5.laporan Identifikasi Permasalahan Penyerapan Anggaran Tahun 2011 Di Enam Kementerian Lembaga Dan Satuan Kerja P Emerintah Daerah Di Dua Provinsi PDF
5.laporan Identifikasi Permasalahan Penyerapan Anggaran Tahun 2011 Di Enam Kementerian Lembaga Dan Satuan Kerja P Emerintah Daerah Di Dua Provinsi PDF
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
PENYERAPAN ANGGARAN TAHUN 2011
DI ENAM KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN
SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH
DI DUA PROVINSI
i
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Pelaksanaan Kunjungan Lapang 4
IV KESIMPULAN 21
Lampiran-lampiran 23
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR GAMBAR
vi
foto
I. PENDAHULUAN
1
Sedangkan belanja lainnya masih di bawah 50%, yakni belanja barang 37%, belanja
modal 28%, bantuan sosial 40%. (Gambar 1)
Gambar 1
Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga
s.d. 8 Agustus 2011
Sumber: Paparan Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan pada Rapat Monitoring dan Evaluasi
Koordinasi Pelaksanaan Pembangunan Triwulan II Tahun Anggaran 2011, di Bappenas, 13 September
2011
Tindak lanjut yang telah dilakukan terhadap arahan Presiden dan Ibu
Menteri PPN/Kepala Bappenas di atas berhasil mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi terkait penyerapan anggaran sampai dengan Triwulan II TA 2011, dan
menyepakati usulan solusi, beserta rencana tindak lanjutnya. Namun kemudian
ketika pada Triwulan III TA 2011 penyerapan anggaran masih juga rendah, maka
diadakan rapat koordinasi pengendalian pelaksanaan pembangunan pada 7
Desember 2011 dengan K/L yang terlibat dalam pertemuan 13 September 2011.
Rendahnya penyerapan anggaran dan realisasi capaian hingga Triwulan III tahun
2011 disinyalir akibat lemahnya perencanaan dan pengadaan barang dan jasa.
Sampai dengan akhir Desember 2011 kondisi penyerapan anggaran K/L
adalah sebesar Rp473,36 triliun dari total Pagu DIPA K/L sebesar Rp548,46 triliun
atau sebesar 86,31% (Gambar 2). Bila dilihat menurut jenis belanja maka belanja
pegawai memiliki penyerapan anggaran yang paling besar yakni 95,99%, sedangkan
belanja lainnya, yakni belanja barang 79,33%, belanja modal 80,63%, bantuan sosial
86,64% (Gambar 3).
2
Gambar 2
Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga
s.d. 31 Desember 2011
13.69%
86.31%
Realisasi
Sisa Pagu
Sumber: Paparan Wakil Menteri PPN/ Kepala Bappenas pada Kick Off Meeting Penyusunan Inpres
Percepatan Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional 2012, di Bappenas 25 Januari 2012 (diolah)
Gambar 3
Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga, Menurut Jenis Belanja
s.d. 31 Desember 2011
80.63% 86.64%
Sumber: Paparan Wakil Menteri PPN/ Kepala Bappenas pada Kick Off Meeting Penyusunan Inpres
Percepatan Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional 2012, di Bappenas 25 Januari 2012 (diolah)
3
Secara umum, permasalahan yang muncul dalam koordinasi pengendalian
pelaksanaan pembangunan Triwulan III TA 2011 masih sama dengan permasalahan
yang teridentifikasi dalam monitoring dan evaluasi koordinasi pelaksanaan
pembangunan Triwulan II. Oleh karena itu, untuk mengenali permasalahan
penyerapan anggaran TA 2011 secara lebih mendalam, disusun check list
permasalahan beserta tindak lanjutnya menurut K/L dan SKPD terkait. Check list
akan digunakan dalam kunjungan lapang untuk mencek permasalahan dan upaya
yang telah dilakukan serta tindak lanjut yang direncanakan oleh K/L dan SKPD di
Provinsi. Selain itu, diupayakan pula untuk mengidentifikasi permasalahan K/L yang
dalam upaya mengatasinya memerlukan bantuan pendampingan dari Bappenas,
Kementerian Keuangan, LKPP atau Kemenko Perekonomian, termasuk yang terkait
dengan DPR.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Kunjungan Lapang
Tujuan kunjungan lapang adalah untuk mengidentifikasi masalah
penyerapan anggaran TA 2011 di beberapa K/L dan SKPD serta masalah penyerapan
yang dihadapi di awal pelaksanaan kegiatan TA 2012, seperti pemblokiran,
pelelangan dan sebagainya. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan kegiatan
2012 tidak terkendala dengan permasalahan yang terjadi pada 2011.
4
foto
II. HASIL KUNJUNGAN LAPANG KE KEMENTERIAN/LEMBAGA
2.1 Umum
Rapat monitoring dan evaluasi koordinasi
pelaksanaan pembangunan Triwulan III TA 2011 pada
tanggal 7 Desember 2011 telah menyepakati bahwa
permasalahan utama penyerapan anggaran di 11 K/L
Delapan permasalahan
meliputi 8 isu, yaitu: (a) Pemblokiran anggaran; (b)
penyerapan anggaran
Pengembalian dana penghematan, pemberian dana
reward dan APBN-P yang keluar pada akhir tahun; (c)
Dana kontrak multiyears yang tidak bisa dialihkan ke
kegiatan dan TA berikutnya; (d) Tagihan Satker:
pencairan tidak selalu langsung dilakukan (ditumpuk
dan dilakukan 2 bulan sekali); (e) Proses Lelang; (f)
5
Lahan, berkaitan dengan readiness criteria; (g)
Perubahan Organisasi (struktur dan pejabat); dan (h)
Lambatnya pengumpulan data penyerapan
anggaran.
Sebagai tindak lanjut rapat monitoring dan evaluasi
koordinasi pelaksanaan pembangunan Triwulan III TA
2011, dilakukan identifikasi permasalahan spesifik
dari 8 permasalahan utama secara lebih mendalam di
6 K/L pada tanggal 3-6 Januari 2012. Ke-enam K/L
tersebut adalah Kementerian Agama (Kemenag),
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri),
Kementerian Perhubungan (Kemenhub),
Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian
Kesehatan (Kemenkes), serta Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Adapun
jadwal kunjungan seperti pada Lampiran I.
Tabel 1
Pagu dan Penyerapan Anggaran K/L
No. K/L Jumlah Pagu Penyerapan
Kementerian 88%
1. Rp.35,40 trilyun
Agama (per 28 Desember 2011)
Kementerian 75,52%
2. Rp.16,95 trilyun
Dalam Negeri (per 30 Desember 2011)
Kementerian 85,022%
3. Rp.23,31 trilyun
Perhubungan (per 4 Januari 2012)
Kementerian 88,80%
4. Rp.16,70 trilyun
Pertanian (per 30 Desember 2011)
Kementerian 84,630%
5. Rp.29,13 trilyun
Kesehatan (per 2 Januari 2012)
Kementerian
80,15%
6. Pendidikan dan Rp.68,15 trilyun
(per 5 Januari 2012)
Kebudayaan
Sumber: Informasi yang diperoleh dalam kunjungan lapang di 6 K/L
Kondisi penyerapan anggaran 6 K/L sebagaimana
pada Tabel 1 menunjukkan angka yang berbeda-beda.
Pada Kemenag, penyerapan anggaran sebesar 88%
(per 28 Desember 2011) dari total anggaran Rp35,4
trilyun dengan jumlah Satker 4.442 Satker.
Penyerapan anggaran 6 Selanjutnya, pada Kemendagri, penyerapan anggaran
K/L di bawah 90% 75,52% (per 30 Desember 2011) dari total anggaran
sebesar Rp16,95 trilyun. Kemudian, pada Kemenhub,
penyerapan anggaran sebesar 85,022% (per 4 Januari
2012) dari total anggaran sebesar Rp23,309 trilyun
dengan 679 Satker. Pada Kementan, penyerapan
6
anggaran 88,80% (per 30 Desember 2011) dari total
anggaran sebesar Rp16,7 trilyun dan jumlah Satker
2.455 Satker. Selanjutnya, pada Kemenkes,
penyerapan anggaran 84,630% (per 2 Januari 2012)
dari total anggaran sebesar Rp29,134 trilyun dengan
1.003 Satker. Sedangkan, pada Kemendikbud,
penyerapan anggaran 80,15% (per 5 Januari 2012) dari
total anggaran sebesar Rp68,15 trilyun dengan 381
Satker.
7
karena tidak cukup waktu untuk melakukan revisi
DIPA.
Pada Kementan, teridentifikasi akibat data
pendukung yang tidak lengkap terjadi pemblokiran
dana pada Ditjen. Peternakan sebesar Rp.1,12 Trilyun.
Kemudian, pada Kemenhub, karena kurangnya data
pendukung mengakibatkan terjadinya dana blokir
sebesar Rp. 1,008 Triliun atau 4,33% dari total pagu
Kementerian Perhubungan. Selain itu, teridentifikasi
adanya pemblokiran anggaran akibat kurang cermat
dalam penyusunan dan penelaahan RKAKL yaitu
kesalahan akun/aplikasi pada saat penyusunan
RKA-KL yang mengakibatkan anggaran tidak dapat
dicairkan, sehingga harus dilakukan revisi DIPA. Pada
Kemenkes, pemblokiran yang disebabkan tidak
lengkapnya data-data pendukung terjadi pada dana
TP yang turun pada bulan Juni-Agustus 2011.
Sedangkan, pada Kemendikbud, permasalahan
pemblokiran anggaran akibat data pendukung yang
tidak lengkap sering terjadi tiba-tiba setelah menjadi
DIPA dan tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu
pada saat penelaahan anggaran.
Solusi yang dilakukan pada umumnya adalah dengan
melengkapi dokumen yang diperlukan dan
Data pendukung yang memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada. Di masa
lengkap memperlancar mendatang data pendukung harus sudah lengkap
penelaahan dan pada saat penelaahan sehingga tidak terjadi
menutup kemungkinan pemblokiran anggaran dalam DIPA. Sementara itu
pemblokiran Kemendikbud, akan menuangkan hasil kesepakatan
penelaahan dalam suatu Berita Acara untuk
menghindari pemblokiran secara tiba-tiba.
8
pelaksanaan kegiatan yang harus melalui proses
pelelangan dan kegiatan yang mengalami revisi DIPA.
Permasalahan ini ditemukan pada kegiatan:
Penyelamatan dan Insentive Sapi Betina Produktif di
Kalimantan Barat; Pembangunan RPH di Pare-Pare;
dan Pembangunan litbang perkebunan di Sulawesi
Barat. Hal serupa terjadi pada Kemenhub, khususnya
untuk pelaksanaan kegiatan yang bersifat pengadaan
dan pembangunan dan harus melalui proses
pelelangan. Persetujuan DIPA Pemanfaatan hasil
penghematan anggaran TA 2011 sebesar kurang lebih
83,8% diblokir oleh DJA dan tidak dapat dilaksanakan.
Pada Kemenag, pengembalian dana penghematan
dan pemberian dana reward dan APBN-P yang cair
pada akhir tahun (akhir Oktober–awal November)
menyebabkan sulitnya melaksanakan kegiatan dan
khususnya terjadi pada kegiatan pembangunan fisik.
Pada Kemendikbud, dana APBN-P dan pengembalian
dana efisiensi yang keluar pada bulan November
menyebabkan berkurangnya penyerapan karena sulit
Efisiensi/ penghematan melaksanakan kegiatan. Di samping itu, efisiensi/
dapat mengakibatkan penghematan telah mengakibatkan rencana kegiatan
rencana kegiatan yang yang telah disusun tidak tercapai dan tidak efektif.
telah disusun tidak Permasalahan ini ditemukan pada Rehab sekolah,
tercapai dan tidak Unit Sekolah Baru, Block grant, dan peralatan sekolah.
efektif Sedangkan di Kemendagri penambahan pagu di
Triwulan empat menyebabkan sulitnya pelaksanaan
kegiatan terutama yang bersifat
pembangunan/renovasi gedung.
Penambahan dana Solusi yang pada umumnya diharapkan oleh K/L
seyogyanya diberikan adalah penambahan dana diberikan pada
pada pertengahan dan pertengahan tahun anggaran dan tidak di akhir tahun
tidak di akhir tahun anggaran. Kemenkes dan Kementan mengusulkan
anggaran tidak perlu dilakukan perubahan pagu anggaran agar
pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran
dapat dilakukan sesuai dengan jadwal. Sementara itu,
dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan
dari pagu tambahan ini Kemenag telah
mengupayakan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang tidak memerlukan proses pelelangan.
Namun upaya inipun tidak berhasil karena rekanan
tetap tidak berani melaksanakan mengingat waktu
yang terlalu singkat. Sedangkan Kemendikbud,
mengatasi keterbatasan waktu dengan melakukan
9
persiapan pelaksanaan kegiatan segera setelah
selesai penelaahan, sehingga pada saat DIPA turun
dapat langsung dilaksanakan.
10
telah ditentukan. Selain itu juga diharapkan ada
aturan dari Kementerian Keuangan bahwa untuk
tagihan yang tertunda akan diberi sangsi.
2.2.5 Pelelangan
Upaya melalui pelelangan sebelum anggaran turun
(sesuai Perpres No. 54 Tahun 2010) pada umumnya
tidak dilakukan karena panitia lelang tidak berani
Panitia lelang mengambil resiko apabila ternyata kegiatan tidak
menghadapi resiko disetujui atau kegiatan tersebut mengalami
pemblokiran. Permasalahan ini terjadi pada
Kemenag, yaitu pada kegiatan bersifat
fisik/pembangunan. Permasalahan lainnya yang
Pengaturan uang muka terkait dengan lelang adalah pengaturan uang muka
pada multiyears pada multiyears contract (kontrak tahun jamak) yang
contract mempengaruhi lebih kecil, akhirnya mempengaruhi penyerapan
penyerapan anggaran anggaran. Permasalahan ini terjadi pada Kemenhub,
yaitu pada pembangunan JAATS (Peralatan Navigasi
Bandara Soekarno Hatta). Selain itu, terkait dengan
pelaksanaan pelelangan yang dilakukan sebelum
anggaran turun permasalahan yang dihadapi oleh
Kemenhub adalah belum tersedianya dana untuk
pelaksanaan pelelangan.
Solusi untuk mengatasi permasalahan ini, yang telah
dilakukan oleh Kemenag terutama untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan pagu
tambahan yang baru keluar di akhir tahun anggaran,
adalah dengan upaya mengurangi ada kegiatan yang
harus melalui proses pelelangan. Sementara itu,
Kemenhub mengharapkan adanya penyempurnaan
Perpres No. 54 Tahun 2010, terkait dengan besaran
uang muka untuk kontrak tahun jamak.
2.2.6 Lahan
Permasalahan yang timbul terkait dengan kesiapan
lahan yang mempengaruhi penyerapan anggaran,
terjadi pada 3 K/L yaitu Kementan, Kemenhub, dan
Status kepemilikan Kemenkes. Pada Kementan, terdapat permasalahan
tanah yang belum jelas, mengenai status kepemilikan tanah yang belum jelas,
menghambat yang pada akhirnya menghambat pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan kegiatan. Selain itu, permasalahan juga muncul akibat
adanya perubahan kebijakan Bupati terpilih dalam
pemanfaatan lahan di wilayahnya. Perubahan
kebijakan pemanfaatan lahan terjadi di Kabupaten
11
Asahan, yaitu lahan yang semula telah dianggarkan
untuk cetak sawah berubah peruntukannya untuk
perkebunan kelapa sawit oleh Bupati terpilih yang
tentunya mempengaruhi penyerapan anggaran untuk
cetak sawah. Meskipun ini hanya merupakan kasus
khusus namun hal seperti ini dapat menjadi masalah
besar apabila tidak menjadi perhatian dari sekarang.
Permasalahan terkait dengan kesiapan lahan terjadi
pula pada Balai Diklat di Manokwari dan Sumatera
Penyediaan lahan harus Barat. Sementara itu, permasalahan lahan yang
jelas sebelum kegiatan terjadi pada Kemenhub adalah status tanah yang
dilaksanakan telah dinyatakan oleh Pemda sudah jelas dan selesai
namun pada saat kegiatan akan dimulai (alat berat
mulai didatangkan) terjadi sengketa dan penolakan
masyarakat. Permasalahan ini terjadi pada
pembangunan fasiitas pelabuhan Tanjung wangi Jawa
Timur (penyelesaian dengan memindahkan lokasi
kegiatan); pembangunan Kampus Akademi Pelayaran
Makassar; dan pengadaan Lahan Peti Kemas Tanjung
Priok. Sedangkan permasalahan lahan pada
Kemenkes adalah tidak dapat dibelinya lahan
tersebut pada saat kegiatan akan dilaksanakan. Hal ini
terjadi pada Pembangunan Kantor Kesehatan
Pelabuhan di Bali dan Kantor Litbang Lokal di Garut.
Solusi yang dilakukan oleh Kemenhub terkait dengan
masalah lahan adalah dengan memindahkan lokasi
kegiatan. Sedangkan untuk ke depan, Kemenhub
melakukan pula upaya dengan akan menganggarkan
dana untuk pensertifikatan lahan. Sacara umum,
solusi ketiga K/L adalah adanya keharusan kejelasan
lahan sebelum kegiatan dilaksanakan. Untuk itu,
diharapkan Pemda dapat menyelesaikan
permasalahaan lahan sebelum kegiatan dimulai.
2.2.7 Organisasi
Struktur organisasi K/L Restrukturisasi organisasi merupakan salah satu
yang baru penyebab terjadinya kerterlambatan bahkan tidak
mempengaruhi terserapnya anggaran di Kementerian/Lembaga.
penyerapan anggaran Kemenkes dan Kemendikbud adalah kementerian
dengan perubahan struktur organisasi yang akhirnya
mempengaruhi penyerapan anggaran. Akibat adanya
perubahan struktur organisasi terdapat kegiatan di
Kementerian Kesehatan yang telah dialokasikan
namun tidak dapat dilaksanakan karena pada struktur
12
yang baru tidak ada unit kerja yang mempunyai
tupoksi sesuai dengan kegiatan tersebut. Sementara
itu, perubahan struktur organisasi dalam rangka
penyesuaian satu program untuk satu unit kerja
eselon I, menyebabkan dokumen DIPA terlambat
sampai dengan bulan Maret 2011 yang
mempengaruhi penyerapan anggaran. Dengan
adanya perubahan kabinet pada bulan Oktober 2011,
Kementerian Pendidikan Nasional berubah menjadi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam
kaitan itu, saat ini sedang dilakukan perumusan
jumlah unit kerja eselon 1 (satu) yang harus
ditambahkan untuk menjalankan fungsi kebudayaan.
Terkait dengan sulitnya mencari pejabat pengadaan,
terjadi di Kemendagri, Kementan, Kemendikbud, dan
Pegawai enggan Kemenag. Pada umumnya hal ini disebabkan oleh
menjadi pejabat rendahnya minat untuk menjadi pejabat pengadaan
pengadaan barang dan dan terbatasnya pegawai yang mempunyai sertifikat
jasa pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi
persyaratan Perpres 54/2010 bahwa pejabat
pengadaan harus mempunyai sertifikat pengadaan
barang dan jasa. Sedangkan terkait dengan kualitas
SDM, pada Kemenag cukup menjadi hambatan yang
menyebabkan sering terjadi kesalahan di Satker
dalam melakukan revisi DIPA, terutama pada saat
efisiensi/penghematan anggaran harus dilakukan.
Agar permasalahan tidak terulang kembali,
Kemenkes mengupayakan seluruh kegiatan dapat
ditampung dan sesuai dengan tupoksinya. Sementara
itu, terkait dengan struktur kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, diharapkan kesepakatan antara
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
mengusulkan penambahan 1 (satu) unit kerja eselon I
untuk menangani kebudayaan dengan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai induk asal
kebudayaan yang mengusulkan 2 (dua) eselon I di
Kemendikbud untuk menangani kebudayaan dapat
segera tercapai agar tidak mengganggu pelaksanaan
2012. Untuk memenuhi persyaratan Perpres No. 54
Tahun 2010 terkait dengan pejabat pengadaan diatasi
melalui peningkatan jumlah pegawai yang memiliki
sertifikat dan mengikutsertakan dalam pelatihan
untuk yang baru. Sedangkan Kemenag, dalam upaya
meningkatkan kualitas SDM dilakukan peningkatan
13
pemahaman melalui sosialisasi dan pelatihan. Selain
itu, Kemenag akan mengusulkan pula kepada LKPP
agar dilakukan perbaikan aturan terkait dengan
kepemilikan sertifikat bagi pengelola kegiatan.
14
2.2.9 Permasalahan Lainnya
Dana pendamping di Selain 8 permasalahan utama, terdapat beberapa
daerah (PHLN) sering permasalahan penyerapan anggaran lainnya, yaitu
kali belum tersedia terkait dengan penyediaan dana pendamping di
daerah, belum siapnya PHLN sehingga dana
pendamping tidak terserap, proses clearance, dan
pencairan dana sertifikasi guru.
Permasalahan terkait dengan penyediaan dana
pendamping daerah terjadi di Kemendagri, yaitu
terdapat 13 Kabupaten/Kota yang tidak menyediakan
dana pendamping untuk kegiatan PNPM.
Kabupaten/kota tersebut adalah Tapanuli Tengah,
Simalungun, Nias Selatan, Nias Barat, Minahasa
Selatan, Gowa, Konawe, Muna, Buton, Konawe
Selatan, Mamuju, Seram bagian Barat, dan P.
Morotai. Hal ini mengakibatkan kegiatan tidak bisa
berjalan dan anggaran tidak terserap. Untuk itu,
sedang dicari penyebab tidak dialokasikannnya dana
pendamping di daerah tersebut.
Permasalahan belum siapnya PHLN terjadi di
Kementan, yaitu pada kegiatan SMATD (proyek
teknologi dan pembangunan) dan WISEM (sarana dan
prasarana pertanian). Pada kedua kegiatan ini dana
pendamping tidak dapat diserap karena loan belum
siap sehingga dilakukan drop loan. Untuk itu,
disarankan agar dalam pengalokasian pagu indikatif
digunakan data yang lebih akurat sehingga hanya
PHLN yang sudah pasti saja yang disediakan dana
pendamping.
Selanjutnya, terkait dengan proses lelang
pembangunan gedung teridentifikasi adanya
persyaratan clearance yang dilakukan oleh
Koordinasi antar K/L Kementerian PAN dan RB, BPKP, dan Kementerian
diperkuat agar PU. Permasalahan yang terjadi adalah lamanya waktu
mempercepat proses yang diperlukan dalam proses clearance dan hasil
clearance dan clearance oleh ketiga instansi tersebut. Permasalahan
penyerapan anggaran ini ditemuai pada 2 K/L yaitu Kemendagri dan
Kementan. Pada Kemendagri, lamanya proses
clearance sebelum pelelangan terjadi pada
pembangunan gedung, IPDN di Bukit Tinggi,
Makassar, Manado, dan Rokan Ilir sehingga menjadi
salah satu hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.
Sedangkan permasalahan clearance yang terjadi pada
15
Kementan adalah proses clearance yang dilakukan
setelah dana dianggarkan dengan hasil
pembangunan gedung tidak disetujui sehingga dana
tidak dapat diserap. Diharapkan pada waktu
mendatang proses clearance dapat dilakukan
sebelum tahun anggaran dimulai dan anggaran belum
dialokasikan.
Permasalahan lain yang teridentifikasi adalah
hambatan karena proses pencairan anggaran
berkaitan dengan K/L lain. Pada Kemenag, peraturan
pencairan anggaran sertifikasi guru baru dapat
dilakukan setelah ada Nomor Registrasi Guru (NRG).
Hal ini mempengaruhi penyerapan karena NRG
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan memerlukan waktu yang cukup
lama. Untuk itu, diusulkan agar pencairan dana
sertifikasi tidak perlu menunggu selesainya NRG oleh
Kemendikbud.
16
foto
III. HASIL KUNJUNGAN LAPANG KE SKPD
3.1. Umum
Identifikasi permasalahan penyerapan anggaran secara spesifik telah
dilakukan pada tiga SKPD di dua provinsi. Adapun SKPD tersebut adalah: Dinas PU
Cipta Karya Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat,
dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat. (Jadwal kunjungan
pada Lampiran II).
Dalam hal realisasi penyerapan anggaran hingga 22 Desember 2011, Dinas
PU Cipta Karya Provinsi Sumatera Selatan telah mencapai 90,8% dari alokasi
anggaran Rp.397.917,6 juta, dan diharapkan akan meningkat hingga lebih dari
93,0% jika seluruh laporan dari Satker sudah masuk. Sementara itu, alokasi dana
Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp.38.516,9 juta
dengan realisasi anggaran sebesar Rp.29.762,9 juta atau 78,4%. Sedangkan alokasi
dana Dekonsentrasi dan Perbantuan di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
17
pada tahun 2011 sebesar Rp.25.177,5 juta dengan realisasi anggaran sebesar
Rp.11.973,0 juta atau 47,6 %.
Tabel 2. Pagu dan Penyerapan Anggaran SKPD
No. SKPD Pagu Anggaran Penyerapan
Dinasu PU Cipta
1. Karya Provinsi Rp.397.917,6 juta 90,8%
Sumatera Selatan
Dinas Kesehatan
2. Provinsi Rp.38.516,9 juta 78,4%
Kalimantan Barat
Dinas Peternakan
dan Kesehatan
3. Rp.25.177,5 juta 47,6 %
Hewan di
Kalimantan Barat
18
Keterlambatan terjadi mutasi pegawai, sehingga dalam pelaksanaan
penyelesaian dokumen kegiatan kekurangan tenaga teknis sesuai dengan
APBN-P menyulitkan syarat-syarat yang telah ditentukan; (3) Petunjuk
pelaksanaan kegiatan teknis dan petunjuk pelaksanaan kegiatan yang
karena terbatasnya disampaikan terlambat dan baru diterima oleh dinas
waktu pelaksanaan pada pertengahan Juni 2011; (3) Keterlambatan
penyelesaian dokumen APBN-P yang baru selesai
pada bulan September-Oktober 2011, menyulitkan
pelaksanaan kegiatan karena terbatasnya wakttu
pelaksanaan; dan (4) Pelaksanaan kegiatan
bersamaan dengan kegiatan yang dilaksanakan di
Pusat, sehingga pemerintah daerah tidak dapat
melaksanakan kegiatan yang telah disusun.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat mengusulkan
beberapa hal untuk pelaksanaan kegiatan tahun
berikutnya, yaitu: (1)Penetapan pelaksanaan kegiatan
oleh pemerintah daerah dapat ditentukan pada awal
pelaksanaan kegiatan; (2) Pemerintah Daerah dapat
mendistribusikan pegawai yang memiliki sertifikat
pengadaan barang dan jas secara merata kepada
seluruh dinas; (3) Penyampaian petunjuk teknis dan
petunjuk pelaksanaan kiranya dapat dilakukan pada
awal pelaksanaan kegiatan; (4) Penyelesaian
dokumen APBN-P pada pertengahan tahun anggaran
berjalan; dan (5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah perlu mempersiapkan perencanaan yang
lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan.
19
Oktober-November; (3) Pelaksanaan kegiatan pusat
tidak sesuai dengan kondisi daerah, sehingga
beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan; (4)
Ketersediaan sumber daya manusia di Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan yang memiliki
kemampuan teknis pelaksanaan terbatas; serta (5)
Revisi kegiatan yang bersifat strategis dengan jumlah
alokasi dana yang cukup besar tidak mendapat
persetujuan.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
mengusulkan dan mengupayakan beberapa hal
sebagai berikut: (1) Penghapusan tanda bintang
(pemblokiran) kiranya dapat dilakukan pada saat
pertengahan tahun anggaran, sehingga pemerintah
daerah dapat mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
Penyampaian Juknis lebih baik; (2) Penyampaian Juknis dan Juklak oleh
dan Juklak oleh kementerian sebaiknya dilakukan pada awal
Kementerian sebaiknya pelaksanaan kegiatan dimulai; (3) Pelaksanaan
dilakukan pada awal kegiatan di daerah sebaiknya disesuaikan dengan
pelaksanaan kegiatan kondisi daerah sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
dimulai tersebut tidak terkendala dengan kondisi yang ada;
(4) Diperlukan penambahan tenaga teknis pelaksana
kegiatan; serta (5) Melaksanakan revisi dokumen
anggaran yang disebabkan oleh adanya perbedaan
satuan output antara dokumen DIPA dengan Petunjuk
Teknis, yaitu satuan output dalam dokumen anggaran
adalah ekor sedangkan dalam petunjuk teknis
satuannya adalah kelompok. Berkenaan dengan hal
tersebut, Dinas telah melakukan konsolidasi dengan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, bahwa
dokumen anggaran harus sesuai dengan petunjuk
teknis.
20
foto
IV. KESIMPULAN
21
Tindak lanjut yang diperlukan agar penyerapan anggaran rendah tidak
terjadi lagi, perlu disusun disbursement plan dan procurement plan bagi setiap K/L
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Terkait dengan blokir anggaran akibat
data pendukung tidak lengkap, di masa mendatang data pendukung harus sudah
lengkap pada saat penelaahan DIPA. Sementara itu, untuk mengantisipasi
keterbatasan waktu pelaksanaan, persiapan pelaksanaan kegiatan agar segera
dilakukan setelah selesai penelaahan sehingga pada saat DIPA turun kegiatan dapat
langsung dilaksanakan. Sedangkan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan, K/L
dapat melakukan pelelangan sebelum anggaran turun (sesuai Perpres No. 54 Tahun
2010). Terkait dengan lahan, upaya yang harus dilakukan adalah memastikan
kejelasan kepemilikan lahan sebelum melaksanakan kegiatan. Selanjutnya, dalam
memenuhi persyaratan Perpres No. 54 Tahun 2010 terkait dengan pejabat
pengadaan perlu dilakukan peningkatan jumlah pegawai yang memiliki sertifikat
dan mengikutsertakan pegawai baru dalam pelatihan. Sedangkan untuk mengatasi
keterlambatan data dapat dilakukan melalui upaya pengembangan sistem berbasis
web dengan biaya murah.
22
Lampiran
I. Jadwal Kunjungan Lapang K/L
II. Jadwal Kunjungan Lapang ke SKPD
III. Matriks Rekapitulasi Check List Permasalahan per K/L dan SKPD
IV. Hasil Kunjungan ke K/L
(1) Kementerian Agama
(2) Kementerian Dalam Negeri
(3) Kementerian Perhubungan
(4) Kementerian Pertanian
(5) Kementerian Kesehatan
(6) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
V. Hasil Kunjungan ke SKPD
(1) Dinas PU Cipta Karya, Provinsi Sumatera Selatan
(2) Dinas Kesehatan, Provinsi Kalimantan Barat
(3) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Provinsi
Kalimantan Barat
Lampiran I. Jadwal Kunjungan Lapang ke K/L
23
Lampiran II. Jadwal Kunjungan Lapang ke SKPD
Diterima oleh
SKPD Tanggal Kunjungan
Nama Jabatan
Dinasu PU Cipta Karya Kasubag Renevapor
1. Provinsi Sumatera 22 Desember 2011 Rina Anggraeni Dinas PU Cipta
Selatan Karya
Dinas Kesehatan Provinsi Kepala Sub Dinas
2. 17 Januari 2012 Herman
Kalimantan Barat Kesehatan
Dinas Peternakan dan Kepala Seksi
3. Kesehatan Hewan di 17 Januari 2012 Wahyudi Perencanaan dan
Kalimantan Barat Evaluasi
24
Lampiran III. Matriks Rekapitulasi Check List Permasalahan per K/L dan SKPD
Kementerian/Lembaga SKPD
Dinas Peternakan
Dinas Kesehatan
Dinas PU Cipta
dan Kesehatan
Kemendikbud
Prov. Kalbar
Kemendagri
Kemen PU
Kemenhub
Kemenhan
Kemenkeu
Kementan
Kemenkes
Kemenag
Permasalahan Penyerapan
KESDM
POLRI
Anggaran Tahun 2011
a) Pemblokiran anggaran:
• Tidak lengkapnya data √ √ √ √ √ √
pendukung
• Eskalasi harga √
• Kesalahan aplikasi pada saat √
*
penyusunan RKA-KL
b) Pengembalian dana √ √ √ √ √ √ √ √ √
penghematan, pemberian dana
reward dan APBN-P yang keluar
pada akhir tahun
c) Dana kontrak multiyears yang
tidak bisa dialihkan ke kegiatan
dan TA berikutnya
d) Tagihan Satker: pencairan tidak √ √ √
selalu langsung dilakukan
(ditumpuk & dilakukan 2 bulan
sekali).
e) Lelang
• Sebagian besar pelaksana √ √
lelang belum berani
melaksanakan lelang sebelum
anggaran turun.
• Rumitnya persyaratan yang √
diatur dalam Perpres 54 yang
menyebabkan gagal lelang
• Pengaturan uang muka yang √
lebih kecil sehingga
mempengaruhi penyerapan
anggaran.
• Adanya persyaratan clearance √ √
dari BPKP sebelum
pelelangan yang memakan
*
waktu lama
• Belum tersedianya dana √
untuk pelelangan tidak
mengikat untuk kegiatan
*
tahun berikutnya
b) Lahan, berkaitan dengan
readiness criteria sbb:
• DED (Detail Engineering
Design)
• Kesiapan lahan √ √ √
• Ketersediaan dana daerah
untuk program bersama
25
Kementerian/Lembaga SKPD
Dinas Peternakan
Dinas Kesehatan
Dinas PU Cipta
dan Kesehatan
Kemendikbud
Prov. Kalbar
Kemendagri
Kemen PU
Kemenhub
Kemenhan
Kemenkeu
Kementan
Kemenkes
Kemenag
Permasalahan Penyerapan
KESDM
POLRI
Anggaran Tahun 2011
• Terdapatnya instansi
pengelola pascakonstruksi
• Output dan outcome yang
jelas
c) Organisasi
• Adanya restrukturisasi √ √ √
organisasi
• Sulitnya mencari pejabat √ √ √ √
pengadaan dan adanya pola
mutasi kepegawaian yang
tidak terstruktur
• Sinergi pusat daerah √ √
• Kualitas SDM √ √ √
• Kesulitan dalam menetapkan √ √
pengelola kegiatan karena
*
harus memiliki sertifikat
d) Lambatnya pengumpulan data √ √ √
e) Hambatan karena proses √
pencairan anggaran berkaitan
*
dengan K/L lain.
f) Tidak adanya dana pendamping √
dari daerah untuk program
*
bersama
*
g) Tidak siapnya dana PHLN √
Keterangan.
* Merupakan Permasalahan baru yang ditemukan pada saat melakukan kunjungan ke
Kementerian/Lembaga.
Merupakan Kementerian/Lembaga yang belum dikunjungi
26
Lampiran IV. Hasil Kunjungan ke K/L
1. Kementerian Agama
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
Total anggaran sebesar Rp. 35,4 trilyun,
Penyerapan 88% per 28 Desember 2011
Jumlah Satker 4.442 Saker
1 Pengembalian dana penghematan, pemberian DIharapkan di waktu Kegiatan
dana reward dan APBN-P yang keluar pada akhir mendatang tidak ada dana pembangunan fisik
tahun yang turun di akhir tahun
Turunnya tambahan dana di akhir Oktober – awal anggaran. Apabila DIPA
November menyebabkan sulitnya melaksanakan turun di akhir tahun
kegiatan tersebut. Untuk mempercepat proses, anggaran sebaiknya
diupayakan kegiatan tidak melali proses lelang. diberlakukan DIPA
Namun tetap saja mengalami kesulitan karena luncuran agar kegiatan
tidak ada rekanan yang sanggup mengerjakan dapat terlaksana.
dengan waktu yang sangat terbatas.
3 Lelang
Upaya mempercepat pelaksanaan kegiatan melalui Diupayakan/mengurangi Untuk kegiatan
pelelangan sebelum anggaran turun tidak adanya proses pelelangan bersifat
dilakukan karena panitia lelang tidak berani ambil fisik/pembangunan.
resiko apabila terjadi kegiatan tidak disetujui atau
kegiatan tersebut mengalami pemblokiran.
4 Kualitas SDM Peningkatan pemahaman
Rendahnya kualitas SDM menyebabkan seringnya melalui sosialisasi dan
terjadi kesalahan di Satker dalam melakukan revisi pelatihan
DIPA, terutama terkait dengan efisiensi yang harus
dilakukan.
Peraturan bagi pengelola kegiatan harus memiliki Untuk itu akan diusulkan ke
sertifikat menyebabkan kesulitan dalam LKPP agar dilakukan
menetapkan pengelola kegiatan. perbaikan aturan terkait
dengan kepemilikan
sertifikat bagi pengelola
kegiatan.
27
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
5 Lambatnya pengumpulan data Diusulkan agar satker
Dengan adanya atran pengumpulan data dapat memberikan
penyerapan anggaran secara berjenjang, informasi kepada
menyebabkan panjangnya waktu untuk Kementerian secara
mengetahui kondisi penyerapan anggaran. Hal ini langsung tidak berjenjang
menyebabkan sulit diketahui data penyerapan
anggaran terkini.
6 Sertifikasi Guru
Peraturan pencairan anggaran sertifikasi guru yang Akan diusulkan agar Sertifikasi Guru
baru dapat dilakukan setelah ada Nomor Registrasi pencairan dana sertifikasi
Guru (NRG) telah menyebabkan rendahnya tidak harus menunggu
penyerapan. Hal ini terjadi karena proses NRG
memperoleh NRG yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebuadayaan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
28
2. Kementerian Dalam Negeri
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
Total anggaran sebesar Rp. 16,95 trilyun,
Penyerapan 75,52% per 30 Desember 2011
1 Penambahan pagu di Triwulan empat Dilakukan percepatan Kegiatan
menyebabkan sulitnya pelaksanaan kegiatan pelaksanaan sehingga pembangunan fisik
terutama yang bersifat pembanguan/renovasi anggaran dapat terserap di
gedung. akhir tahun anggaran.
PNPM
Kendala lain adalah akibat terjadinya
pemblokiran anggaran oleh DPR pada pagu
tambahan ini, maka tidak ada waktu untuk
melakukan revisi DIPA sehigga dana sebesar
RP.1,3 Trilyun tidak terserap.
2 Dana pendamping daerah PNPM
Terdapat 13 Kabupaten/Kota ang tidak Akan dilihat penyebab tidak Lokasi:
menyediakan dana pendamping untuk kegiatan dialokasikannnya dana Tapanuli Tengah,
PNPM. Hal ini mengakibatkan kegiatan tidak pendamping Simalungun, Nias
bisa berjalan dan anggaran tidak terserap. Selatan, Nias
Barat, Minahasa
Selatan, Gowa,
Konawe, Muna,
Buton, Konawe
Selatan, Mamuju,
Seram aagian
Barat, dan P.
Morotai
3 Proses Clearance
Persyaratan adanya proses clearance sebelum Diharapkan di masa Pembanguan IPDN
pelelangan pembangunan gedung oleh mendatang proses Lokasi:
Kementerian PAN dan RB, BPKP, dan clearance dapat dilakukan Bukit Tinggi
kementerian PU yang memakan waktu cukup sebelum tahun anggaran Makassar
lama merupakan salah satu hambatan dalam dimulai. Menado
pelaksanaan kegiatan. Rokan Ilir
4 Kualitas SDM
Sering terjadi mutasi pegawai di daerah Dilakukan penambahan
termasuk pengelola kegiatan/panitia pengadaan ujian sertifikasi pengadaan
yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan barang dan jasa bagi
kegiatan. pejabat dan staf.
5 Pemblokiran anggaran
Tidak lengkapnya dokumen pendukung Melengkapi dokumen yang Tugas pembantuan
mengakibatkan terjadinya pemblokiran diperlukan dan mencermati pasar desa di
anggaran. Untuk menghilangkan pemblokiran dan melengkapi dokumen Gunung Kidul, DIY
setelah data dilengkapi memerlukan waktu yang untuk kegiatan yang akan
cukup lama. datang
Hal ini merupakan ketidak siapan Kemendagri
dalam mengajukan usulan kegiatan.
29
3. Kementerian Perhubungan
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
Total anggaran sebesar Rp. 23,309 trilyun,
Penyerapan 85,022% per 4 Januari 2012
Jumlah Satker 679 Satker
1 Pemblokiran anggaran dan revisi anggaran Memperbaiki dan
Akibat penyusunan dan penelaahan RKAKL yang melengkapi dokumen yang
kurang cermat mengakibatkan terhambatnya diperlukan, serta akan
penyerapan pada saat pelaksanaan kegiatan, melakukan penyusunan
yaitu: RKAKL lebih teliti
1) Terdapat kesalahan akun/aplikasi pada saat
penyusunan RKA-KL yang mengakibatkan
anggaran tidak dapat dicairkan, sehingga
harus dilakukan revisi DIPA.
2) Tingginya dana bertanda bintang (blokir)
akibat kurangnya data pendukung,
mengakibatkan terjadinya blokir sebesar Rp.
1,008 Triliun atau 4,33% dari total pagu
Kementerian Perhubungan.
2 Pengembalian dana penghematan, pemberian Diusulkan agar bila ada
dana reward dan APBN-P yang keluar pada akhir pagu tambahan diberikan di
tahun menyebabkan sulitnya pelaksanaan pertengahan tahun
kegiatan yang bersifat pengadaan dan anggaran.
pembanguan yang harus melalui proses
pelelangan.
Persetujuan DIPA Pemanfaatan hasil
penghematan Anggaran TA.2011 sebesar kurang
lebih 83,8% diblokir oleh DJA.
3 Lahan.
Terdapat status tanah (hibah tanah) yang belum Pemda diminta untuk Pembangunan
selesai, sehingga mengakibatkan tidak menyelasaikan masalah fasiitas pelabuhan
terserapnya anggarar. Hal yang sering terjadi, lahan ini dan akan Tanjung wangi
menurut Pemda tanah sudah tidak bermasalah, disediakan anggaran Jawa Timur
namun pada saat pelaksanaan terjadi sengketa. pendertifikatan tanah. (penyelesaian
dengan
memindahkan
lokasi kegiatan)
Makassar
Pembangunan
Kampus Akademi
Pelayaran
Pengadaan Lahan
Peti Kemas
Tanjung Priok
30
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
4 Lelang
Pengaturan uang muka pada multiyears Diusulkan adanya Pembangunan
contract yang lebih kecil mempengaruhi penyempurnaan Perpres JAATS (Peralatan
penyerapan anggaran. No. 54 Tahun 2010, Navigasi Bandara
Adanya mekanisme penghematan anggaran terkait uang muka Soekarno Hatta)
yang menyebabkan terlambatnya proses kontrak tahun jamak
pengadaan barang/jasa; Sebaiknya tidak perlu
Belum tersedianya dana untuk pelelangan adanya penghematan
tidak mengikat untuk kegiatan tahun Disiapkan anggaran pada
berikutnya tahun sebelumnya
5 Tagihan Satker
Pencairan tidak selalu langsung dilakukan Untuk itu dilakukan upaya
(ditumpuk penagihannya pada akhir pekerjaan) agara kontraktor melakukan
yang disebabkan keengganan dari pihak penarikan sesuai jadwal.
kontraktor untuk melakukan penarikan tiap
bulannya.
31
4. Kementerian Pertanian
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
Total anggaran sebesar Rp. 16,7 trilyun,
Penyerapan 88,80% per 30 Desember 2011
Jumlah Satker 2.455 Satker
1 Pemblokiran anggaran dan revisi anggaran Melengkapi data
Akibat data pendukung yang tidak lengkap pendukung pada bulan Juli,
terjadi pemblokiran dana di Ditjen Peternakan dan DIPA selesai pada bulan
sebesar Rp.1,12 Trilyun. September.
32
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
6 Kualitas SDM
Sering terjadi mutasi pegawai di daerah termasuk
pengelola kegiatan/panitia pengadaan yang
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan
kegiatan.
7 Proses Clearance
Persyaratan adanya proses clearance sebelum Sebaiknya clearance
pelelangan pembangunan gedung oleh dilakukan sebelum
Kementerian PAN dan RB, BPKP, dan dianggarkan.
kementerian PU yang dilakukan setelah dana
dianggarkan dengan hasil tidak disetujuinya
pembangunan gedung dana tidak dapat diserap.
33
5. Kementerian Kesehatan
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
Total anggaran sebesar Rp. 29,134 trilyun,
Penyerapan 84,630% per 2 Januari 2012
Jumlah Satker 1.003 Satker
1 Pemblokiran anggaran
Pemblokiran dana Tugas Pembantuan yang Melengkapi data TP BOK
disebabkan tidak lengkapnya data-data pendukung yang Penyerapan
pendukung, pada bulan Juni-Agustus 2011. diperlukan. rendah:
- Pontianak
(8,8%)
- Mentawai (0%)
- Banda Aceh
(20%)
- TP RS
- Pekan Baru
(15%)
3 Organisasi
Terdapat kegiatan yang tidak terlaksana akibat Untuk tahun selanjutnya
dalam struktur organisasi yang baru tidak ada diharapkan kegiatan sudah
tupoksi yang sesuai dengan kegiatan tersebut. sesuai dengan tupoksi
4 Lahan.
Terdapat lahan yang tidak dapat dibeli pada saat Akan dilakukan kejelasan Pembangunan
kegiatan akan dilakukan. kepemilikan lahan sebelum Kantor Kesehatan
pelaksanaan kegiatan Pelabuhan di Bali
Pembangunan
Kantor Litbang
Lokal di Garut
34
6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kegiatan dan
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut
lokasi
Total anggaran sebesar Rp. 68,15 trilyun,
Penyerapan 80,15% per 5 Januari 2012
Jumlah Satker 381 Satker
1 Pemblokiran anggaran
Data pendukung yang tidak lengkap dan sering Melengkapi data-data Hampir di seluruh
terjadi pemblokiran dana tanpa ada pendukung yang kegiatan.
pemberitahuan terlebih dahulu pada saat diperlukan.
penelaahan yang akhirnya mempengaruhi Untuk menghindari
penyerapan. pemblokiran secara tiba-
tiba Kemendikbud akan
menuangkan hasil
kesepakatan penelaahan
dalam suatu Berita Acara.
2 Pengembalian dana penghematan, pemberian
dana reward dan APBN-P yang keluar pada akhir
tahun. Untuk mempercept Antara lain untuk:
- Dana APBN-P dan pengembalian dana pelaksanaan dilakukan Rehab sekolah,
efisiensi yang keluar pada bulan November persiapan setelah Unit Sekolah Baru,
menyebabkan berkurangnya penyerapan penelaahan sehingga Block grant, dan
karena sulitnya pelaksanaan kegiatan. pada saat DIPA turun peralatan sekolah.
- Di samping itu dengan efisiensi langsung dapat
mengakibatkan rencana kegiatan yang telah dikerjakan.
disusun tidak tercapai dan tidak efektif. Diusulkan DIPA turun
paling tidak pada Triwulan
III.
3 Organisasi
Restrukturisasi organisasi dari 7 Eselon I menjadi Untuk penambahan eselon I
9 Eselon I menyebabkan DIPA terlambat sampai terkait dengan kebudayaan,
Bulan Maret. Di samping itu, dengan sedang dilakukan
bertambahnya kebudayaan ke dalam struktur perumusan yang tepat
organisasi Kemndiknas maka akan bertambah mengenai jumlah eselon I
lagi jumlah Eselon I nya. yang perlu ditambah.
Kemendikbud mengusulkan
1 Eselon I sedang
Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
mengusulkan 2 Eselon I
untuk menangani
kebudayaan.
Sulitnya mencari pejabat pengadaan Akan meningkatkan jumlah
Hal ini disebabkan kurangnya minat menjadi pegawai yang memiliki
pejabat pengadaan dan terbatasnya pegawai sertifikat dan
yang mempunyai sertifikat untuk pengadaan. mengikutsertakan dalam
pelatihan untuk yang baru.
4 Lambatnya pengumpulan data
Kurangnya komitmen dalam penyampaian Pengembangan sistem
data. berbasis web yang murah.
Banyaknya instrumen yang ada. Simplifikasi instrumen
Terbatasnya sarana dan prasarana untuk yang ada.
menyampaikan laporan.
35
Lampiran V. Hasil Kunjungan ke SKPD
36
2. Dinas Kesehatan, Provinsi Kalimantan Barat
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut Kegiatan dan lokasi
Alokasi dana dekonsentrasi sebesar Rp.38.516,9 juta dengan realisasi anggaran sebesar
Rp.29.762,9 juta atau 78,4%
1 Pengembalian dana penghematan, pemberian
dana reward dan APBN P yang keluar pada akhir Sebaiknya DIPA APBN P Kegiatan Dana
tahun. diturunkan pada bulan Juni Dekonsentrasi
- DIPA APBN P selesai pada bulan September
2 Organisasi
Mutasi pegawai yang menguasai administrasi SDM yang memiliki Kegiatan Dana
kegiatan sertifikasi pengadaan Dekonsentrasi
barang dan jasa
didistribusikan merata
diseluruh dinas
Surat Keputusan SKPD disahkan bulan Juni Penetapan SK SKPD pada Kegiatan Dana
awal tahun anggaran Dekonsentrasi
Perencanaan lebih berpola top down, sehingga Koordinasi yang baik antara Bantuan Bagi
banyak kegiatan yang tidak diketahui dinas pemerintah pusat dan Rumah Sakit Daerah
daerah
Jumlah SDM yang memenuhi persayaratan Perlu dibentuk unit teknis Kegiatan Dana
sertifikasi terbatas yang melaksanakan Dekonsentrasi
kegiatan dan pelaksanaan
lelang
37
3. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Provinsi Kalimantan Barat
No Permasalahan Solusi/Tindak Lanjut Kegiatan dan lokasi
Alokasi dana Dekonsentrasi dan Perbantuan sebesar Rp.25.177,5 juta dengan realisasi
anggaran sebesar Rp.11.973,0 juta atau 47,6 %.
1 Pemblokiran Anggaran
- TOR Payung Hukum Kegiatan dari Pusat Pusat agar membuat TOR Penyelamatan
Belum Siap Payung sehingga tidak ada Sapi/Kerbau Betina
kegiatan yang dibintang Produktif
dan daerah tidak terkendala
dalam merealisasikan
kegiatan
2 Lelang
- Petunjuk pelaksanaan dari pusat turun Pedum dan juklak agar Penyelamatan
pertengahan tahun disampaikan pada awal Sapi/Kerbau Betina
tahun Produktif
- Pelaksanaan Bansos sesuai dengan Perpres 54 Pencairan kegiatan ke Penyelamatan
pencairannya harus dengan pola 40, 30, 30 masyarakat dapat Sapi/Kerbau Betina
dilaksanakan sekaligus Produktif
3 Organisasi
Perencanaan lebih berpola top down Pusat memperhatikan hasil Penyelamatan
musrenbangnas Sapi/Kerbau Betina
Produktif
Jumlah tenaga SDM teknis peternakan minim Penambahan SDM Teknis Penyelamatan
dan pembakuan Sapi/Kerbau Betina
kelembagaan di daerah Produktif
4 Lambatnya pengumpulan data
- Usulan calon lokasi dan penerima bantuan dari Usulan agar disampaikan 1- Penyelamatan
daerah (kab/kota) terlambat 2 tahun sebelumnya Sapi/Kerbau Betina
Produktif
38