Anda di halaman 1dari 2

MPK ‘Aisyiyah Mengkaji Isu Donor ASI Untuk Mendorong

Fatwa

Aisyiyah.or.id— Sabtu (18/5), Majelis Pembinaan Kader (MPK) PP ‘Aisyiyah mengadakan


kajian fenomena donor ASI berikut penyimpanan dan pemberian ASI melalui bank ASI yang saat
ini berkembang pesat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Bekerjasama
dengan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kajian
yang diadakan di Fakultas Kedokteran ini ditujukan untuk menggali pengalaman para peserta
dalam rangka mengumpulkan referensi untuk melahirkan fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah
mengenai donor ASI dengan berbagai variannya.

Seperti yang disampaikan ketua MPK, Evi Sofia dalam sambutannya, fenomena donor ASI dengan
sistem penyimpanan di Bank ASI kini berkembang pesat. Evi menambahkan, realitas tersebut
menimbulkan berbagai konsekuensi masalah yang sangat kompleks, misalnya kejelasan identitas
penerima, jaminan kehalalan ASI dan kualitasnya, kehalalan akad jual beli, penentuan sifat jual
beli dalam hal jasa penyusuan atau barangnya (ASI), penegasan kembali pengertian menyusu,
apakah menyusu dari ibu secara langsung atau sekedar air susunya, relasi antara ibu yang menyusu
dengan anak yang diberi ASI donor baik secara hukum, psikologis, maupun sosiologis. Berdasar
latar belakang tersebut, kajian sangat penting dalam mengatur sistem donor dalam bentuk fatwa.
Menurut Ekawaty, salah satu narasumber dari kalangan medis menyatakan, sistem donor ASI tidak
bisa dilakukan sembarangan dan sudah diatur dalam undang-undang no 33 tahun 2012 yang
menjamin keamanan, kebersihan, penyimpanan, cara pemberian, dan memerah ASI. Ekawaty
menambahkan setiap pendonor wajib melewati beberapa tahapan sebelum mendonorkan ASI
miliknya dengan dua kali sistem skrining. Skrining lisan dan medis dalam bentuk pemeriksaan
lengkap untuk memastikan kondisi ASI. “Pernah ada seorang perempuan yang anaknya
meninggal, kemudian dia mau menyumbangkan ASInya. Kami tetap menyambut baik, tapi tidak
kami salurkan karna kondisi ASInya tidak sehat” ujar Ekawaty mencontohkan salah satu kasus
yang pernah ditanganinya.

Tidak jauh berbeda dengan Ekawaty, Ruslan Fariadi dari Majelis Tarjih Muhammadiyah
menyampaikan donor ASI tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada beberapa kategori penerima
Donor ASI diantaranya adalah Bayi yang ibunya meninggal, bayi yang lahir dengan kelainan
pencernaan, bayi dengan ibu penderita kanker payudara, dan ibu yang terjangkit HIV. Keberadaan
donor ASI menurut Rusaln masuk dalam koridor mu’amalah yang hukum dasaranya mubah
(boleh). Kendati demikian, Ruslan tetap menegaskan harus adanya kejelasan akad dalam sistem
donor ASI untuk menjamin ASI yang didonorkan terbebas dari penyakit yang membahayakan bagi
bayi seperti adanya kandungan najis dan kandungan lainnya yang berkaitan dengan syari’at Islam.
[Mida Mardhiyyah]

Anda mungkin juga menyukai