Anda di halaman 1dari 3

1.

Berdasarkan kemurniannya, larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi. Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi
(Day 1999)
Larutan baku primer mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui
metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam
benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer :
1. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan
disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar
untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
2. Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh
higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
4. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung. (Basset 1994)
Larutan baku sekunder yaitu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat
yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku
primer, melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
1. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
2. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
3. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan. (Basset, 1994)

2. Asam sulfat, H2SO4 merupakan asam mineral yang sangat korosif. Sifat korosif ini
disebabkan oleh pembawa sifat asamnya, yaitu ion H+. Sifat korosif asam adalah sifat asam
yang dapat merusak benda apa saja yang mengenainya, baik logam maupun non logam
Asam sulfat pekat dapat bertindak sebagai dehidrator. Dehidrator adalah suatu kemampuan
menarik air dari suatu senyawa yang mengandung atom-atom H dan O. Asam sulfat bersifat
oksidator kuat. Reaksi asam sulfat pekat dengan air sangat kuat dan menimbulkan
panas tinggi. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat
yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Hal ini
disebabkan perbedaan massa jenis kedua zat, sehingga air akan mengapung diatas
asam sulfat kaena massa jenisnya lebih rendah. Jika air ditambahkan ke dalam
asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat
memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit
(Brady, 2000).
3. . Sifat : Tidak berwarna, berbau tajam, larut dalam air secara eksoterm. Kemurnian paling
tinggi 98% b/v bj : 1,81 g/ml.
Larutan Baku Primer Asidimetri adalah :
1. Natrium Karbonat Anhidrat/ Sodium Carbonate Anhydrous.
Sifat :
BM : 105,99 Ekuivalen : 53,00 Berupa padatan kristal putih, mudah melapuk oleh udara
mudah larut dalam air secara eksoterm dan tidak higroskopis. Perlakuan : Sebelum
digunakan untuk membakukan larutan sekunder, Natrium karbonat dikeringkan pada suhu
270 derajat Celcius selama 1 jam, kemudian didinginkan di dalam eksikator.
4. Senyawa atau zat padat yang tidak mengandung air disebut anhidrat misalnya CaO yang
merupakananhidrat basa dari Ca(OH)2 Sedangkan senyawa yang mengandung atau
mengikat molekul air secarakimia sebagai bagian dari kisi kristalnya disebut dengan air
hidrat Senyawa hidrat disebut $uga senyawakristal, karena mengandung molekul air yang
mempunyai ikatan hidrogen +engan adanya molekul air pada kisi kristal, maka akan
menyebabkan kristal itu stabil hingga dalam kisi yang terhidrat akanmembentuk ikatan
hydrogen
Melalui proses pemanasan, senyawa hidrat adalah garam hidrat bisa terurai men$adi
senyawa anhidratatau garam anhidrat dan uap air rtinya, molekul air (air hidrat)
terlepas dari ikatan dimana kehilanganair dari hidrat ini men$adi dalam beberapa tahap
membentuk suatu rangkaian $uga dengan struktur kristalyang teratur dan mengandung air
lebih sedikit ir hidrat sering terlepas ikatannya karena pemanasan, Kehilangan air dari
hidrat ter$adi beberapa tahapmembentuk suatu rangkaian hidrat dengan struktur kristal
teratur yang mengandung air lebih sedikit 4ntuk mengetahui bahwa semua air sudah hilang
adalah sebagai berikut -5 !emberikan pemanasan pada senyawa hidrat sehingga ter$adi
perubahan wu$ud yaitu men$adi bubuk 2 6er$adi perubahan warna7 8elas tempat
pemanasan akan kering dari molekul airnya "ila suatu zat terlarut yang berupa %ase padat
dilarutkan kemudian larutan tersebut diuapkan maka padahasil penguapannya yaitu berupa
%ase padat kembali 9at padat yang terbentuk tersebut mengandung air #stilah*istilah
penting dalam mempela$ari air hidrat ini adalah sebagai berikut -5 8aram anhidrat adalah
garam yang telah mengalami kehilangan molekul air, garam ini terbentuk dari penguraian
garam hidrat yang dipanaskan2 8aram hidrat adalah garam yang mempunyai se$umlah
tetap molekul air dalam setiap molekulnya7 &ersen komposisi adalah perbandingan massa
air kristal terhadap massa garam hidrat atau perbandingan massa air yang dibebaskan
semua dalam air
5. Penambahan indikator metil orange menyebabkan perubahan warna larutanmenjadi kuning.
Dalam proses titrasi digunakan indikator metil orange yangjangkauannya pada pH 3,1
sampai pH 4,4 yang akan memberikan warna kuning.Penambahan indikator ini bertujuan
untuk menandai titik ekivalen titrasi yang ditandaidengan perubahan warna larutan dari
yang awalnya berwarna kuning menjadi berwarnaorange. Warna ini dikarenakan adanya
pengaruh ion H
+
dari HCl yang bereaksi denganindikator metil oranye dengan reaksi :HIn
€pn
H
+
+ In
Karena metil orange lebih larut dalam alkohol dibandingkan dengan di dalam air. Hal ini
disebabkan karena merupakan suatu cairan mudah menguap yang biasa digunakan
sebagai pelarut bagi kebanyakan senyawa organik. Etanol merupakan pelarut
yang bersifat semi polar, yang artinya dapat melarutkan senyawa polar maupun
non polar.
Etanol memiliki sifat selektivitas yang tinggi (pelarut selektif) terhadap reaksi dan
sebagainya.
Pemilihan etanol sebagai pelarut menurut didasarkan beberapa pertimbangan
diantaranya selektivitas, kelarutan, kerapatan, reaktivitas, dan titik didih. Etanol
memiliki beberapa keunggulan sebagai pelarut yakni memiliki kemampuan
melarutkan ekstrak yang besar, beda kerapatan yang signifikan sehingga mudah
memisahkan zat yang akan dilarutkan. Etanol tidak bersifat racun, tidak eksplosif
bila bercampur dengan udara, tidak korosif, dan mudah didapatkan.
Handoko (1995)
6. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Menurut Chang
(2003), titik akhir adalah titik pada saat indikator mengubah warna larutan, atau titik saat
kelebihan satu tetes indikator terjadi perubahan warna larutan yang signifikan, sedangkan titik
ekivalen merupakan titik pada saat asam bereaksi sempurna atau dinetralkan oleh basa.
7. Reaksi asam basa antara HCl dengan Na2CO3 yang terjadi adalah :
2HCl + Na2CO3  2NaCl + H2O + CO2
8. Bahas
9. Fungsi indikator adalah untuk menghentikan titrasi pada titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna secara signifikan pada tetes terakhir (Brady, 2003). Hal tersebut disebabkan
titrasi harus dilakukan menggunakan indikator yang berubah warna disekitar titik ekivalen dari
titrasi. (Day dan Underwood, 2001).
10. Karena HCl merupakan larutan baku sekunder. Larutan baku sekunder adalah larutan
baku yang zat terlarutnya tidak harus zat yang tingkat kemurniannya tinggi. Larutan
baku sekunder ini konsentrasinya ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara
titrasi terhadap larutan baku primer. Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas
hidrogen klorida (HCl) dan merupakan asam kuat. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam
monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+. Ion lain yang
terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida dapat digunakan untuk membuat garam
klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi
penuh dalam air.
11.
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
HCl harus distandardisasi karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan
senyawa lain di udara. Asam klorida (HCl) merupakan asam kuat yang berbentuk cair dan
biasanya mempunyai kadar 39,1 % dan density 1,2 g/ml.
12. Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah
berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994).
Berdasarkan jalannya reaksi yang terjadi, titrasi dapat dibedakan atas:
a. Titrasi langsung (Direct titration), yaitu larutan sampel dapat langsung dititrasi
dengan larutan standar/ baku.
b. Titrasi tidak langsung (Indirect titration), yaitu larutan sampel direaksikan dulu
dengan pereaksi yang jumlah kepekatannya tertentu, kemudian hasil reaksi
dititrasi dengan larutan standar/ baku.
13. Indikator yang dipilih adalah yang mempuyai perubahan warna pada pH paling dekat
dengan pH ekivalen secara teoritis (perhitungan ) dari senyawa garam yang tebentuk

Anda mungkin juga menyukai