A. Hasil Penelitian
B. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Puskesmas Sedana I
Kabupaten Majene
Umur n %
60-74Tahun 90 89,1%
75-90 tahun 9 8,9%
>90 Tahun 2 2,0%
Total 101 100,0
Sumber : Data Primer 2019
43
yang banyak yaitu kelompok umur 60-74 tahun dengan jumlah 90
responden (89,1%) dan paling sedikit adalah kelompok umur >90 tahun
dengan jumlah responden 2 (2,0%).
b. Jenis kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Puskesmas Sendana I
Kabupaten Majene
Umur n %
Laki-laki 21 20,8%
Perempuan 80 79,2%
Total 101 100,0
Sumber : Data Primer 2019
c. Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Sendana I
Kabupaten Majene
Pendidikan n %
Tidak sekolah 28 27,7%
SD 52 51,5 %
SMP 15 14,9%
Tamat sarjana 6 5,9%
44
d. Pekerjaan
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Puskesmas Sendana I
Kabupaten Majene
URT 71 70,3%
Petani 9 8,9%
Berkebun 8 7,9%
Nelayan 2 2,0%
Pensiunan 6 5,9%
Penjahit 1 1,0
Wiraswasta 4 4,0%
Total 149 100
Sumber : Data Primer 2019
a. Dukungan Responden
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan keluarga Responden
Puskesmas Sendana 1 Kabuputen Majene
Pengetahuan Frekuensi %
Kurang 5 5,0
Cukup 96 95,0
45
2. Variabel Dependen
a. Mekanisme Koping
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Mekanisme Koping Puskesmas
Sendana I Kabupaten Majene
Mekanisme Koping Frekuensi %
Maladaptif 5 5,0
Adaptif 96 95,0
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping Lansia
Tabel 5.6
Analisa Hubungan Dukungan keluarga dengan mekanisme koping Puskesmas
Sendana I Kabupaten Majene 2019
Kurang 4 4% 1 1% 5 5%
46
sebanyak 95 responden (94%) Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square
diperlihatkan nilai p : 0,000 ( p < 0.05), hal ini membuktikan bahwa terdapat
hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping Lansia
Penderita Hipertensi Di Puskesmas Sendana 1.
D. Pembahasan
47
perempuan mendapat tekanan, maka umumnya akan lebih mudah
mengalami stress atau mekanisme kopingnya cenderung maladaptif
(Brizendine, 2007).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan pendidikan responden yang paling banyak yaitu SD
dengan jumlah 52 responden (51,5%) dan paling sedikit yaitu kuliah
dengan jumlah responden 6 (5,9%).
Menurut Notoatmodjo (2007), disebut- kan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terdapat 5 faktor. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: pendidikan merupakan upaya
untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan. Pengalaman
adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Orang yang
memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan
yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting
bagi pengetahuan adalah media masa. Lingkungan budaya misalnya hal ini
faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil.
Menurut Siswanto (2007) tingkat pendidikan mempengaruhi
seseorang mudah terkena stres atau tidak. Makin tinggi tingkat
pendidikan lansia makin mudah menerima informasi, sehinga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki yang pada akhirnya dapat
memberikan koping adaptif. Menurut penelitian Kumar (2008)
orang tua dengan status pendidikan yang tinggi memiliki stres psikologi
rendah dan nilai strategi koping yang tinggi. lansia yang
berpendidikan juga dapat menyediakan perawatan yang tepat dan tepat
waktu untuk berbagai masalah.
48
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Data menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis
pekerjaan. Berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak yaitu
URT denga jumlah 71 Responden (70,3%) dan yang paling sedikit yaitu
Penjahit yaitu 1 (1,0%).
Beban kerja lansia dengan status ibu rumah tangga member makan anak
membersihkan rumah dan mencari nafkah merupakan sumber stressor yang
mengharuskan lansia untuk bisa melakukan mekanisme koping secara
adaptif.
49
Keluarga tidak menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi
lansia dan diajak bicara tentang masalah kesehatan dan keluarga tidak
percaya dengan kemampuan lansia dalam menjaga kesehatan menyebabkan
perilaku lansia dalam menghadapi masalah dengan emosional seperti
membentak-bentak orang lain, mencaci maki orang lain ataupun memukul
atau melempar dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Hal tersebut
dimungkinkan karena faktor emosional yang tinggi dari lansia. Faktor
emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan
keluarga dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stres
dalam perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda
sakit, mungkin dilakukan dengan cara menghawatirkan bahwa penyakit
tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum
terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil
selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping
secara emosional terhadap ancaman penyakit, mungkin ia menyangkal
adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan
(Purnawan, 2008).
Responden yang mendapat dukungan keluarga yang cukup baik
memberi nasehat jika sedang sakit serta menyarankan ke dokter hanya ketika
sakit. Keluarga juga memberikan bimbingan dalam menjaga kesehatan dan
peduli dalam berbagai keadaan serta memperhatikan semua kebutuhan hingga
merasa berharga sehingga dalam menghadapi masalah lansia khususnya yang
berkaitan dengan kesehatan mereka akan menggunakan relaksasi untuk
mengatasi sakit, latihan seimbang untuk menjaga kesehatan atau
penatalaksanaan non farmakologis lainnya. Ketika menghadapi masalah
psikologis seperti cemas atau stress tidak melampiaskan dengan makan
berlebihan ketika cemas, stres, menghindari orang lain saat marah ataupun
merusak barang di sekitar. Hal tersebut dimungkinkan karena didukung oleh
faktor usia mereka yang sudah tua
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan atau mungkin tidak makan sama sekali,
50
bekerja berlebihan, menghindar. Mekanisme koping dapat adaptif dan mal
adaptif tergantung faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari
individu tersebut, misalnya tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dan
tipe kepribadian. Faktor eksternal berasal dari stresor yang dapat dilihat dari
jumlah, sifat dan lamanya. Faktor eksternal yang lain berupa dukungan orang
terdekat (Stuart & Sundeen, 2007).
Koping yang efektif menempati tempat yang sentral terhadap daya
tahan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan
suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial dan spiritual.
Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan, tetapi justru
penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Nursalam dan Kurniawati,
2007).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon
terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2010). Stuart dan Sundeen (2007)
menjelaskan bahwa mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi dua yaitu mekanisme koping adaptif dan mal adaptif. Mekanisme
koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara
dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi,
latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang
menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi
dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan
atau mungkin tidak makan sama sekali, bekerja berlebihan, menghindar.
Mekanisme koping dapat adaptif dan mal adaptif tergantung faktor internal
dan eksternal. Faktor internal berasal dari individu tersebut, misalnya tahap
perkembangan, pengalaman masa lalu dan tipe kepribadian. Faktor eksternal
berasal dari stresor yang dapat dilihat dari jumlah, sifat dan lamanya. Faktor
eksternal yang lain berupa dukungan orang terdekat (Stuart & Sundeen,
2007).
51
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti,
diantaranya yaitu:
1. Jumlah sampel penelitian yang terlalu kecil sehingga hasil penelitian ini
tidak dapat digeneralisasikan
2. Banyak responden yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga peneliti
harus membacakan pertanyaan kuesioner kepada semua responden sehingga
dikhawatirkan dapat mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan
52
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian tentang
hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping lansia penderita
hipertensi dipuskesmas sendana 1 adalah sebagai berikut:
a. Intensitas Dukungan Keluarga di Sendana 1 di dapatkan kategori yang
paling menonjol adalah kategori dukungan cukup.
b. Karakteristik intensitas Makanisme Koping pada pasien lansia hipertensi
di Sedana 1 sebagian besar berada pada kategori adaptif.
c. Terdapat Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping
Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Sendana 1.
B. Saran
a. Bagi Responden
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh
Petugas kesehatan dan masyarakat lainnya untuk meningkatkan dukungan
keluarga sehingga mekanisme koping dapat terkontrol dengan baik.
b. Bagi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk
memperkaya daftar pustaka serta meningkatkan wawasan bagi mahasiswa
serta pembaca pada umumnya.
c. Bagi profesi
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan dasar
untuk peneliti selanjutnya agar meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan mekanisme koping.
d. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan pelayanan terhadap lansia hipertensi
secara maksimal. Bukan hanya dengan pengobatan tapi juga melalui
pendekatan dukungan untuk meningkatkan mekanisme koping pasien
hipertensi.
53
54