Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN DI

PUSKESMAS DAN MEMUAT KESELAMATAN DAN


KEAMANAN LABORATORIUM

PUSKESMAS RAWAT INAP WATES


DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2019
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATES
KECAMATAN BUMI RATU NUBAN
Jalan Raya Lintas Sumatra, Km. 45 Wates kode pos 34161
e-mail : pkm.wates@yahoo.com

PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN


A. PENDAHULUAN

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dalam pemberian


pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat. Bahwa dalam rangka mengoptimalisasikan dan
mengintegrasikan semua upaya kesehatan di Puskesmas agar pelayanan yang diberikan
bermutu dan komprehensif perlu adannya pedoman yang disusun sebagai Panduan
Keselamatan Pasien di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates.
Keselamatan pasien di Puskesmas adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengurangan resiko terjadinya kecelakaan kerja yang
terjadi pada pasien di Puskesmas Rami. Melakukan identifikasi dan penanganan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, sistem pencatatan dan pelaporan dan analisis insiden,
sehingga memberikan pembelajaran bagi petugas dalam penanganan insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang
dapat mengancam nyawa pasien.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dankemampuan hidup sehat;
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutuhidup dalam lingkungan sehat; dan
3. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,kelompok dan masyarakat.

B. TUJUAN

Panduan ini dibuat dengan harapan dapat menjadi pedoman dalam program
keselamatan pasien di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates.
1. Tujuan Umum

Sebagai Pedoman kerja bagi semua petugas di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates
dalam upaya Keselamatan pasien di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai Pedoman dalam Program Keselamatan pasien di Puskesmas.
b. Meningkatkan Mutu Pelayanan.
c. Mencegah terjadinya kecelakaankerja bagi petugas,pasien maupun keluarga.

B. STANDART KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS MELIPUTI:


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukanevaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan Pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang


rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden, sehingga dokter
sebagai penanggungjawab layanan klinis wajib membuat rencana layanan klinik bagi pasien
rawat jalan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates dan dokter penanggungjawab pelayanan
wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden yang tidak diharapkan selama pasien di rawat di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Wates.
2. Mendidik Pasien

Petugas Pelayanan klinis harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan dalam pemberian pelayanan
dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses
pelayanan, oleh sebab itu di Puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien
dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan


a. UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates menjamin keselamatan pasien dalam
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates. Oleh sebab itu harus koordinasi
pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan termasuk
pemeriksaan laboratorium, diagnosis, perencanaan pelayanan,tindakan pengobatan,
rujukan dan saat pasien keluar dari UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan,sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan, termasuk pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, amandan efektif.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien:
a. UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates harus mendesain proses baru atau memperbaiki
proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkankinerja serta keselamatan pasien.
b. Puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain)yang baik, mengacu pada visi,
misi, dan tujuan UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan kegiatan Keselamatan pasien di Puskesmas.
c. Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan :
pelaporan insiden, manajemen risiko, mutu pelayanan, keuangan. Dan harus melakukan
evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi
satu proses kasus risiko tinggi.
d. Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan,agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
a. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
b. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
c. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates serta meningkatkan
keselamatan pasien.
d. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates dan keselamatan pasien:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari UPTD
Puskesmas Rawat Inap Wates terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
“Kejadian Nyaris Cedera” dan kejadian pada saat program keselamatan pasien
mulai dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentinel’’ atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja UPTD Puskesmas Rawat
Inap Wates dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
6. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
a. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
b. Puskesmas menyelenggarakan pertemuan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaborasi
dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
a. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b. Menyiapkan dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

D. SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di UPTD Puskesmas


Rawat Inap Wates, Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates sasaran keselamatan pasien
meliputi:
1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Puskesmas wajib mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan


ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada
pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar
tempat tidur/kamar atau, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran
ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien
sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien
ketika pemberian obat pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir, lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan
untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas
berbeda di lokasi yang berbeda di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates, seperti di pelayanan
rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang Rawat inap termasuk identifikasi pada pasien
koma tanpa identitas.
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Penilaian Sasaran I:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk Pemeriksaan
laboratorium klinis.
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yangkonsisten pada
semua situasi dan lokasi.

2. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif

Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar


para pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan Sasaran II:
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit
pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat denagan lengkap dan jelas dalam rekam
medik pasien (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan
oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back)
perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila
tidak sepertisituasi gawat darurat di UGD atau kamar Bersalin.
Penilaian Sasaran II
a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
b. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon secara konsisten.
3. Program Keselamatan / Keamanan Laboratorium
Laboratorium merupakan bagian unit kegiatan dari Puskesmas Laboratorium Puskesmas adalah
sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat. Keselamatan Kerja di Laboratorium merupakan kunci dalam
mengurangi bahkan menghilangkan cedera dan penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Banyak eksposur/paparan di laboratorium yang membahayakan kesehatan dan mungkin tidak
pernah terpikirkan sebelumya. Adalah sangat penting bagi staf laboratorium mendapatkan
pengetahuan dan pelatihan yang sesuai untuk menyadari dan mengetahui seluruh potensi
bahaya yang dapat mengancam kesehatan bahkan nyawa mereka.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum : untuk mengurangi bahkan menghilangkan cedera dan penyakit yang
diakibatkan oleh pekerjaan.di Laboratorium.
2. Tujuan Khusus :
a. Agar petugas Laboratorium memahami program K3 khususnya program K3 Laboratorium
b. Agar petugas Laboratorium mampu mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat
mengancam kesehatan khususnya selama bekerja di Laboratorium
c. untuk pencegahan infeksi petugas laboratorium dari bahaya pekerjaan yang ada di
laboratorium
B. Sasaran
1. Pelaksana Laboratorium
2. Petugas Puskesmas Lainnya
3. Pasien / keluarga pasien / pengunjung Laboratorium
C. Identifikasi Resiko
Ancaman bahaya yang mengakibatkan resiko gangguan kesehatan dan keselamatan bagi
petugas laboratorium, antara lain :
1. Bahan Kimia : beracun, mudah terbakar, mudah meledak, karsinogenik, korosif, iritan dll
2. Biologik : mikroorganisme virus, bakteri, parasit dll.
3. Fisik : Penerangan yang kurang, panas, getaran/vibrasi, radiasi, tersandung, terpeleset,
sengatan listrik dll.
4. Psikososial : stress, beban kerja berlebihan, tekanan waktu
D. Penanganan Resiko
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat Umum :
a. Setiap petugas diwajibkan memakai jas laboratorium, sarung tangan, dan masker di ruangan
laboratorium.
b. Tidak diperbolehkan makan dan minum serta merokok di dalam ruang laboratorium
c. Tidak boleh menyimpan makanan dan minuman di dalam lemari es bersama reagen
d. Dan anggap semua spesimen mengandung bahan infeksius
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat khusus :
a. Yang berkaitan dengan mikroorganisme :
1) Jangan memipet dengan mulut, gunakan alat bantu pipet
2) Jangan meniup pipet yang berisi bahan infeksius
3) Jangan menuangkan cairan yang telah terkontaminasi langsung ke dalam pipa saluran.
b. Yang berkaitan dengan bahan kimia:
1) Beri label pada semua bahan kimia meliputi nama, konsentrasi, tanggal penerimaan,
tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa, keterangan/peringatan tentang bahaya bahan
2) Bahan kimia di simpan pada ruang yang terang tidak terkena sinar matahari langsung,
dalam lemari/rak secara rapi dan teratur, yang bersifat korosif harus diletakkan di
tempat rendah
3) Pembuangan bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah menguap dikumpulkan
dalam kaleng yang aman dan jangan dibuang ke dalam pipa saluran umum
c. Yang berkaitan dengan peralatan listrik
1) Jangan menggunakan cairan atau gas yang mudah terbakar di sekitar peralatan listrik
2) Peralatan listrik harus dirawat dan dipelihara
d. Yang berkaitan dengan limbah
1) Pengumpulan dan pembuangan limbah infeksius (sisa sampel dan barang/alat bekas
pakai) dan tidak infeksius (cair dan padat) sesuai ketentuan yang berlaku
2) Lakukan desinfektan sisa sampel, tampung dalam wadah berisi larutan klorin, diamkan
minimal 1 jam, buang ke saluran pembuangan
3) Naturalisasi sisa reagen dengan pengenceran yaitu penambahan air sampai netral
(tidak bersifat asam/basa kuat)
4) Rendam alat habis pakai selama minimal 10 menit dengan larutan desinfektan, cuci
bersih dengan air sabun, keringkan
e. Yang berkaitan dengan ruang laboratorium
1) Bila ruangan laboratorium menggunakan AC, maka bak pencuci harus terpisah atau
mempunyai penyedot udara, terutama untuk ruangan laboratorium mikrobiologi
dengan menggunakan bahan mudah menguap.
2) Ruangan laboratorium tidak diperkenankan menggunakan kipas angin
f. Pencatatan dan Pelaporan
1. Jika terjadi kecelakaan kerja selama bekerja di Laboratorium, maka dilakukan pencatatan
pada register khusus dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
2. Petugas Laboratorium yang melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, maka hasil
pemeriksaan dicatat di register Laboratorium.

E. PENUTUP

Tujuh langkah keselamatan pasien UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates merupakan
panduan yangkomprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkahtersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap orang yang bekerja di UPTD Puskesmas
Rawat Inap Wates.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dantidak harus serentak.
Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan palingmudah dilaksanakan di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Wates. Bila langkah-langkah ini berhasilmaka kembangkan langkah-
langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuhlangkah ini telah dilaksanakan dengan baik UPTD
Puskesmas Rawat Inap Wates dapat menambahpenggunaan metoda-metoda lainnya sesuai
Tenaga dan sarana Prasarana yang tersedia.
Demikian pedoman Keselamatan pasien di UPTD Puskesmas Rawat Inap Wates ini di
buat untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan kepada Pasien.
Wates,
Kepala UPTD Puskesmas Wates

dr. IRFAN
NIP : 197212252002121003

Anda mungkin juga menyukai