ANDI FAUZIAH
517024
Andi Fauziah
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Aliran Filsafat Rekonstruksionisme ..................................... 5
B. Tujuan Aliran Filsafat Rekonstruksionisme dalam Pendidikan......... 9
C. Peran Pendidik dan Peserta Didik dalam Aliran Filsafat
Rekonstruksionisme ........................................................................... 10
D. Kurikulum dan Metode Pembelajaran Aliran Filsafat
Rekonstruksionisme ........................................................................... 14
E. Implikasi Aliran Filsafat Rekonstruksionisme dalam Pemecahan
Masalah Pendidikan ........................................................................... 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 23
B. Saran................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaan peserta didik secara
manusiawi agar peserta didik mempunyai rasa kemanusiaan. Secara umum, tujuan
pendidikan bergantung pada nilai-nilai kemanusiaan peserta didik yaitu proses
pembentukan kepribadian, sikap, perilaku, kemampuan, dan keterampilan.
Pendidikan memberikan dasar dalam proses perubahan sosial dalam
menghadapi berbagai masalah dan tantangan kehidupan, untuk itu kegiatan belajar
harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill
atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan
peserta didik (Furqon & Puspitasari, 2018:99). Sistem Pendidikan Nasional dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha
sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik dengan aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, akhlak mulia,
kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan, baik bagi dirinya, masyarakat,
maupun bangsa dan negara (Fadlillah, 2017:17).
Pendidikan sebagai suatu upaya terencana dan terstruktur dalam
membentuk manusia berpendidikan yang memiliki kepribadian baik. Hal ini
membutuhkan proses yang mengarahkan manusia pada titik optimal
kemampuannya, agar menjadi pribadi yang bulat dan utuh sebagai manusia
individual, sosial, serta menjadi hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepadanya.
Jadi, semua ini dapat dikatakan berhasil apabila tujuan pendidikan dapat dicapai
berdasarkan proses-proses yang terencana dengan baik. Menemukan makna dan
arah pendidikan adalah sebuah pencarian yang panjang, karena pendidikan
seirama dengan dinamika kehidupan dimana manusia itu hidup. Adanya rumusan
tentang konsep pendidikan itu dilatar belakangi oleh faktor yang mengitarinya
seperti nilai-nilai teologis, normatif, sosiologis, geografis, ekonomi, budaya dan
agama. Dasar pendidikan juga memuat nilai historis, yaitu perkembangan
pemikiran pendidikan dari waktu yang tidak terbatas, karenanya sangat banyak
paradigma pendidikan sebagai muatan pemikiran untuk merekonstruksinya.
Sehingga berbagai aliran dalam sistem pendidikan menjadi pertimbangan dalam
memberikan formulasi karena muatan kajiannya berdasarkan pertimbangan dan
kepentingan dalam pendidikan (Cahyani & Hadianto, 2018:121).
Pada era globalisasi saat ini, diharapkan adanya sistem pendidikan yang lebih
komprehensif dan representative dalam menyeimbangkan nilai dan sikap,
kecerdasan, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi.
Pelaksanaan suatu pendidikan harus selalu dinamis sesuai dengan dinamika
manusia itu sendiri maupun dalam lingkup masyarakatnya berbeda. Saat ini dalam
dunia pendidikan pelajaran harus adaptif dengan karakteristik konsep dan
peningkatan cara berpikir peserta didik sehingga menimbulkan pemahaman
konsep dan pengajaran antara peserta didik dengan guru yang mendorong
pada keterampilan untuk memecahkan dan menyelesaikan suatu masalah. Ajaran
dari hal-hal nyata untuk hal-hal yang abstrak, atau mudah sulit dan sederhana
sampai yang kompleks, meninjau materi yang terkenal sulit untuk di pahami
(Furqon & Puspitasari, 2018: 98).
Suatu pemikiran yang membawa pembaruan dalam pendidikan disebut aliran-
aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan ini sudah ada sejak manusia hidup,
karena setiap orang tua menginginkan pendidikan yang lebih baik untuk anaknya.
Konsep pendidikan sangat dipengaruhi oleh adanya aliran filsafat (Hafid,
2015:166). Filsafat pendidikan terdapat berbagai aliran, salah satunya yaitu aliran
rekonstruksionisme. Pembinaan spiritual dan intelektual melalui aliran filsafat
rekonstruksionisme dapat membina manusia melalui pendidikan yang tepat sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku untuk generasi penerus bangsa sebagai
pembentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia. Proses pendidikan yang
dikembangkan haruslah proses pendidikan yang menonjolkan ide spiritual dan
intelektual sehingga masyarakat bisa mendukung sikap saling menghargai
suatu perbedaan di tengah masyarakat. Aliran rekonstruksionisme mengarahkan
sekolah atau lembaga pendidikan harus merancang, merencanakan, dan
mengontrol seluruh elemen sekolah yang dapat mendukung proses pendidikan
yang baik dan terarah (Rahmayana, 2015:5).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan rekonstruksionisme?
2. Apakah tujuan pendidikan rekonstruksionisme?
3. Bagaimanakah peran pendidik dan peserta didik dalam pendidikan
rekonstruksionisme?
4. Bagaimanakah kurikulum dan metode pembelajaran pendidikan
rekonstruksionisme?
5. Bagaimanakah implikasi pendidikan rekonstruksionisme terhadap
pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah adapun tujuan penulisan dalam makalah ini
yaitu untuk mengetahui:
1. Hakikat pendidikan rekonstruksionisme;
2. Tujuan pendidikan rekonstruksionisme;
3. Peran pendidik dan peserta didik dalam pendidikan rekonstruksionisme;
4. Kurikulum dan metode pembelajaran pendidikan rekonstruksionisme;
5. Implikasi pendidikan rekonstruksionisme terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Pendidikan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan,
karena pendidikan itu akan memajukan budaya dan meningkatkan derajat
bangsa di mata masyarakat internasional. Pendidikan di indonesia selama ini
dapat dikatakan mengalami kegagalan karena pemahaman para pendidik
terhadap filsafat pendidikan kurang tepat. Sebagian pendidik yang mengajar
tanpa tahu arah dan tujuan sehingga seolah-olah mendidik hanyalah suatu
tugas yang harus diembannya dan sebagian lagi beranggapan bahwa
mendidik adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
hidup saja. Sehingga mereka tidak pernah berpikir pentingnya memahami
filsafat pendidikan. Kebanyakan para pendidik mendidik peserta didik tanpa
adanya perhatian terhadap siswa itu sendiri. Mereka hanya memandang pada
hasil akhir dari suatu proses pendidikan.
Pemahaman terhadap filsafat pendidikan yang salah (lebih halusnya:
pemahaman yang kurang tepat) dianggap mengakibatkan peradaban
manusia semakin tidak beradab. Pemahaman yang salah terhadap filsafat
pendidikan menjadikan bangsa ini kurang atau tidak berperasaan, kurang
dapat berpikir, dan berkelakuan yang kurang baik, karena secara filosofis.
Pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang perlu
dikembangkan untuk mewujudkan cita-cita dan pandangan hidup.
Rekonstruksionisme merupakan filsafat pendidikan kelanjutan dari aliran
progresivisme. Aliran ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum
progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah
masyarakat yang ada sekarang. Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan
suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi oleh golongan tertentu. Sila-sila
demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan
sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi,
mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta
keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturuanan,
nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Rekonstruksionisme menginginkan sebuah tatanan sosial yang
memiliki nilai-nilai dominan/mendunia, yang sama sekali baru. Aliran ini
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian. Aliran ini menginginkan sebuah
tatanan hidup baru secara kolektif. Sebagai imbas pendidikan sebagai tumpuan
utama untuk mengubah tatanan hidup baru. Sekolah mesti mampu menghadapi
dan memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Sehingga, pendidikan aliran ini dapat dikatakan pendidikan berbasis
masyarakat karena untuk menuju sebuah perubahan menurutnya tidak bisa
dilakukan sendiri melainkan secara bersama-sama masyarakat dunia melalui
pendidikan.
Adapun di dalam pendidikan masih sangat diperlukan untuk menata
ulang dan menyusun kembali strategi pengembangannya, agar eksistensinya
selalu bersifat aktual dalam merespon berbagai tantangan dunia pedidikan
sehingga bisa tercapai tujuan dari pendidikan yang diinginkan yaitu
membentuk manusia yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan seperti
pembentukan kepribadian, sikap, perilaku, kemampuan, dan keterampilan.
B. Saran
Berdasarkan pandangan rekonstruksionisme, pendidikan bisa dibangun
secara utuh termasuk kemampuan berbahasa dari pengalaman-pengalaman yang
diperolehnya. Saya sebagai penulis menyarankan kepada pihak lembaga
pendidikan dan guru agar bisa menciptakan situasi yang membuat siswa tidak
ragu untuk aktif dan mencari makna dari pengalamannya. Salah satunya dengan
menggunakan metode active learning yaitu metode yang mengaitkan materi
pelajaran baru dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya agar peserta didik dapat belajar secara aktif. Guru perlu menciptakan
strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar dari pengalamannya agar nantinya menjadi
generasi muda yang akan membangun masyarakat di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA