Anda di halaman 1dari 12

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Sendana 1 Kab.


Majene tahun 2019. Dari tanggal 18 Juni sampai dengan 28 Juni 2019. Dari 101
sampel yang terkumpul semuanya memenuhi kriteria inklusi sehingga subyek
penelitian yang dipakai sejumlah 101 orang. Berikut hasil penelitian yang
disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner
untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping
Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Sendana 1. Penarikan sampel dengan
cara Purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data yang terdiri dari proses
editing, koding, skoring, dan tabulasi dengan menggunakan program SPSS
dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka
berikut ini akan menyajikan analisis data univariat terhadap setiap variabel untuk
melihat distribusi dan persentase, analisa bivariat untuk melihat hubungan dari
variabel independen dan dependen yang diuji.

B. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Puskesmas Sedana I
Kabupaten Majene
Umur n %
60-74Tahun 90 89,1%
75-90 tahun 9 8,9%
>90 Tahun 2 2,0%
Total 101 100,0
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden


berdasarkan kelompok umur. Menunjukkan Kelompok umur responden

43
yang banyak yaitu kelompok umur 60-74 tahun dengan jumlah 90
responden (89,1%) dan paling sedikit adalah kelompok umur >90 tahun
dengan jumlah responden 2 (2,0%).
b. Jenis kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Puskesmas Sendana I
Kabupaten Majene
Umur n %
Laki-laki 21 20,8%
Perempuan 80 79,2%
Total 101 100,0
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan karakteristik responden


berdasarkan kelompok jenis kelamin. Menunjukkan Kelompok jenis
kelamin responden yang banyak yaitu jenis kelamin perempuan dengan
jumlah 80 responden (79,2%) dan paling sedikit adalah laki-laki dengan
jumlah responden 21 (20,8%).

c. Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Sendana I
Kabupaten Majene
Pendidikan n %
Tidak sekolah 28 27,7%
SD 52 51,5 %
SMP 15 14,9%
Tamat sarjana 6 5,9%

Total 101 100,0


Sumber : Data Primer 2019

Tabel 5.3 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan


pendidikan. Berdasarkan pendidikan responden yang paling banyak yaitu
SD dengan jumlah 52 responden (51,5%) dan paling sedikit yaitu Tamat
sarjana dengan jumlah responden 6 (5,9%).

44
d. Pekerjaan
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Puskesmas Sendana I
Kabupaten Majene

Pekerjaan Responden Frekuensi %

URT 71 70,3%
Petani 9 8,9%
Berkebun 8 7,9%
Nelayan 2 2,0%
Pensiunan 6 5,9%
Penjahit 1 1,0
Wiraswasta 4 4,0%
Total 149 100
Sumber : Data Primer 2019

Tabel 5.4 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis


pekerjaan. Berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak yaitu
URT denga jumlah 71 Responden (70,3%) dan yang paling sedikit yaitu
Penjahit yaitu 1 (1,0%).
1. Variabel Independen

a. Dukungan Responden

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan keluarga Responden
Puskesmas Sendana 1 Kabuputen Majene
Pengetahuan Frekuensi %

Kurang 5 5,0

Cukup 96 95,0

Total 101 100.0

Sumber : Data Primer, 2019 Sendana I

Pada tabel 5.5 diperoleh hasil dukungan keluarga responden. Dapat


diketahui dari 101 responden yang dukungan keluarga cukup sebanyak 5
orang (5,0%) sedangkan jumlah kriteria dukungan keluarga cukup yakni
96 orang responden (95,0 %).

45
2. Variabel Dependen
a. Mekanisme Koping

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Mekanisme Koping Puskesmas
Sendana I Kabupaten Majene
Mekanisme Koping Frekuensi %

Maladaptif 5 5,0

Adaptif 96 95,0

Total 101 100.0

Sumber : Data Primer, 2019 lingkungan Sendana I


Pada tabel 5.4 diperoleh hasil mekanisme koping responden. Dapat
diketahui dari 101 responden yang maladaptif sebanyak 5 orang (5,0%)
dengan kriteria adaptif yakni 96 orang responden (95,0%).

C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping Lansia
Tabel 5.6
Analisa Hubungan Dukungan keluarga dengan mekanisme koping Puskesmas
Sendana I Kabupaten Majene 2019

Dukungan Mekanisme Koping


Total Ρ
keluarga Maladaptif % Adaptif % N Value

Kurang 4 4% 1 1% 5 5%

Cukup 1 1% 95 94% 96 95% 0.000

Total 5 5% 96 95% 101 100.0%

Sumber : Data Primer, 2019 lingkungan Sendana I

Tabel 5.6 menunjukkan hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme


koping lansia . Terlihat pada tabel bahwa dari 101 responden terdapat 5 (5%)
responden yang dukungan keluarga kurang dan kriteria dukungan keluarga
cukup sebanyak 96 (95%). Sedangkan pada responden dengan dukungan
keluarga cukup yang berada pada kirteria maladaptif sebanyak 1 responden
(1%) sedangkan dukungan keluarga cukup dengan kategori tidak adaptif

46
sebanyak 95 responden (94%) Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square
diperlihatkan nilai p : 0,000 ( p < 0.05), hal ini membuktikan bahwa terdapat
hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping Lansia
Penderita Hipertensi Di Puskesmas Sendana 1.

D. Pembahasan

1. Mengidentifikasi karakteristik pada responden.


a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur responden yang banyak yaitu kelompok umur 60-74 tahun
dengan jumlah 90 responden (89,1%) dan paling sedikit adalah kelompok
umur >90 tahun dengan jumlah responden 2 (2,0%).
Menurut Hurlock (2013) semakin tinggi umur maka tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang lebih dipercaya. Semakin tua umur
seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi. Pengalaman dan kematangan jiwa seseorang
disebabkan semakin cukupnya umur dan kedewasaan dalam berpikir
termasuk dalam memberikan koping.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Data menunjukkan karakteristik responden berdasarkan kelompok
jenis kelamin. Menunjukkan Kelompok jenis kelamin responden yang
banyak yaitu jenis kelamin perempuan dengan jumlah 80 responden
(79,2%) dan paling sedikit adalah laki-laki dengan jumlah responden 21
(20,8%).
Mekaniskme koping seseorang tergantung bagaimana dia mengatasi
stress dan penanggulangannya. Ada perbedaan respon antara laki-laki dan
perempuan saat menghadapi konflik. Otak perempuan memiliki
kewaspadaan yang negatif terhadap adanya konflik dan stress. Pada
perempuan konflik memicu hormon negatif sehingga memunculkan
stress, gelisah dan rasa takut. Sedangkan laki-laki umumnya menikmati
adanya konflik dan persaingan bahkan menganggap bahwa konflik
dapat memberikan dorongan yang positif. Dengan kata lain, ketika

47
perempuan mendapat tekanan, maka umumnya akan lebih mudah
mengalami stress atau mekanisme kopingnya cenderung maladaptif
(Brizendine, 2007).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan pendidikan responden yang paling banyak yaitu SD
dengan jumlah 52 responden (51,5%) dan paling sedikit yaitu kuliah
dengan jumlah responden 6 (5,9%).
Menurut Notoatmodjo (2007), disebut- kan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terdapat 5 faktor. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: pendidikan merupakan upaya
untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan. Pengalaman
adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Orang yang
memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan
yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting
bagi pengetahuan adalah media masa. Lingkungan budaya misalnya hal ini
faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil.
Menurut Siswanto (2007) tingkat pendidikan mempengaruhi
seseorang mudah terkena stres atau tidak. Makin tinggi tingkat
pendidikan lansia makin mudah menerima informasi, sehinga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki yang pada akhirnya dapat
memberikan koping adaptif. Menurut penelitian Kumar (2008)
orang tua dengan status pendidikan yang tinggi memiliki stres psikologi
rendah dan nilai strategi koping yang tinggi. lansia yang
berpendidikan juga dapat menyediakan perawatan yang tepat dan tepat
waktu untuk berbagai masalah.

48
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Data menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis
pekerjaan. Berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak yaitu
URT denga jumlah 71 Responden (70,3%) dan yang paling sedikit yaitu
Penjahit yaitu 1 (1,0%).
Beban kerja lansia dengan status ibu rumah tangga member makan anak
membersihkan rumah dan mencari nafkah merupakan sumber stressor yang
mengharuskan lansia untuk bisa melakukan mekanisme koping secara
adaptif.

2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping Lansia


Hasil penelitian menunjukkan hubungan dukungan keluarga dengan
mekanisme koping lansia. Terlihat pada tabel bahwa dari 101 responden
terdapat 5 (5%) responden yang dukungan keluarga kurang dan kriteria
dukungan keluarga cukup sebanyak 96 (95%). Sedangkan pada responden
dengan dukungan keluarga cukup yang berada pada kirteria maladaptif
sebanyak 1 responden (1%) sedangkan dukungan keluarga cukup dengan
kategori tidak adaptif sebanyak 95 responden (94%) Berdasarkan hasil uji
statistik Chi Square diperlihatkan nilai p : 0,000 ( p < 0.05). Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Andri hubungan Support keluarga dengan
Mekanisme koping didesa krigen dengan P : 0,00.
Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia masih
mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong atau
penopang kehidupannya. Namun dalam kenyataanya ada sebagian lansia yang
mampu memahami dan memanfaatkan dukungan sosial dengan optimal dan ada
pula lansia yang kurang mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang
lain, sehingga meskipun ia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja
menunjukkan adanya ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan perilaku yang
maladaptif seperti, kecewa, kesal dan perilaku menyimpang lainnya (Kuntjoro,
2002).

49
Keluarga tidak menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi
lansia dan diajak bicara tentang masalah kesehatan dan keluarga tidak
percaya dengan kemampuan lansia dalam menjaga kesehatan menyebabkan
perilaku lansia dalam menghadapi masalah dengan emosional seperti
membentak-bentak orang lain, mencaci maki orang lain ataupun memukul
atau melempar dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Hal tersebut
dimungkinkan karena faktor emosional yang tinggi dari lansia. Faktor
emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan
keluarga dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stres
dalam perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda
sakit, mungkin dilakukan dengan cara menghawatirkan bahwa penyakit
tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum
terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil
selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping
secara emosional terhadap ancaman penyakit, mungkin ia menyangkal
adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan
(Purnawan, 2008).
Responden yang mendapat dukungan keluarga yang cukup baik
memberi nasehat jika sedang sakit serta menyarankan ke dokter hanya ketika
sakit. Keluarga juga memberikan bimbingan dalam menjaga kesehatan dan
peduli dalam berbagai keadaan serta memperhatikan semua kebutuhan hingga
merasa berharga sehingga dalam menghadapi masalah lansia khususnya yang
berkaitan dengan kesehatan mereka akan menggunakan relaksasi untuk
mengatasi sakit, latihan seimbang untuk menjaga kesehatan atau
penatalaksanaan non farmakologis lainnya. Ketika menghadapi masalah
psikologis seperti cemas atau stress tidak melampiaskan dengan makan
berlebihan ketika cemas, stres, menghindari orang lain saat marah ataupun
merusak barang di sekitar. Hal tersebut dimungkinkan karena didukung oleh
faktor usia mereka yang sudah tua
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan atau mungkin tidak makan sama sekali,

50
bekerja berlebihan, menghindar. Mekanisme koping dapat adaptif dan mal
adaptif tergantung faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari
individu tersebut, misalnya tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dan
tipe kepribadian. Faktor eksternal berasal dari stresor yang dapat dilihat dari
jumlah, sifat dan lamanya. Faktor eksternal yang lain berupa dukungan orang
terdekat (Stuart & Sundeen, 2007).
Koping yang efektif menempati tempat yang sentral terhadap daya
tahan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan
suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial dan spiritual.
Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan, tetapi justru
penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Nursalam dan Kurniawati,
2007).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon
terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2010). Stuart dan Sundeen (2007)
menjelaskan bahwa mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi dua yaitu mekanisme koping adaptif dan mal adaptif. Mekanisme
koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara
dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi,
latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang
menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi
dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan
atau mungkin tidak makan sama sekali, bekerja berlebihan, menghindar.
Mekanisme koping dapat adaptif dan mal adaptif tergantung faktor internal
dan eksternal. Faktor internal berasal dari individu tersebut, misalnya tahap
perkembangan, pengalaman masa lalu dan tipe kepribadian. Faktor eksternal
berasal dari stresor yang dapat dilihat dari jumlah, sifat dan lamanya. Faktor
eksternal yang lain berupa dukungan orang terdekat (Stuart & Sundeen,
2007).

51
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti,
diantaranya yaitu:
1. Jumlah sampel penelitian yang terlalu kecil sehingga hasil penelitian ini
tidak dapat digeneralisasikan
2. Banyak responden yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga peneliti
harus membacakan pertanyaan kuesioner kepada semua responden sehingga
dikhawatirkan dapat mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan

52
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian tentang
hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping lansia penderita
hipertensi dipuskesmas sendana 1 adalah sebagai berikut:
a. Intensitas Dukungan Keluarga di Sendana 1 di dapatkan kategori yang
paling menonjol adalah kategori dukungan cukup.
b. Karakteristik intensitas Makanisme Koping pada pasien lansia hipertensi
di Sedana 1 sebagian besar berada pada kategori adaptif.
c. Terdapat Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping
Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Sendana 1.
B. Saran
a. Bagi Responden
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh
Petugas kesehatan dan masyarakat lainnya untuk meningkatkan dukungan
keluarga sehingga mekanisme koping dapat terkontrol dengan baik.
b. Bagi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk
memperkaya daftar pustaka serta meningkatkan wawasan bagi mahasiswa
serta pembaca pada umumnya.
c. Bagi profesi
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan dasar
untuk peneliti selanjutnya agar meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan mekanisme koping.
d. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan pelayanan terhadap lansia hipertensi
secara maksimal. Bukan hanya dengan pengobatan tapi juga melalui
pendekatan dukungan untuk meningkatkan mekanisme koping pasien
hipertensi.

53
54

Anda mungkin juga menyukai