PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu indera yang penting bagi manusia. Penyerapan
informasi visual oleh mata digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan.
Gangguan pada mata yang bersifat ringan hingga gangguan yang berat yang
dapat mengakibatkan kebutaan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Upaya mencegah dan menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan perlu
mendapatkan perhatian.
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar pada mata, sehingga sinar
tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di
belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan
refraksi pada anak dapat dibagi menjadi hyperopia (rabun dekat), myopia (rabun
jauh) dan astigmatisma Prevalensi kelainan refraksi masih cukup tinggi di
Indonesia, yaitu sebesar 24,7 dan pada anak-anak usia sekolah dasar sebesar
10% dari 66 juta anak Indonesia. Kelainan refraksi merupakan kelainan kondisi
mata yang paling sering terjadi. Global Data on Visual Impairment 2010, WHO
2012 menunjukkan penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia
adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan
glaukoma
1
2
jarak yang terlalu dekat, dan sarana prasarana sekolah yang tidak ergonomis
saat proses belajar mengajar. Keterlambatan melakukan koreksi refraksi
terutama pada anak usia sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan
menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan
kecerdasan karena 30 % informasi diserap dengan melihat dan mendengar.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Pemerintah Propinsi
Kalimantan Utara selalu memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Dokter
sebagai pelayan kesehatan selain bertugas dalam pengobatan penyakit pasien
juga bertugas untuk memberikan edukasi pencegahan yang dapat dilakukan
demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dengan alasan tersebut di atas
maka penulis menyusun Laporan Aktualisasi ini dengan judul “Laporan
Aktualisasi Optimalisasi Pengadaan Media Edukasi Kelainan Refraksi Anak pada
Instalasi Rawat Jalan RSUD Tarakan”.
B. IDENTIFIKASI ISU
Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan dan akan dicari
solusinya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik organisasi
dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi tersebut, isu
merupakan suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang
apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap
organisasi bahkan dapat berlanjut pada tahap krisis. Ruang lingkup pelayanan
poliklinik Mata di RSUD Tarakan meliputi pelayanan di instalasi rawat jalan, rawat
inap, gawat darurat dan bedah sentral. Dalam memberikan pelayanan dapat
muncul isu atau masalah-masalah yang ada kaitannya dengan manajemen
Aparatur Sipil Negara (ASN), pelayanan publik dan Whole of Government (WoG).
Proses perancangan aktualisasi dimulai dengan mengidentifikasi isu tersebut. Isu
muncul dari berbagai sumber, yaitu hasil observasi dan pengalaman penulis
selama masa CPNS, tugas pokok dan fungsi penulis sebagai dokter spesialis
mata dan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Isu yang muncul kemudian disortir
dengan mengkategorikannya ke dalam tiga prinsip ASN yaitu; 1) Manajemen
ASN, 2) Pelayanan Publik, dan 3) Whole of Government (WoG). Selanjutnya
penulis mengonsultasikan isu yang telah teridentifikasi kepada rekan sejawat,
coach dan mentor agar dapat di analisis secara mendalam sehingga terpilihlah
4
sebuah core issue. Melalui alur tersebut, maka didapatkanlah 3 buah isu yang
telah diidentifikasi dan terkategorisasi dengan prinsip ASN, yakni:
1. Belum optimalnya edukasi dampak kelainan refraksi anak pada
Instalasi Rawat Jalan RSUD Tarakan.
2. Belum optimalnya edukasi mengenai bahayanya bahan tradisional
sebagai tetes mata pada Instalasi Rawat Jalan RSUD Tarakan.
3. Belum optimalnya edukasi mengenai dampak kelainan metabolik
terhadap kesehatan mata pada Instalasi Rawat Jalan RSUD
Tarakan.
Keterangan :
Skala Likert 1-5 : (5= sangat besar, 4 = besar, 3= sedang, 2= kecil, 1=
sangat kecil).
Urgency (urgensi) : seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas
dikaitkan dengan waktu yang tersedia.
Seriousness (keseriusan) : seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan
pemecahan masalah.
Growth (perkembangan) : seberapa besar kemungkinan isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan dengan kemungkinan masalah
akan lebih buruk jika dibiarkan.
Dari ketiga isu yang diangkat, telah didapatkan prioritas isu dengan
menggunakan metode USG yaitu belum optimalnya edukasi dampak negatif
kelainan refraksi anak pada Instalasi Rawat Jalan RSUD Tarakan.
6
Man Measurement
Kesadaran orang tua pasien yang Belum ada data jumlah
kurang mengenai keluhan mata komplikasi akibat kelainan
pada anak refraksi pada anak
Pemahaman mengenai dampak
negatif kelainan refraksi anak Environment
yang diabaikan masih kurang Pelayanan lebih menekankan
baik dari pasien maupun
pada usia dewasa muda
pelayan kesehatan
Banyak informasi yang salah
beredar di masyarakat
Method Banyak anak yang dibiarkan
Sebagian besar pelayanan menggunakan gadget untuk
bersifat kuratif (mengobati) mengisi waktu luang
Material
Belum ada media sosialisasi yang
diberikan kepada pasien
Dari berbagai penyebab isu yang didapat dari metode fishbone diatas
dipilihlah penyebab-penyebab yang dapat dicari dan direalisasikan pemecahan
permasalahannya. Gagasan penyelesaian isu diwujudkan dalam kegiatan yang
berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi dalam upaya mengurangi
komplikasi akibat kelainan refraksi pada anak yang terabaikan di lingkungan
poliklinik Mata khususnya dan provinsi Kalimantan Utara umumnya. Kegiatan
akan dilaksanakan di Instalasi Rawat Jalan RSUD Tarakan mulai tanggal 26 Mei
2019 – 7 Juli 2019.
Masalah “Belum optimalnya edukasi dampak negatif kelainan refraksi
anak pada Instalasi Rawat Jalan RSUD Tarakan” dapat diselesaikan dengan:
1. Pembekalan kepada perawat poliklinik mata sebagai edukator
tambahan.
2. Membuat media sosialisasi leaflet
3. Membuat media sosialisasi pamflet
4. Membuat media sosialisasi banner
5. Membuat media sosialisasi solusi penurunan risiko kelainan
refraksi berupa video.
6. Melakukan sosialisasi berupa penyuluhan promosi kesehatan
7. Memberikan sosialisasi langsung kepada pasien
Rencana kegiatan, tahapan serta output yang diharapkan penulis selama
kegiatan aktualisasi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Tarakan terangkum dalam
tabel dibawah ini.
8
Tabel 1.3. Rencana Kegiatan, Tahapan Kegiatan dan Output yang Diharapkan
Membuat Melakukan Lembar persetujuan AKUNTABILITAS Sesuai dengan visi Sesuai dengan
2 media konsultasi dengan mentor dan kepala SMF Membuat materi media RSUD Tarakan yaitu nilai tertib,
sosialisasi mentor dan kepala mata edukasi sesuai dengan Menjadi rumah sakit ramah,
leaflet SMF poliklinik Mata kompetensi yang dapat terdepan yang universal, sehat
Berkoordinasi
dipertanggung jawabkan. bertumpu pada dan transparan.
dengan tim Promosi Notulen
NASIONALISME teknologi, sumber
Kesehatan Rumah
Media edukasi daya manusia, dan
Sakit (PKRS) RSUD
menggunakan bahasa kemandirian.
Tarakan sebagai
Indonesia yang mudah Tahapan kegiatan
leader sosialisasi
dipahami dan dimengertioleh sesuai dengan misi
rumah sakit
semua pasien. RSUD Tarakan yaitu
Mempersiapkan Draft materi yang telah
ETIKA PUBLIK menyelenggarakan
materi edukasi yang disetujui
Media edukasi pelayanan kesehatan
akan diberikan
menggunakan bahasa yang yang paripurna,
kepada pasien
sopan tanpa menyinggung meningkatkan
bekerja sama
atau mengucilkan pasien program pendidikan,
dengan perawat poli
dengan penyakit-penyakit pelatihan, dan
Mata.
11
Melakukan
3 Membuat konsultasi dengan Lembar persetujuan AKUNTABILITAS Sesuai dengan visi Sesuai dengan
media mentor dan kepala mentor dan kepala SMF Membuat media edukasi RSUD Tarakan yaitu nilai tertib,
SMF poliklinik Mata mata sesuai dengan kompetensi. Menjadi rumah sakit ramah,
12
4 Membuat Melakukan Lembar persetujuan AKUNTABILITAS |Sesuai dengan visi Sesuai dengan
media konsultasi dengan mentor dan kepala SMF Membuat media edukasi RSUD Tarakan yaitu nilai tertib,
sosialisasi mentor dan kepala mata sesuai dengan kompetensi. Menjadi rumah sakit ramah,
banner SMF poliklinik Mata NASIONALISME terdepan yang universal, sehat
Media edukasi bertumpu pada dan transparan.
menggunakan bahasa teknologi, sumber
Indonesia yang mudah daya manusia, dan
dipahami dan dimengerti kemandirian.
oleh semua pasien. Tahapan kegiatan
ETIKA PUBLIK sesuai dengan misi
Media edukasi RSUD Tarakan yaitu
menggunakan bahasa yang menyelenggarakan
sopan tanpa menyinggung pelayanan kesehatan
atau mengucilkan pasien yang paripurna,
dengan penyakit-penyakit meningkatkan
tertentu serta peletakan program pendidikan,
media sosialisasi tidak pelatihan, dan
mengganggu alur pelayanan penelitian serta
Poliklinik. mewujudkan
KOMITMEN MUTU pengelolaan rumah
Isi materi edukasi dapat sakit yang profesional
berdampak pada
14
peningkatan pengetahuan
ANTI KORUPSI
Membuat media edukasi
yang orisinal.
Melakukan AKUNTABILITAS Sesuai dengan visi Sesuai dengan
5 Membuat konsultasi dengan Lembar persetujuan Pemberian solusi untuk RSUD Tarakan yaitu nilai tertib,
media mentor dan kepala mengurangi dampak Menjadi rumah sakit ramah,
sosialisasi SMF poliklinik mata kelainan refraksi. Membuat terdepan yang universal, sehat
Melakukan
solusi pertanggungjawaban bertumpu pada dan transparan.
koordinasi dengan Notulen
penurunan kegiatan secara jujur. teknologi, sumber
tim PKRS RSUD
risiko NASIONALISME
Tarakan
15
6 Melakukan Melakukan Lembar persetujuan AKUNTABILITAS Sesuai dengan visi Sesuai dengan
sosialisasi konsultasi dengan mentor dan kepala SMF Membuat materi media RSUD Tarakan yaitu nilai tertib,
berupa mentor dan kepala mata edukasi sesuai dengan Menjadi rumah sakit ramah,
penyuluhan SMF poliklinik Mata kompetensi yang dapat terdepan yang universal, sehat
dipertanggung jawabkan. bertumpu pada dan transparan.
16
7 Memberikan Melakukan Lembar persetujuan AKUNTABILITAS Sesuai dengan visi Sesuai dengan
sosialisasi konsultasi dengan mentor dan kepala SMF Membuat materi media RSUD Tarakan yaitu nilai tertib,
langsung mentor dan kepala mata edukasi sesuai dengan Menjadi rumah sakit ramah,
kepada SMF poliklinik Mata kompetensi yang dapat terdepan yang universal, sehat
pasien dipertanggung jawabkan. bertumpu pada dan transparan.
18