“pembuatan sabun”
DosenPengampu : Dra. Hafni Indriati Nasution, M.Si
Oleh :
NAMA : Angelika Febiola BR. Hutagaol
NIM : 419320010
KELAS : BIOLOGI NONDIK C 2019
Dosen pengampu : Dra. Hafni Indriati Nasution, M.Si
KELOMPOK : VI ( ENAM)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
I. PENDAHULUAN
B. Perumusan hipotesa
Mengapa sabun berbusa?
Karena terjadi reaksi antara LAS(Linear Alky Salfonate) dengan air.
Jika sabun mempunyai bahan dapat bereaksi dengan air maka
menimbulkan busa pada sabun saat digunakan atau pada saat sabun itu
terkena air.
Pada saat kapan terjadi proses saponifikasi dalam pembuatan sabun?
Proses saponifikasi terjadi pada saat penambahan ABS kedalam
larutan. Larutan tersebut menjadi panas saat dimasukkan ABS setelah
lama kelamaan diaduk rasa panasnya berkurang.
II. STUDI PUSTAKA
Sabun merupakan hasil hidrolisa asam lemak dan basa. Peristiwa ini dikenal dengan
peristiwa safonifikasi. Safonifikasi adalah proses penyabunan yang mereaksikan suatu lemak
atau gliserida dengan basa. Lemak dan sabun dari asam lemak jenuh dan rantai jenuh panjang
(C16-C18) menghasilkan sabun keras dan minyak dari asam lemak tak jenuh dengan rantai
pendek (C12-C14) menghasilkan sabun yang lebih lunak dan lebih mudah larut
(Fessenden,1997). Sabun yang dibuat dari natrium hidroksida lebih sukar larut dibandingkan
dengan sabun yang dibuat dari kalium hidroksida. Menurut Ali, et al (1980), sabun sekarang
dicampur untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Sabun mandi megandung minyak
wangi, zat warna, dan bahan obat.
Di pabrik pabrik, gliserida (lemak) dididihkan dalam larutan NaOh. Setelah sabun
terbentuk NaCl ditambahkan kedalam campuran agar sabun mengendap dan dapat dipisahkan
dengan cara penyaringan. Adapun gliserol dipindahkan dengan cara destilasi. Kemudian
sabun yang kotor dimurnikan dengan cara mengendapkan beberapa kali (represipitasi).
Akhirnya ditambahkam parfum supaya sabun memiliki bau yang dikehendaki.
Sabun dimulai sejak 2800 SM. Pembuatan sabun bermula dari bangsa Babilionia yang
mulai membuat sabun. Mereka memanaskan campuran lemak hewan dengan soda api. Pada
awaal masehi hingga abad 15 masehi yang merupakan puncak keemasan Islam, teknologi
sabun berkembang lebih modern. Monopoli perdaganga sabun di Eropa pada abad 16 dan 17
di Eropa membuat pemakaian sabun menjadi terbatas. Sabun banyak digunakan dalam bidang
pengobatan. Kemudian pada abad 18 terjadi penemuan proses pembuatan sabun yang murah
oleh Le Blanc. Menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas karena penggunaan mesin
sabun yang mampu memproduksi sabun secara massal.
Fungsi sabun mandi adalah membersihkan kotoran dan kuman yang menempel di kulit.
Kemampuan sabun dalam mengangkat dan mengikat kotoran ( berupa debu dan lemak) itu
disebabkan oleh struktur molekulnya yang unik. Setiap molekul sabun tersusun atas
komponen polar dan non polar. Komponen polar bersifat hidrofilik (suka air) dan komponen
non polar bersifat hidrofobik(benci air).
Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan
sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa dengan atau tanpa zat tambahan lain
serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun dapat dibuat dengan 2 cara yaitu proses
saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk
sampingan yaitu gliserol sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali sedangkam proses
netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali.
Minyak kelapa sawit merupakan minya yang mengandung asam pilmitat (𝐶16 𝐻32 𝑂2 )
yang cukup tinggi, yaitu sebesar 44,3%. Fungsi dari asam palmitat ini dalam pembuatan
sabun adalah untuk kekerasan sabun dan menghasilkan busa yang stabil. Konsumen
beranggapan bahwa sabun dengan busa yang melimpah mempunyai kemampuan
membersihkan kotoran dengan baik.
.
III. TUJUAN DAN MANFAAT
a. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh air terhadap pembuatan sabun
2. Untuk mengetahui perubahan perubahan yang terjadi
3. Untuk mengidentifikasi reaksi saponifikasi
b. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan sabun
2. Mahasiswa dapat menjadikan sabun sebagai usaha
3. Mahasiswa dapat mengetahui reaksi saponifikasi
4. Mahasiswa dapat mengetahui perubahan perubahan yang terjadi dalam proses
pembuatan sabun
IV. METODE PENELITIAN
Alat
Bahan
8 Pewangi 1 sendok
9 pewarna 2 sendok
2. Prosedur kerja
1. Menyediakan air sebanyak 2,5 liter lalu masukkan kedalam ember yang telah
tersedia
2. Memasukkan wijas , soda dan SO4 secara satu satu sambil diaduk sampai rata
3. Memasukkan LM aduk hinga merata
4. Memasukkan soda api aduk hingga merata
5. Memasukkan ABS aduk hingga merata
6. Memasukkan pewangi aduk hinggamerata
7. Memasukkan pewarna aduk hingga merata
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
B. Pembahasan penelitian
Pada saat pembuatan sabun colek, air dingin tidak boleh ditambahkan banyak
air karena akan menyebabkan sabun menjadi encer.Air merupakan bahan utama yang
digunakan untuk membuat sabun colek, selain itu air juga berguna untuk
menyempurnakan reaksi dari formula sabun colek serta mengatur kekentalan sabun
colek yang dapat dihasilkan dari proses formula sabun colek. Soda abu yang
digunakan tidak boleh terlalu banyak digunakan karena dapat menimbulkan rasa
panas ditangan. Soda abu yang digunakan adalah 7 % dari total komposisi bahan
sabun colek. Pada saat dicampurkan LM larutan menjadi kental, LM berfungsi
sebagai pelembut pada sabun. ABS berperan penting dalm pembuatan sabun colek
agar sabun colek yang dihasilkan penampakan yang halus dan busanya banyak. Saat
dimasukkan ABS larutan menjadi panas. Pada saat penambahan ABS terjadi reaksi
yang disebut saponifikasi. Proses saponifikasi adalah proses penyabunan yang
mereaksikan suatu lemakk atau gliserida dengan basa. ABS merupakan bahan aktif
yang digunakan untuk membuat sabun colek. ABS merupakan bahan terpenting yang
harus digunakan dalam pembuatan sabun colek karena ABS yang membuat sabun
colek memiliki daya bersih. Bahan ini berupa cairan yang umumnya berwarna coklat
tua dan memiliki busa yang banyak jika dikucek. Kadar ABS yang digunakan
sebaiknya lebih dari 9% agar sabun colek yang dihasilkan mempunyai penampakan
yang halus dan busanya banyak. Sabun colek yang sudah ditambahkan ABS warna
coklat muda agar sabun colek kelihatan lebih menarik dan wangi sabun colek
ditambahkan pewarna kuning dan parfum.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Semakin banyak air yang diberikan maka sabun akan semakin encer
2. Perubahan yang terjadi pada proses pembuatan sabun yaitu pada pemberian ABS
yang mengubah larutan menjadi kental dan pemberian warna kuning orange yang
mengubah warna larutan menjadi kuning
3. Saponifikasi adalah proses kimia yan terjadi saat mereaksikan atau mencampur
alkali dengan minyak. Proses kimia tersebut yang menghasilkan sabun dan gliseril
B. Saran
Pembuatan sabun hendaknya dilakukan dari bahan baku lainnya misalnya
minyak jelatah untuk mengurangi limbah. Pembuatan sabun juga dapat dilakukan
dirumah. Jika pembuatan sabun dilakukan di rumah diharapkan lebih berhati hati lagi
jangan sampai caustic soda terkena tangan causatic soda bersifat pan
Daftar pustaka
Tuti.S.I. 2010. Pembuatan sabun padat dan sabun cair dari minyak jarak. Jurnal teknik kimia.
Vol 1. No. 17
Ophardt,C.E. 2007. Soap. Yudistira. Bandung
Izhar.H.,Sumiati. 2009. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Atribut Sabun Mandi.
Universitas Brawijaya. Malang