BAB II
HMI MENJELANG INTEGRASI IRIAN BARAT
KE DALAM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1966-1969
1
Trikora adalah dikumandangkan Presiden RI Ir. Soekarno di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember
1961 yang berisi 3 (tiga) point utama yakni (1) Gagalkan pembentukan Negara Boneka Papua buatan
Belanda Kolonial, (2) Kibarkanlah sang saka Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia, (3)
Bersiaplah untuk Mobilisasi Umum..
4
2.3 Pendirian HMI Cabang Jayapura Di Tengah Karantina Politik Irian Barat
Pendirian HMI Cabang Jayapura di Irian Barat sekitar (masih dicari/ditelusuri
kebernarannya) 14 Juli 1968 (persis setahun sebelum pelaksanaan Pepera)
menempuh jalan yang berliku dan penuh tantangan, bahkan bisa dibilang bersiko
tinggi. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah di Irian Barat setelah
penyerahan kedaulatan 1 Mei 1963 dari United Nation Temporary Executive
Authority (UNTEA, pemerintahan sementara PBB di Irian Barat) kepada
Indonesia mestilah dipenuhi syarat-syarat ketat sebagaimana dimaksud dalam
Perjanjian (kesepakatan) New York (New York Agreement), syarat dimaksud
adalah Irian Barat adalah Wilayah Karantina Politik yakni sejak tanggal 5
September 1963.
Situasi Karantina Politik di Irian Barat itu tidak mengurangi semangat para
tokoh untuk mendirikan HMI di Irian Barat. Di dalam situasi Karantina Politik
muncul dua orang tokoh HMI seperti yang disebutkan di atas yakni EAS dan
MSJ, serta tercatat pula nama Umar Said Assyarti (USA) juga seorang
sukarelawan yang masuk di Irian Barat tahun 1965, bahkan pernah menjadi
mahasiswa Univesitas Cenderawasih (Uncen) 1965. USA pada saat pembentukan
Agustus 1968 berposisi sebagai Wakil Ketua HMI Cabang Jayapura. Sedangkan
Sekretaris Umum HMI Cabang Jayaura ketika itu adalah MSJ, dengan 2 (dua)
orang Wakil Ketua yakni Musa Ridha Badrun2, Muchtar Daud. Di deretan wakil
sekretaris adalah Achmad Badjari Alhudaifi, bendahara Susilo pembantu umum
EAS, Djamaluddin. Tercatat nama-nama teman HMI dari cabang Makassar yang
bergabung dengan HMI Cabang Jayapura 1968 seperti Sulenar dan Farid. Untuk
2
Musa Ridha Badrun dalam perjalanan selanjutnya pernah menjabat sebagai kepala kecamatan (Camat)
Sentani Kabupaten Jayapura selama kurang lebih 10 tahun mulai tahun 1973. Sepanjang karier
pemerintahannya mengabdi di Papua sampai tiba masa pensiunnya.
5
Di dalam situasi yang demikian sulit, MSJ tidak kehilangan akal, dengan jiwa
sukarelawan dan demi menjalankan mandate PB-HMI, MSJ mencoba
mendatangi langsung Kapolres Jayapura yang dijabat oleh Mayor Polisi Sasmita.
MSJ diterima dengan baik oleh Kapolres Sasmita, dan dalam Pertemuan MSJ
dengan Kapolres tersebut oleh Kapolres memberi penjelasan yang sama seperti
yang diketahui oleh MSJ yakni tidak bisa didirikan Organisasi massa (Ormas)
dalam bentuk apapun di seluruh daratan Irian Barat, karena berlaku karantina
politik Irian Barat. Namun MSJ tidak putus asa, kemudian MSJ berkonsultasi lagi
dengan Komandan Intel Polres Jayapura Kapten Supaat yang membisikkan
bahwa coba saja menghadap Pangdam XVII Tjenderawasih Sarwo Edhie
Wibowo, sebab ada kebijakan bahwa pendirian orgmas sepanjang ormas itu
diarahkan untuk penggalangan pemenangan Pepera bisa diatur secara ke dalam.
Diberi keterangan selipan bahwa tapi perlu diungkap (dicatat) bahwa MSJ juga
adalah pemegang mandat PB PII agar membentuk PII di Irbar, Namun atas
kesepakatan dengan EAS, maka HMI didahulukan, karena memang nanti dalam
perkembangannya PII juga berhasil didirikan dan dilantik oleh ketua HMI Drs.
Kadirun kusuma, di Gedung Kebudayaan sekarang Gedung Kesenian Jl Irian
Kota Jayapura dihadiri oleh Gubernur Irbar diwakili oleh Badan Pelaksana Harian
(BPH) Tonce Messet.
Atas usul komandan Intel Polres Jayapura tersebut yakni Kapten Supaat,
kemudian MSJ memberanikan diri untuk menghadap Panglima Kodam XVII
Tjenderawasih Sarwo Edhi Wibowo. saat itu MSJ dibantu oleh salah seorang
Letda Shintong Pandjaitan, dan Kapten Faisal Tandjung dari POM ABRI sebagai
ketua tim penggalangan pemenangan pepera. Atas upaya itu Pangdam setelah
berkoordinasi dengan pihak kepolisian termasuk Polres Jayapura, maka melalui 2
orang anggota kavleri mengantar izin ke rumah MSJ sekitar bulan sekitar 22
agustus 1968. (dokumen izin itu ada dimana?).
Setelah mengantongi izin pendirian, maka dimulailah kegiatan surat menyurat
sudah menggunakan kop surat berwarna atau berlogo hmi. dalam rapat di rumah
7
MSJ sekitar juli 1968 ditetapkan eas ketua umum hmi cabang jayapura dan
djamaluddin sbg sekum. kepengurusan eas cuma berjalan satu bulan dg alasan
takut ketahuan dan akan dipecat dari kepegawaiannya, maka diminta untuk segera
belia diganti. dalam rapat internal di rumah Pak Susilo Dok 5 Bawah Jayapura
pada Juli 1968 ditetapkan pengurus HMI cabang Jayapura yang baru yakni
sebagai ketua drs. kadirun kusuma saat itu kedudukannya sebg kepada pd irian
bhakti dengan Sekretarisnya MSJ. bendahara adalah Susilo beliau adalah
pegawai pada kantor Gub Irbar, sementara EAS dan Djamaluddin sebagai
pembantu umum. MSJ selalu didampingi anggota Kopasus Letda Shintong
Pandjaitan.
2.4 Drs. Kadirun Kusuma Pimpin HMI Cabang Jayapura Memenangkan Pepera 1969
Sebagai catatan bahwa Drs. Kadirun Kusuma saat itu adalah Kepala
Perusahaan Daerah (PD) Irian Bhakti. Di bawah kepemimpinan Drs Kadirun
Kusuma (KK) dengan Sekum MSJ telah disebarkan kegiatan surat-menyurat dan
sosialisasi tentang keberadaan HMI di Jayapura, dikeluarkan dan disebarluaskan
pernyataan kebulatan tekad HMI cabang Jayapura untuk memenangkan Indonesia
dalam Pepera 19693, Bukti dokumentasinya? dipancangkan spanduk-spanduk
dan bendera-bendera hmi agustus 1969. bukti dokumentasinya? Akhirnya
pada 24 agustus 1969 pepera dimenangkan oleh Indonesia.
Tercatat nama NURDIN HARRIS KURITHA (NHK) Sebagai ketua PII
pertama di irian barat seorang putra asli Kaimana, pelajar pada Sekolah Guru
Olahraga (SGO) Jayapura, tinggal bersama serumah dengan MSJ, merupakan
anak binaan MSJ. Aksi Nurdin H Kuritha saat itu adalah menandu Sarwo Edhie
Wibowo (SEW) berkeliling gedung negara Jayapura sewaktu (beberapa saat)
3
Pepera dilaksanakan selama 19 hari, yakni pada 14 Juli s.d 2 Agustus 1969 di seluruh wilayah Irian
Barat. Dewan Musyawarah Pepera (DPM) sebanyak 1026 anggota menjadi perwakilan penduduk Papua
yang saat itu berjumlah 815.904 penduduk. Komposisi anggota DPM yakni unsur tradisional (Kepala
Suku/Adat) sebanyak 400 orang, unsur daerah 360 orang dan unsur Orpol/Ormas/golongan sebanyak
266 orang. Hasilnya menyatakan bahwa secara aklamasi wakil-wakil DMP memilih untuk tetap berada
di dalam lingkungan NKRI.
8
Shintong Pandjaitan, Kapt Faisal, dll (tidak diingat lagi). Sarwo Edhi Wibowo
sebagai Pangdam XVII Tjenderawasih, tidak boleh ada Ormas dibentuk di Irbar
selain memenangkan Pepera, ini yang kemudian MSJ minta izin untuk
mendirikan dua organisasi PII (pemegang mandate PII) dan HMI (EE pemegang
mandate HMI). Didahulukan pembentukan HMI beberapa bulan kemudian baru
dibentuk PII (pre memorie).
EE Sebagai Pembawa HMI Pembawa Mandat .Menjawab Perintah
Presiden Soekarno, coba cek buku Sirajuddin Jacub, cek juga Dasman
Djamaluddin.
Tentu dalam catatan sejarahnya, perlu diungkap sejauhmana peran HMI
dalam kegiatan HMI Sekitar Penentuan Pendapat Rakyat Irian Barat 1969.
Seperti diketahui bahwa berdasarkan Pasal 17 Perjanjian New York; yang
sebagian menyatakan: "Indonesia akan mengundang Sekretaris Jenderal untuk
menunjuk seorang Wakil yang bakan melaksanakan tanggung jawab Sekretaris-
Jenderal untuk memberikan saran, membantu, dan berpartisipasi dalam
pengaturan yang menjadi tanggung jawab dari Indonesia untuk pelaksanaan
pemilihan bebas. Sekretaris Jenderal akan, pada waktu yang tepat, menunjuk
PBB Perwakilan sehingga wakil dan stafnya mungkin menganggap tugas mereka
dalam satu tahun wilayah sebelum penentuan nasib sendiri.". "Perwakilan PBB
dan stafnya akan memiliki kebebasan yang saman seperti yang disediakan bagi
personel dimaksud dalam Pasal XVI". Perjanjian ini berlanjut dengan ketentuan
dalam Pasal 18 New York Agreement yang menyatakan berdasarkan Pasal
XVIII Indonesia akan membuat pengaturan, dengan bantuan dan partisipasi PBB
Perwakilan dan stafnya, untuk memberikan orang-orang di wilayah Irian Barat,
kesempatan untuk melaksanakan kebebasan memilih. Pengaturan demikian akan
mencakup: (1) Konsultasi (musyawarah) dengan dewan perwakilan mengenai
prosedur dan metode yang harus diikuti untuk memastikan secara bebas
menyatakan kehendak penduduk.(2) Penentuan tanggal yang sebenarnya dari
pelaksanaan pilihan bebas dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Persetujuan
10
PBB, utusan Australia dan utusan Belanda. Ternyata hasil Pepera menunjukkan
masyarakat Irian Barat menghendaki bergabung dengan NKRI. Hasil Pepera itu
dibawa ke sidang umum PBB dan pada tanggal 19 November 1969, Sidang
Umum PBB menerima dan menyetujui hasil-hasil Pepera.