Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjalanan panjang HMI dari kota kelahirannya Yogyakarta 1947 ke Jayapura,
Kota Baru, Sukarnapura, Irian Barat (Irbar) 1966 memiliki catatan kesejarahan
yang heroik, penuh dinamika, dan syarat dengan pelajaran masa depan. Sebagai
bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah kejuangan bangsanya, setiap
derap pergerakan perjuangan merupakan satu tarikan napas yang membentang luas
dan menjadi kewajban bagi genarasi penerus untuk mengerti, memahami dan
menghayati selanjutnya menerapkannya dalam kehidupan berbangsa, bernegara
dan berpemerintahan Indonesia.
Seperti yang sudah diketahui bahwa Kelahiran HMI di Yogya 5 Februari 1947,
bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H yang didirikan oleh para mahasiswa
tingkat I di salah satu ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam atau STI (kini UII)
dengan pencetus pemrakarsa Lafran Pane ternyata memberikan dinamika
kebangsaan baru bagi NKRI yang 2 tahun baru merdeka (1945-1947) dengan
segmen konfigurasi politik, social ekonomi, pendidikan, agama dan kebudayaan
yang memang turut mematangkan kelahiran HMI.1
Dinamika kebangsaan menuntut HMI untuk tetap eksis dengan tujuan
kelahirannya yakni ikut mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam. Diantara
dinamika kebangsaan yang begitu menantang, maka perjalanan kiprah HMI untuk
tetap konsisten dengan tujuan kelahirannya, maka secara politik kebangsaan
(kenegaraan) HMI terikutkan dalam pusaran upaya-upaya mempertahankan
kemerdekaan NKRI, sehingga HMI memposisikan dirinya sebagai salah satu
kekuatan perjuangan bangsa Indonesia.

1
Agussalim Sitompul, HMI Mengayuh diantara Cita dan Kritik, Misaka Galiza, cetakan kedua, Jakarta,
2008, h. 11
Kondisi HMI dalam kancah perjuangan mempertahankan kemerdekaan NKRI
17 Agustus 1945 terus berlanjut sampai pada penumpasan G30/PKI 1965 termasuk
upaya membubarkan HMI oleh PKI. Sebelum pecahnya Gestapu 1965 tersebut
situasi konflik dalam negeri banyak terjadi satu diantaranya adalah upaya-upaya
pengembalian Irian Barat ke pangkuan ibu Pertiwi yang dimulai dengan
pencanganan Trikora 19 Desember 1961 di Yogyakarta.
Bersamaan dengan upaya pengembalian Irian Barat kepangkuan NKRI HMI
mulai menancapkan kiprahnya di Irian Barat tepatnya bulan….1966, tatkala
Pemuda (Mahasiswa, Wartawan) Endang Ermaya membawa (mendapatkan)
mandat dari PB-HMI untuk membentuk HMI di Irian Barat. Endang Ermaya
mengumpulkan beberapa mahasiswa Islam (Uncen?) di Kota Baru Sukarnapura
Jayapura tepatnya bertempat di……untuk membahas pendirian (pembentukan)
HMI di Irian Barat (Irbar). Pembentukan HMI Irbar oleh Pemegang Mandat PB
HMI Endang Ermaya didampingi oleh Sirajudin Jacub (apakah demikian, EE
kenal dengan SJ). Namun yang jelas selain untuk menjalankan mandat dari PB
HMI, pembentukan HMI Irbar sebetulnya syarat muatan politik yakni sebagai
jawaban dari seruan PT-PBR Presiden Soekarno untuk memaksimalkan semua
kekuatan Pemuda Pelajar Mahasiswa menyukseskan Penentuan Pendapat Rakyat
(Pepera) di Irbar juli sampai Agustus 1969.
Kehadiran tokoh HMI EE dan SJ di Irbar memberikan 2 (dua) patokan
dinamika HMI DI Irbar yakni (1) ada motivasi pengembangan HMI secara merata
oleh PB HMI di seluruh wilayah NKRI meskipun saat itu Irbar belum resmi
berintegrasi dengan NKRI dengdemk tercatat sebagai sebuah langkah heroik PB-
HMI mengeluarkan mandat untuk pembentukan HMI Irbar, (2) adalah merupakan
aksi nasional HMI untuk menjawab seruan (perintah) PTPBR Presiden Soekarno
untuk memaksimalkan segenap kekuatan komponen bangsa termasuk pemuda dan
mahasiswa Indonesia untuk merebut Irbar dari Pemerintah Kolonial Belanda yang
memang telah lama berkuasa di Irbar dan tadinya Belanda ternyata tidak mau
menyerahkan Irbar ke NKRI melalui perudingan (diplomasi).
Setelah Pepera yang gemilang hasilnya bahwa Irbar berintegrasi dengan NKRI,
maka beberapa tahun kemudian (1970-1975) HMI Irbar seakan hilang dari
peredaran disebabkan 2 (dua) kondisi objektif yakni (1) tidak ada perkaderan
karena kesibukan aksi-aksi politik tokoh HMI Irbar pasca-pepera dan menjelang
Pemilu 1971 (pemilu pertama di Irbar) dan dilanjutkan dengan pencanangan
Repelita I di Irbar. (2) tidak ada mandat atau pendelgasiannya kepada siapapun
tokoh HMI di Irbar yang melanjutkan kiprah HMI di Irbar, meskipun dalam kurun
waktu itu (1970-1975) sudah cukup banyak mahasiswa Islam yang kuliah di
Uncen Jayapura yang saat itu memiliki 3 (tiga) fakultas yakni FHKK, FK, FIP, dan
ditambah dengan satu Fakultas Pertanian, perternakan, perikanan dan kehutanan di
Manokwari. 1970-1975 sebagai era vakum HMI Irbar, dan HMI berkiprah kembali
sejak 1976 sampai saat ini.
Sudah barangtentu era awal kiprah HMI di Irbar 1966 sampai pasca pepera
1969, dan mengalami kevakuman 1970-1975 kemudian bangkit kembali 1976
sampai saat ini, ada sekian banyak catatan-catatan sejarah yang tidak bisa
dibiarkan begitu saja ditelan waktu. Catatan sejarah dimaksud sekalian sebagai
jawaban eksistensialitas HMI di Tanah Papua baik melalui aksi-aksi heroik-
militan tokoh-tokoh HMI maupun melalui peran-peran nyata keorganisasian HMI.
Catatan sejarah juga dimaksud memberi patokan dan motivasi historikal generasi
HMI di Tanah Papua masa datang untuk terus mengembangkan kelanjutan insan
cita HMI dalam ketiga dimensi utama HMI sekaligus yakni dimensi keislaman,
keindonesiaan, dan kebangsaan dengan motto kekiprahannya Yakin, Usaha,
Sampai (Yakusa).

Anda mungkin juga menyukai