Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Aspek Kesehatan Reproduksi Kanker Serviks

Disusun Oleh :
KELOMPOK 10

1. SUCI NURFAIZAH RAMBE


2. NURRAHMA
3. TITI LESTARI
4. LAILI MAULIDA

PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah yang
membahas Tentang : Aspek Kesehatan Reproduksi Kanker Serviks
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas
Perkuliahan. Dalam penyusunan makalah ini kelompok mengalami beberapa
hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok menyadari di dalam makalah ini mungkin terdapat kesalahan-
kesalahan, oleh karena itu kelompok mengharapkan saran dan kritik yang
membangun, guna penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Akhir kata kelompok mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN
A. Aspek kesehatan reproduksi kanker serviks ............... 3
B. Klasifikasi Kanker Serviks.......................................... 4
C. Gejala Klinis Kanker Serviks ...................................... 4
D. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks.. 5
E. Epidemiologi Kanker Serviks ..................................... 7
F. Patologi Kanker Serviks.............................................. 9
G. Penyebaran Kanker Serviks ........................................ 12
H. Diagnosis Kanker Serviks ........................................... 13
I. Pengobatan untuk Kanker Serviks .............................. 17
J. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks ............. 19

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................. 23
3.2 Saran ........................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa
yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. [4] Karsinoma
serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel
skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian
terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya
penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan
kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000
penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian
vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa
mendatang.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku
seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker
serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses
yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan
kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada
usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum
tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan
kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining
pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining

1
belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti
mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah
menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif
sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas
pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa
modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa “simptomatis”
karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya
perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih
dalam tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran
penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan
teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya
atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus
berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan
luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa sajakah
kalsifikasi dan gejala klinis dari kanker serviks ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktoe resiko dari kanker serviks ?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?
4. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks ?
5. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek kesehatan reproduksi kanker serviks
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus
merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker
payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat
pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering
ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari
suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan
gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu
bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung
bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks
berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini
dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel
displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi
karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma
invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun,
sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim,
apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-
organ lain di seluruh tubuh penderita.

3
B. Klasifikasi Kanker Serviks
Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya
adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and
Obstetrics) yaitu sebagai berikut :
Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.
Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya
diketahui secara histology.
Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke
panggul, telah mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi
2/3 bagian proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah
vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain
C. Gejala Klinis Kanker Serviks
Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan
sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang
disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat
tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama
dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat
hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah.

4
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
D. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks
1. Faktor Penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak.
Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab
juga. Wanita perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam
serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat
konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik
selama intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga
menyebabkan servikal displasia.National Cancer Institute
merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali
buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat
melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan
seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.
2. Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit
kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah
pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang
dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke
servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matannya derah
transformas pada sia tesebut bila serin terekspos. Frekuensi hubungna
seksual juga berpengaruh pada lebi tingginya resiko pada usia tersebut,
yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996).

5
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan,maka semain besar resiko
terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin menunjukkan
hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi HPV.
c. Merokok
Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara
merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan
variabel konfounding sepert pola hubungna seksual. Penemuan lain
mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok
bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan
kasinoge yan elah ada selanjutnya mendoron pertumbuhan ke arah
kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk
tahun 1983 (Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden
kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral.
Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker
serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian
lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4
kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun
penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa
aktifitas seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan
hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan
penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks,
menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan
tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral
berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual
dalam mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain itu, adanya
kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain

6
lebih sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia
dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut.
Diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara
lama penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks
karena adanya bias dan faktor confounding.
e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi
tertentu seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat,
berhubungna dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan dan
sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan
defisensi gizi tersebut akan enurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan
yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi
yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan
bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat
pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas
dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah
tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai
menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang
frekuen ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya
kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan
sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker
serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor
resiko yang lain.
E. Epidemiologi Kanker Serviks
1. Distribusi Menurut Umur
Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang
mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,

7
sedang, displasia berat dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ (KIS),
kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkatan pra-kanker. Klasifikasi
terbaru menggunakan nama Neoplasma Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1
untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia sedang dan NIS 3 untuk
displasia berat dan karsinoma in-situ.
Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda
setelah hubungan seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan
seks pertama dengan ditemukan NIS adalah 2-33 tahun. Untuk jarak
hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah 12,2
tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai NIS 3
rata-rata 11,7 tahun. Sedanhkan menurut Cuppleson LW dan Brown B
(1975) menyebutkan bahwa NIS akan berkembang sesuai dengan
pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah
sedikit dan kanker infiltratif meningkat 2 kali.
Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur
60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih
sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk
stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.
Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence
Rate / ASR) penduduk Kota Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981
menunjukkan ASR 27,9 dan data tahun 1985-1989 ASR 24,4.
Dibandingakan dengan berbagai daerah diluar negeri angka ini sedikit
berbeda, seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun 1983-
1987 adalah 33,2 dan di Korea Selatan 13,2 tahun 1982-1983. India
menunjukkan angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun
1997-1998 ditmukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok
umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIIB sering didapatkan pada
kelompok umur 45-54 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Litaay, dkk

8
dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-1999) ditemukan
bahwa penderita kanker rahim yang terbanyak berada pada kelompok
umur 46-50 tahun yaitu 17,4%.
2. Distribusi Menurut Tempat
Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan
Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga
merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit
keganasan yang ada lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society (2000)
membuktikan bahwa kanker rahim lebih sering terjadi pada kelompok
wanita minoritas seperti imigran Vietnam, Afrika dan wanita India. Hal ini
berkaitan dengan anggapan mereka bahwa wanita yang tidak melakukan
gonta-ganti pasangan (promikuitas) tidak perlu melakukan Pap smear.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988-1994
insidens kanker leher rahim mencapai 100/100.000 penduduk pertahun,
sedangkan proporsi kanker leher rahim dari semua jenis kanker
dibeberapa bagian patologi anatomi pada tahun 2000, seperti Surabaya
ditemukan sebesar 24,3%, Yogyakarta 25,7%, Bandung sebesar 25,1%,
Surakarta sebesar 28,2% dan Medan sebesar 16,9%.
F. Patologi Kanker Serviks
Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi
ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo
kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang
pada wanita diatas 35 tahun, didalam kanalis serviks.
Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2 Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus
3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis
dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks

9
normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua
jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang
erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik
(diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya
menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus.

Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim

10
Gambar 2. Progresivitas Kanker Serviks

11
Gambar 3. Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal

G. Penyebaran Kanker Serviks


Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening
menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus
uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut
menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri
sel tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam
(hipogastrika). Penyebaran melalui pembuluh darah (bloodborne metastasis)
tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja.
Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang
menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis dengan
kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh
limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari membrana
basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa atau darah,
maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin sudah menginfiltrasi stroma
serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor
yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult). Sesudah
tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa
regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina,
korpus uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal
stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih. Penyebaran

12
limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional melalui
ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral,
praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus
limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati ,
ginjal, tulang dan otak.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan
karena perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun
akibat uremia oleh karena obstruksi ureter di tempat ureter masuk ke dalam
kandung kencing.
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu
perkontinuitatum ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung
kemih. Penyebaran secara limfogen terjadi terutama paraservikal dalam
parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis minor, baru kemudian
mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran
hematogen (hepar, tulang).
Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:
1. fornices dan dinding vagina
2. korpus uteri
3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum
rektovagina dan kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar
limfe regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator,
hipogastrika, parasakral, paraaorta, dan seterusnya ke trunkus limfatik di
kanan dan vena subklvia di kiri mencapai paru, hati, ginjal, tulang serta otak.
H. Diagnosis Kanker Serviks
Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah
lanjut. Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk
mencegah kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan
pengamatan terhadap lesi prakanker serviks. Kemampuan untuk mendeteksi
dini kanker serviks disertai dengan kemampuan dalam penatalaksanaan
yang tepat akan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.

13
1. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan,
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks.
Perdarahan timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin
lama makin sering terjadi diluar senggama.
3. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
4. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.
Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan
diagnosa kanker serviks adalah:
1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.

14
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear

Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di

15
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi
vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat
diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi
harus dilakukan.

Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal

3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara
konisasi.

16
Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)
I. Pengobatan untuk Kanker Serviks
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada
lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita
dan rencana penderita untuk hamil lagi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut,
penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh,
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3
bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika
penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk
menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan
pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi
radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung
telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker
invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi

17
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
• Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
• Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2
minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
• Iritasi rektum dan vagina
• Kerusakan kandung kemih dan rektum
• Ovarium berhenti berfungsi.

3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan
untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui
suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu
siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode
pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu
seterusnya.

4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering
digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan
kemoterapi.

18
J. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks
Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan
pencegahan tersier Strategi kesehatan masyarakat dalam mencegah
kematian karena kanker serviks antara lain adalah dengan pencegahan
primer dan pencegaan sekunder.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan
oleh setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau
menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda
dan lain-lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan
imuisasi HPV pada kelompok masyarakat
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi
dini dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-
kasus kanker serviks secara dibni sehingga kemungkinan penyembuhan
dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu
yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun
atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan
sensitive untuk mwndeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati dengan
baik, karsinoma pra invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati
100%. Diagnosa kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat
ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksaan sitologi
dikenal dengan Pap mear test dan telah dilakukan di Negara-negara maju.
Pencegahan dengan pap smear terbukimampu menurunkan tingkat
kematian akibat kanker serviks 50-60% dalamkurun waktu 20 tahun
(WHO,1986).
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan
kanker serviks, yaitu :
1. Pencegahan Tingkat Pertama

19
a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1) Kampanye kesadaran masyarakat
2) Program pendidikan kesehatan masyarakat
3) Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus, misalnya :
1) Interfensi sumber keterpaparan
2) Kemopreventif

2. Pencegahan Tingkat Kedua


a. Diagnosis dini, misalnya screening
b. Pengobatan, misalnya :
1) Kemoterapi
2) Bedah

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan
kanker umumnya ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil
pengobatan radioterapi dan operasi radikal kurang lebih sama, meskipun
sebenarnya sukar untuk dibandingkan karena umumnya yang dioperasi
penderita yang masih muda dan umumnya baik.
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa
mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan
sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa
cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara
lain :
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal
untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi
berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi
risiko terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau
dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.

20
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan
tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk
mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker
serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap
smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga
terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina
toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter
ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan
penyakit.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan
dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu
epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan
gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil
waktu bertahun-tahun. Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak
penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of
Ginekoloi and Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 , dan 4. Gejala
klinis kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk
eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
2. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker
serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai
penyebab juga. Adapun faktor resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual,
Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan
Pasangan seksual.
3. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur
60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih
sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk
stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.
Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam
dan Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim
juga merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit
keganasan yang ada lainnya.
4. Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks
(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar
junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada

22
wanita diatas 35 tahun, di dalam kanalis serviks. Penyebaran kanker
serviks pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening
menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah
korpus uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang
lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis
kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang
menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk
mencegah kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan
pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
5. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu : Pembedahan,
Terapi penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis. Sedangkan
beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk mencegah kanker serviks, yaitu : miliki pola makan sehat, yang
kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem
kekebalan tubuh, hindari merokok, hindari seks sebelum menikah atau di
usia sangat muda atau belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi
HPV untuk mencegah terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ
intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks
dengan banyak partner, secara rutin menjalani tes Pap smear secara
teratur, dan sebagainya.

B. Saran
Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah
dari pada mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi
bukan berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita
selalu berusaha hidup sehat dan teratur.

23
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim
Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Tahun 2003-2007. FKM Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderit
a_Kanker_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_P
usat_Haji_Adam_Malik_Medan). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.

Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.


(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html).
Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).
(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-
serviks/). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.
(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-
kanker-serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html). Diakses Tanggal 5
Februari 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai