A. FUNGSI KELUARGA
Keluarga merupakan perkumpulan dua orang atau lebih individu yang hidup bersama
dalam keterkaitan,emosional, dan setiap individu memiliki peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Fatimah,2010) menurut mibarak (2009) keluarga
adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan
perkawinan,hubungan darah atauoun adopsi,dan setiap anggota keluarga saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut UU No. 52 tahun
2009,mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya( (wirdana et
al,2012).
B. PERAN KELUARGA
Menurut Nye,1976 dalam (andormoyo,2012) peran menunjuk kepada beberapa set
perilaku yang kurang lebih bersifat homogen,yang didefinisikan dan diharapkan
secara normative dari seseorang akupan dalam situasi social tertentu. Peran
didasarkan pada preskipsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu
harus dilakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain meyangkut peran tersebut (andarmoyo,2012).
A. Fungsi Keluarga
Menurut Munandar (1985), pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti kata yang
sempit, sebagai keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang
terbentuk berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (ayah), isteri (ibu) dan anak-
anak mereka. Sedangkan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT,
keluarga komplek, atau keluarga Indonesia.
keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan
keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga
pendidikan tertinggiyang bersifat informal dan kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat
asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya.
Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu sistem sosial yang dapat membentuk
karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah tempat berkumpulnya
ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga sesungguhnya lebih dari itu. Keluarga merupakan
tempat ternyaman bagi anak. Berawal dari keluarga segala sesuatu berkembang. Kemampuan
untuk bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat, hingga perilaku yang
menyimpang. Selain sebagai tempat berlindung, keluarga juga memiliki fungsi sebagai
berikut:
Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-
anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya,
maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-
masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan
baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan
mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka
perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi
kesempurnaan kepribadian mereka.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan
pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya
keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi
hak pilih.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini
bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua
orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan
fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan
pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta
menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang
bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang
terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap
tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan
terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap
mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta
berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan
menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang
ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya
sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya
bermanfaat dan penting.
5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).
Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu
ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan
informasi tentang susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-
anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan
mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta
kehidupan manusia. Jika kedua orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang
baik dan cukup bagi anak-anaknya maka anak-anak akan mencari contoh lain;
baik atau baik dan hal ini akan menyiapkan sarana penyelewengan anak.
Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan
yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga
anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di
sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataran teoritis
maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka mengajarkan nilai-nilai
agama dan akhlak serta emosional kepada anak-anaknya, pertama
mereka sendiri harus mengamalkannya.
KELOMPOK 2
PERAN KELUARGA SEBAGAI AGEN SOSIALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Fungsi biologis
3.Fungsi Sosialisasi
4. Fungsi Ekonomi
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku
anak sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ahli lain membagi fungsi
keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi Pendidikan : Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila
kelak dewasa.
2. Fungsi Sosialisasi anak : Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan: Tugas keluSarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan
merasa aman.
4. Fungsi Perasaan : Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama
lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Religius : Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas
kepala keluarga untuk meyakinkan bahwa ada kehidupan lain setelah dunia ini.
6. Fungsi Ekonomis
Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam
memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari
penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi,
tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga
sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang
pengalaman masing-masing, dsb.
8. Fungsi Biologis
Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai
generasi penerus.
Menurut Kingslet Davis menyebutkan bahwa fungsi keluarga ialah sebagai berikut :
1. Reproduction, yaitu menggantikan apa yang telah habis atau hilang untuk
kelestarian sistem sosial yang bersangkutan.
2. Maintenance, yaitu perawatan dan pengasuhan anak hingga mereka mampu berdiri
sendiri.
3. Placement, memberi posisi sosial kepada setiap anggotanya, baik itu posisi sebagai
kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga, atau pun posisi-posisi lainnya.
4. Sosialization, pendidikan serta pewarisan nilai-nilai sosial sehingga anak-anak
kemudian dapat diterima dengan wajar sebagai anggota masyarakat.
5. Economics, mencukupi kebutuhan akan barang dan jasa dengan jalan produksi,
distribusi, dan konsumsi yang dilakukan di antara anggota keluarga.
6. Care of the ages, perawatan bagi anggota keluarga yang telah lanjut usianya.
7. Political center, memberikan posisi politik dalam masyarakat tempat tinggal.
8. Physical protection, memberikan perlindungan fisik terutama berupa sandang,
pangan, dan mperumahan bagi anggotanya.
Bila seorang anak dibesarkan pada keluarga pembunuh, maka ia akan menjadi
pembunuh. Bila seorang anak dibesarkan melalui cara-cara kasar, maka ia akan menjadi
pemberontak. Akan tetapi, bila seorang anak dibesarkan pada keluarga yang penuh cinta
kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memilki budi pekerti
luhur. Keluarga sebagai tempat bernaung, merupakan wadah penempaan karakter individu.
Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena terjadi perubahan
sosial, politik, dan budaya. Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap terbebasnya anak
dari kekuasaan orang tua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan. Tidak
seperti fungsi keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan produktif sekaligus
konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang ini mendasarkan pada
aturan pembagian kerja yang terspesialisasi secara lebih ketat, maka sebagian tanggung jawab
keluarga beralih kepada orang-orang yang menggeluti profesi tertentu.
Uraian tersebut cukup menjelaskan apa arti keluarga yang sesungguhnya. Keluarga
bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Lebih dari itu, keluarga
merupakan wahana awal pembentukan moral serta penempaan karakter manusia. Berhasil
atau tidaknya seorang anak dalam menjalani hidup bergantung pada berhasil atau tidaknya
peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan. Keluarga lebih dari sekedar
pelestarian tradisi, kelurga bukan hanya menyangkut hubungan orang tua dengan anak,
keluarga merupakan wadah mencurahkan segala inspirasi. Keluarga menjadi tempat
pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan suatu jalinan cinta kasih yang tidak
akan pernah terputus.
Menurut Papalia dan Old (1987), masa anak-anak dibagi menjadi lima tahap yaitu :
1. Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2. Masa Bayi dan Tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi,
di atas usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, di atas usia 18 bulan sampai
tiga tahun merupakan masa tatih. Saat tatih inilah, anak-anak menuju pada penguasaan
bahasa dan motorik serta kemandirian.
3. Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga dengan
masa prasekolah.
4. Masa kanak-kanak kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai masa sekolah.
5. Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang
ada di lingkungannya.
6. Masa remaja, yaitu rentang usia 12-18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya dan
banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya lepas dari
kungkungan orang tua.
Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak
mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat mereka
berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi
dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur
dalam urusan mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka
perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan
kepribadian mereka.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan
ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan
kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat
dan hendaknya mereka diberi hak pilih.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini bukan berarti
bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus
memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati
artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan
perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang
bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri
mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau
menghormati sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak
berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan
menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak
terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan
kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya
sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.
5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak). Dengan melihat
keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya
sendiri..
Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama
bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar
mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka
baik teladan pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka mengajarkan
nilai-nilai agama dan akhlak serta emosional kepada anak-anaknya, pertama mereka
sendiri harus mengamalkannya.
1. Perilaku seksual
2. Pengetahuan tentang karakter (Character knowledge)
3. Pemahaman tentang moral sosial
4. Ketrampilan pemecahan masalah
5. Kompetensi emosional
6. Hubungan dengan orang lain (Relationships)
7. Perasaan keterikan dengan sekolah (Attachment to school)
8. Prestasi akademis
9. Kompetensi berkomunikasi
10. Sikap kepada guru (Attitudes toward teachers).
Pola Asuh
Pola asuh berasal dari kata pola dan asuh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pola
mempunyai arti gambar yang dipakai untuk contoh batik; corak batik atau tenun; ragi atau
suri; potongan kertas yang dipakai model; sistem; cara kerja; – permainan – pemerintahan,
bentuk struktur yang tetap- kalimat; dalam puisi, adalah sajak yang dinyatakan dengan bunyi
gerak kata atau arti. Sedangkan Asuh berarti menjaga merawat dan mendidik anak kecil;
membimbing membantu dan melatih, dsb; memimpin mengepalai, menyelenggarakan suatu
badan atau kelembagaan.
Kegiatan pengasuhan banyak diartikan sebagai usaha dalam mendidik anak. Orang
tua sebagai pendidik memilih pola asuh yang sesuai dalam mempengaruhi perkembangan
anak, serta membimbingnya kepada kehidupan yang layak dan bermartabat. Proses
pengasuhan selalu bersifat dinamis dalam mencari bentuk atau pola asuh yang lebih efektif
dan baik. Banyak para ahli mengemukakan definisi dan bentuk-bentuk pola asuh yang tepat.
Laurrence Steinburg mendefinisikan; Pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang sesuai
dengan kondisi psikologis dengan unsur-unsur seperti kejujuran, empati, mengendalikan diri
sendiri, kebaikan hati, kerja sama, pengendalian diri, dan kebahagiaan. Pengasuhan yang baik
adalah pengasuhan yang membantu anak berhasil di sekolah, mendukung perkembangan
keingintahuan intelektual, motivasi belajar, dan keinginan untuk mencapai sesuatu.
Pengasuhan yang baik adalah yang menjauhkan anak dari prilaku anti sosial, melakukan
pelanggaran hukum ringan, serta pemakaian narkoba dan alkohol. Pengasuhan yang baik
adalah pengasuhan yang membantu melindungi anak dari berkembangnya keresahan, depresi,
gangguan makan dan berbagai masalah psikologi lain.
Adapun dalam lingkungan masyarakat, pergaulan dengan teman-teman sebaya
memiliki pengaruh yang kuat pada prilaku anak. Orang tua hendaknya dapat memberikan
perhatian yang baik pula. Pada masa kecil orang tua dapat mengatur pergaulan anak dan
mengarahkannya kepada teman-teman yang dianggap baik. Begitu pula pada masa remaja
orang tua dapat mengarahkan agar bergaul dengan anak-anak yang telah jelas memiliki latar
belakang baik dan prilkau yang baik pula.
Adapun pengasuhan orang tua di dalam keluarga ada tiga pola:
1. Pola Asuh Otoriter
2. Pola Asuh Permisip
3. Pola Asuh Demokrasi
KELOMPOK 3
PERAN KELUARGA SEBAGAI KONTROL SOSIAL
PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai
satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan
perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh
seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan
perkawinan yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social
anggota
Keluarga memiliki peran besar dalam membentuk karakter seseorang kaitannya dengan
perilaku sosial yang dilakukannya dalam masyarakat. Sebagai tempat pendidikan anak yang
pertama dan utama, aturan dan kedisiplinan yang diterapkan dalam keluarga akan sangat
memengaruhi sikap dan dan perilaku seseorang.
Keluarga memang bias digunakan sebagai sarana/lembaga pengendalian sosial. Hal ini
sangat terkait dengan fungsi dari Pranata Keluarga. Dalam buku karangan D.Narwoko,2007,
disebutkan beberapa Fungsi Dari Pranata Keluarga, Yaitu:
1. Fungsi pengaturan keturunan.
2. Fungsi sosialisasi dan pendidikan.
3. Fungsi ekonomi
4. Fungsi proteksi
5. Fungsi penentuan status.
6. Fungsi pemeliharaan
SSS7. Fungsi afeksi.
Untuk melakukan pengendalian social dapat dilakukan dengan alat pengendalian social
yang disebut pendidikan. Salah satu fungsi keluarga adalah pendidikan, maka keluarga dapat
digunakan untuk melakukan pengendalian sosial. Pengendalian social yang dilakukan oleh
keluarga dapat cara persuasif, misalnya anak diajarkan tentang nilai-nilai sosial yang berlaku
di masyarakat. Juga pengendalian social oleh keluarga dapat bersifat preventif, artinya suatu
upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk mencegah terjadinya pelanggaran social yang
dilakukan oleh anggota keluarga.
Secara umum pengendalian sosial di keluarga dilakukan oleh orang tua terhadap anak.
Namun dapat juga terjadi sebaliknya, seorang anak dapat melakukan pengendalian social
terhadap orang tuanya, yang dinilaiakan/telah melakukan pelanggaran terhadap norma yang
berlaku. Karena pada hakekatnya pranata ( pranata keluarga ) merupakan kesatuan social
yang tidak dapat dipisahkan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain.
FUNGSI KELUARGA SEBAGAI INSTITUSI ATAU LEMBAGA SOSIAL
Merupakan fungsi lembaga social yang disadari oleh masyarakat secara keseluruhan. Dalam
hal ini keluarga mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia, seperti kebutuhan
biologis secara sah, memenuhi kebutuhan rohani khususnya perasaan kasih sayang, damai,
cinta, aman, tentram ,dan bahagia.
Memberikan pedoman pada anggota keluarga lainnya, bagaimana mereka harus bersikap dan
bertingkah laku. Serta memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan
system pengendalian social. Misalnya, dalam keluarga orang tua harus mendidik anak,
sementara anak di harapkan menghormati dan membela nama baik keluarganya.
Merupakan fungsi lembaga social yang di sadari oleh masyarakat atau hanya disadari oleh
orang-orang intern,tetapi pada kenyataanya memberikan sumbangan bagi bertahannya
masyarakat
Pembentukan noema-norma, tingkah laku pada tiap tahap perkembangan anak serta
kehidupan keluarga.
Fungsi keluarga
Fungsi sosialisasi artinya bahwa keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak agar
sesuai dengan harapan orangtua dan masyarakatnya..
Fungsi ekonomi artinya bahwa keluarga terutama orang tua mempunyai kewajiban ekonomi
seluruh keluarganya. .Ibu sebagai sekretaris suami didalam keluarga harus mampu mengolah
keuangan sehingga kebutuhan dalam rumah tangganya dapat dicukupi.
Fungsi pengawasan social artinya bahwa setiap anggota keluarga pada dasarnya saling
melakukan control atau pengawasan karena mereka memiliki rasa tanggung jawab dalam
menjaga nama baik keluarga .
Fungsi proteksi (perlindungan) artinya fungsi perlindungan sangat diperlukan keluarga
terutama anak ,sehingga anak akan merasa aman hidup ditengah-tengah keluarganya. Ia akan
merasa terlindungi dari berbagai ancaman fisik mapun mental yang dating dari dalam
keluarga maupun dari luar keluarganya.
KELOMPOK 4
Berbicara mengenai keluarga, setiap orang pasti langsung teringat dengan ayah, ibu, anak,
dan kehangatan rumah tangga. Ya, tiga personel dan satu situasi tersebut merupakan faktor
utama yang menjadi dasar terbentuknya sebuah keluarga. Tanpa dilengkapi salah satu
personel atau pun kondisi tersebut, sebuah keluarga tidak akan dapat berfungsi dengan baik.
Pada dasarnya setiap orang di dunia ini, pasti sudah mengenal istilah keluarga. Akan tetapi
pada praktiknya, masih banyak orang yang tidak mengetahui arti kata keluarga atau pun
menjalankan fungsi keluarga yang sebenarnya.
Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tersusun atas kepala
keluarga (berperan sebagai suami dan ayah) dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
bersama pada suatau tempat di bawah satu atap dalam kondisi yang saling membutuhkan /
ketergantungan.
Keluarga (bahasa latin: familia, jamak familiae) dalam klasifikasi ilmiah adalah suatu takson
yang berada antara ordo dan genus, merupakan taksonomi yang di dalamnya terdiri atas
beberapa genus yang secara filogenetis terpisah dari famili lainnya. Pengindonesiaan takson
ini adalah suku (dipakai dalam banyak pustaka ilmiah), familia (bentuk tidak baku)
atau keluarga. Suatu famili dapat terbagi menjadi beberapa subfamilia, yaitu takson
menengah yang berada di atas genus. Dalam penggunaan nama umum, suatu familia dapat
dinamakan sama dengan nama salah satu anggotanya yang umum diketahui.
Apa-apa yang termasuk atau tidak termasuk dalam suatu familia atau saat suatu familia
diakui tersendiri diusulkan dan ditetapkan oleh para taksonomis. Tidak ada aturan baku
dalam menggambarkan atau menjelaskan suatu familia, atau bahkan takson lainnya. Para
taksonomis mungkin berada pada posisi yang berbeda mengenai deskripsi suatu takson dan
mungkin tidak ada konsensus yang diterima luas di kalangan komunitas ilmiah selama
beberapa waktu. Selama tidakada konsensus, data dan pendapat-pendapat baru akan selalu
diberikan yang memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian.
(2) Hubungan anak dengan keluarga lebih langgeng jika dibandingkan dengan unsur-unsur
lainnya (seperti guru, teman sekolah, teman sepermainan, dll).
(3) Hubungan anggota keluarga bersifat primer dan mendalam, sehingga pengaruhnya
mendalam pula.
(4) Keluarga bisa melayani hampir semua kebutuhan anak, dari mulai kebutuhan kebendaan
hingga kebutuhan yang bersifat spiritual.
(5) Keluarga merupakan masyarakat dalam ukuran mini, dimana terdapat status, role dan
norma-norma bagi setiap anggota keluarga.
KELOMPOK 5
A. Bentuk Keluarga
Setelah kita ketahui bahwa keluarga adalah merupakan ikatan sosial yang kecil, dan
merupakan lembaga dalam masyarakat yang paling dasar, maka dapat di maklumi bahwa
di dalam masyarakat akan dapat banyak sekali keluarga, yang tentu saja tiap-tiap keluarga
akan mempunyai ciri-ciri khusus yang berlainan satu dengan yang lainya.
Agar supaya kita mempunyai pengetahuan yang luas tentang seluk beluk keluarga,
maka kita perlu mengetahui bentuk-bentuk, jenis-jenis dan tipe kelurga yang terdapat
dalam masyarakat, seperti yang telah di kemukakan oleh Horton and Hunt, beliau
menjelaskan adanya tipe keluarga, antara lain sebagai berikut :
a) Keluarga Inti (Nuclear family atau Conjugal family atau Basik family) adalah
keluarga yang terdiri suami, isteri dan anak-anak mereka.
b) Keluarga Besar (Exentended family atau Consanguine family atau joint family) adalah
keluarga yang tidak hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak mereka, melainkan
termasuk juga orang-orang yang ada hubungan darah dengan mereka, misalnya
kakek,nenek, paman, bibi, keponakan dan sebagainya.
c) Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d) Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
e) Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama.
f) Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
Adakalanya Counsenguine Family ini masih dibedakan menjadi :
1) Consanguine family yang matrilineal yaitu bahwa yang masuk keluarga adalah kelompok
dari saudara-saudara perempuan dan laki-laki dengan anak-anak dari saudara perempuan
tersebut. Sehingga disini terdapat keadaan laki-laki yang telah kawin seakan-akan tidak
termasuk dalam keluarga si istri beserta anak-anaknya, dan suami tersebut tetap bersama
keluarganya sendiri. Sedang istri berkeluarga dengan anak-anaknya dan saudara-saudara
perempuanya dan saudara-saudara laki-lakinya beserta anak-anak dari saudara-saudara
perempuannya.
2) Consanguine family yang patrilineal yang merupakan kebalikannya dari consanguine
family yang matrilinal yaitu istri tidak termasuk keluarga suaminya. Suami berkeluarga
dengan saudara-saudara perempuan dengan anak-anaknya sendiri dan saudara-saudaranya
laki-laki beserta anak-anak dari saudara-saudara laki-laki tersebut.
Semakin suatu negara itu berkembang dan semakin kompleksnya kebutuhan hidup
manusia maka akan semakin dirasa bahwa extended family kurang praktis, terlebih extended
seperti tersebut diatas mukin hanya terdapat pada suku-suku bangsa yang masih memegang
teguh adatnya.
Sedang bentuk-bentuk keluarga yang lain, yaitu pendapat MF.Kimhoff and R.middleton
dalam bukunya Types Of Family And Types Of Economic menyebutkan adanya dua macam
tipe keluarga :
a. The family of Orientation
Yaitu bahwa setiap individu paling tidak pasti termasuk dalam suatu keluarga yaitu
keluarga di mana individu itu di suatu keluarga di lahirkan, disebarkan, di didik dan di beri
bimbingan dalam mencapai kedewasaan. Ini adalah merupakan lingkungan keluarga yang
pertama, dan setiap orang pasti pernah mengalami menjadi bagian dari keluarga di mana
mereka di lahirkan.
b. The family of procreation
Bahwa individu itu semakin lama akan memisahkan atau melepaskan diri dari
lingkungan yang pertama, yang akan lepas dari ayah ibu karena mereka memasuki dunia
perkawinan, yang selanjutnya akan memiliki keturunan. Keluarga seperti ini adalah
lingkungan keluarga yang yang kedua bagi individu tersebut.
Pada umumnya keluarga orientasi dan keluarga prokreasi itu mempunyai hubungn
yang sangat erat, walaupun kadang-kadang dalam masyarakat keluarga tersebut sudah
berdiri sendiri, berumah tangga sendiri. Kedua pendapat tersebut diatas, merupakan bentuk
keluarga yang masih sangat umum, maka pada kesempatan berikut ini akan kami utarakan
bentuk-bentuk keluarga lain yang mengkhusus. Mula pertama pendapat Siti Partini
membedakan menjadi dua yaitu :
a) Keluarga kecil, yaitu keluarga yang terdiri atas ayah ibu dengan dua anak atau paling
banyak tiga orang anak.
b) Keluarga besar, yaitu keluarga yang terdiri atas ayah ibu dan lebih dari tiga orang anak.
Disamping mengajukan dua tipe keluarga tersebut beliau juga mengutip dari buku
pendidikankan kependudukan proyek nasional pendidikan kependudukan, Departemen
P & K dan BKKBN Jakarta, yang mengemukakan tentang tipe keluarga sebagai berikut
1) Keluarga batih,yaitu keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak yang belum
kawin. 2) Keluarga bukan batih, yaitu keluarga yang terdiri satu atau lebih keluarga
batih.
Dalam kehidupan keluarga memang mempunyai tipe kehidupan yang berlainan di
antara satu dengan yang lainnya. Terhadap cara mendidik anaknya dan juga berpengaruh
bagi perkembangan jiwa ank selanjutnya, bahkan dapat mempengaruhi kebahagiaan yang
akan dicapai oleh keluarga yang bersangkutan. Seperti dikemukakan oleh Danuri bahwa
tipe keluarga dibedakan menjadi enam tipe yaitu :
1) Keluarga Yang Sibuk
Kehidupan kelarga yang sibuk selalu diikuti oleh kesibukan semua anggota keluarga
dalam memenuhi kebutuhan hidupmnya, ayah dan ibu bekaerja bahkan anak-anaknya
juga ikut bekerja, sehingga orang tua kurang memperhatikan anank-anaknya.
2) Keluarga Lemah Wibawa
Orang tua yang berwibawa akan berpengaruh terhadap sikap dan perbuatan anak-
anaknya, begitu jauga sebaliknya orang tua yang tidak berwibawa atau lemah wibawa.
Orang tua yang kurang berwibawa terhadap anak-anaknya maka anak-anak tersebut
akan berbuat sesuka hatinya sehingga sering terjadinya penyimpangan-penyimpangan
dari norma yang di miliki orangtuanya. Dengan tidak adanya kewibawaan orang tua
terhadap anak-anaknya maka pendidikan di dalam keluarga oleh orang tua tidak dapat
berlangsung dengan baik, karena anak lebih pandai, sehingga tidak memperhatikan
nasehat atau saran yang di beikan oleh orang tuanya.
3) Keluarga Yang Tegang
Susunan keluarga yang tegang dimana hubungan di antara anggota keluarga yang
kurang akrab, kurang adanya kasih sayang bahkan sering kali terjadi ketegangan
hubungan antara ayah dan ibu. Hal ini akan berakibat bagi anak-anak tertanam untuk
memihak ayah atau ibu, dan keluarga tegang ini biasanya dialami oleh keluarga besar
yang ekonominya kurang. Akibat dari keluarga tegang ini maka pendidikan terhadap
anak bersifat keras, sehinga anak akan menjadi orang yang keras kepala, suka menang
sendiri dan sebagainya.
4) Keluarga Yang Retak
Di dalam suasana keluarga yang retak, sudah tidak ada keharmonisan antara ayah dan
ibu, tidak ada kesatuan pendapat, sikap dan pandangan terhadap sesuatu yang
dihadapinya. Akibatnya anak-anak akan terlantar, terutama pendidikannya dalam
keluarga, karena tidak jarang anak-anak terpaksa ikut ayah atau ibu tiri sehinga anak
merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya.
5) Keluarga Yang Pamer
Kehidupan keluarga yang senang pamer tidak mempunyai pegangan yang kuat atau
ketetapan hati karena mereka sudah hanyut pada suasana yang baru, mereka tidak mau
dikatakan ketingalan , tetapi yang diikuti bukan kemajuaan dari arti yang sebenarnya.
Mereka menitik beratkan kemajuan-kemajuan lahiriah yang berupa kemewahan, sedang
sepi kerohaniahan kurang diperhatikan, keluarga yang senang pamer ini biasanya iri
terhadap kekayaan orang lain, dan rasa iri inilah yang mengakibatkan keluarga jadi
tidak tenteram dan menjadi sumber ketegangan di dalam keluarga.
6) Keluarga Yang Ideal
Disinilah terdapat suasana yang menyenangkan, biasanya dialami oleh keluarga yang
tidak terlalu besar, mutu keluarga tinggi, penghasilan cukup, mempunyai pandangan
hidup beragama yang kuat, hidup sederhana dan adanya saling pengertian di antara
anggota keluarga terutama ayah dan ibu. Dengan demikian cita-cita keluarga sejahterah
lahir dan batinakan dapat terealisir didalam keluarga.
Yang membagi tipe keluarga dengan tujuan dari berbagai sudut pandangan James yaitu:
Dilihat dari sudut ukurannya (Size)
a) Keluarga besar (the large family), ialah keluarga dengan anak lebih dari tiga orng, dan
kemungkinan kedua adalah keluarga yang tidak hanya terdiri ayah, ibu dan anak dan
anak melaikan termasuk didalamnya kakek,nenek,paman,bibi, keponakan dan lain-lain
b) Keluarga kecil (extended family), yang termasuk keluarga kecil disini, ialah keluarga
dengan dua anak atau tiga orang saja, dan tidak ada anggota lainnya.
KELOMPOK 6