaluasisebagaiPenempatan
Sistembaru yang kinibanyakdipopulerkan di Negara Barat,
adalahsistmbelajarsendiri.
Belajarsendiridapatdilakukandengancaramempelajarisebuahpaketb
elajar, baikituberbentukmodulmaupunpaketbelajar yang lain.
C. MACAM-MACAM EVALUASI
D. INDIKATOR PRESTASI BELAJAR
E. EVALUASI PRESTASI KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
Menurut Sudijono (2012: 48-59) Dalam pembicaraan di muka
telah disebutkan bahwa salah satu perinsip dasar yang harus senantiasa
diperhatikan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah perinsip
kebulatan, dangan perinsip mana evaluator dalam melaksanakan evaluasi
hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap
peserta didik, baik dari segi pemahamanya terhadap materi atau bahan
pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi
penghayatan (aspek afektif) dan pengamalanya (aspek psikomotor).
1. Taksonomi Tujuan Pendidikan dari Benjamin S. Bloom
Sebagaimana telah dimaklumi, dalam sejarah pengukuran dan
penilaian pendidikan tercatat, bahwa pada kurung waktu tahun
empatpuluhan, beberapa orang pakar pendidikan di Amerika
Serikat yaitu Benjimin S. Bloom, M.D. Englehart, E. Furst, W.H.
Hill, Daniel R. Krathwohl dan didukung pula oleh Ralph E. Tylor,
mengembangkan satu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan
yang disebut taxonomy. Ide untuk membuat taksonomi itu muncul
setelah lebih kurang lima tahun mereka berkumpul dan
mendiskusiakan pengelompokan tujuan pendidikan, yang pada
akhirnya melahirkan sebuah karya Bloom dan kawan-kawannya
itu, dengan judul: Taxonomy of Educational Objectives (1956).
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat
bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus
senantiasa mengaju kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau
ranah) yang melekat pada peserta didik, yaitu sebagai berikur ini:
a. Ranah Kongnitif
Rana kongnitif adalah ranah yang mencangkup
kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang
menyangkut otak adalah termasuk dalam ranah kongnitif.
Dalam ranah kongnitif ini terdapat enam jenjang proses
berfikir, melalui dari jenjang terendah sampaai dengan
jenjang yang paling tinggi.
1) Pengetahuan / hafalan / ingatan (knowledge)
Pengetahuan / hafalan / ingatan (knowledge) adalah
kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall)atau mengenali kembali tentang nama, istilah,
ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakanyan.
Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
2) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengn kata
lain memahami adalah mengetahui tantang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi seseorang peserta
didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri.pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau
hafalan.
3) Penerapan (application)
Penerapan (application)adalah kesanggupan
seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, perinsip-
perinsip, rumusan-rumusan, teori-teori dan sebagainya.,
dalam situasi yang baru atau konkret. Aplikasi atau
penerapan ini adalah merupakan proses berpikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
4) Analisis (analysis)
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang
untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian
atau factor-faktor yang satu dengan factor-faktor
lainya.Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi
ketimbang jenjang aplikasi.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir
yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis.
Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau
berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukanya
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang analisis.
6) Penilaian (evaluation)
Penilaian (evaluation) adalah merupakan jenjang
berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut
Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi disini
merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide,
misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.
b. Ranah Afektif (al-Nahiyah al-Mauqifiyyah)
Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai.Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang
telah memiiki penguasaan kongnitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku; seperti: perhatianny terhadap mata
pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam
mengikuti pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang
tinggi untuk tau lebih banyak mengenai pelajaran agama
Islam, kedisiplinanya, penghargaan atau rasa hormatnya
terhadap guru pendidikan Agama Islam, dan sebagainya.
Ranah Afektif oleh Krathwohl (1974) dan kawan-
kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima
jenjang , yaitu:
1) receiving.
Receiving atau attending (menerima atau
memperhatikan), adalah kepekaan sesorang dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang
kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala
dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini antara adalah:
kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus,
mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau
attending juga sering diberi pengertian sebagai
kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
suatu objek.Pada jenjang ini peserta didik dibina agar
mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang
diajarkan kepada mereka, dan mereka mau
menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau
mengidentikkan diri dengan nilai itu.
2) responding.
Responding (menanggapi) mengandung arti
“adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi
adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah
satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang receriving.
3) Valuing.
Valuing (menilai= menghargai). Menilai atau
menghargai artinya memberikan nilai atau penghargaan
terhadap suatau kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, tidak dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah
merupakan tingkatan evektif yang lebih tinggi lagi
daripada receiving dan responding. Dalam kigiatan
dengan proses belajar mengajar, perserta didik di sini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi
mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau
fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang
telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk
mengatakan “ itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa
peserta didik telah menjalani proses penelitian. Nilai itu
telah mulai dicamkan (internalizet) dalam
dirinya.Dengan demikian maka nilai tersebut telah
stabil dalam diri peserta didik.
4) organization.
Organization (mengatur atau mengorganisaaikan)
artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang
membawa kepada kebaikan umum.Mengatur dan
mengorganisasiakan merupakan pengembangan dari
nilai kedalam satu sistm organisasi, termasuk
didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) characterization by a value or value complex.
Characterization by a value or value
complex(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai), yakni keterpaduan semua system nilai yang telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah Psikomotor (Nahiyah al-Harakh).
Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan
dengan Keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu.Hasil belajar Ranah Psikomotor dikemukan oleh
Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
Psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill)
dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar kongnitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar efektiv (yang baru
tampak dalam bentuk kecendrungan-kecendrungan untuk
berprilaku). Hasil belajar kongnitif dan hasil belajar afektif
akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
denga makna yang tekandung dalam rangka kongnitif dan
rana efektifnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai