SISTEM REPRODUKSI
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
G1B116032
UNIVERSITAS JAMBI
TA 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta yang telah membukakan pintu pikiran dan membimbing
penulis sehingga makalah Aspek Legal dan Etik Pemberian Kolostrum pada Bayi
Baru Lahir dapat penulis selesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Ns. Fadliyana Ekawati S.kep., M.kep., Sp. Kep. An yang telah
membantu, sehingga penulis merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis
makalah ini. Atas bimbingan yang telah diberikan, kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis ikhlas menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun. Terakhir penulis berharap semoga karya tulis ini dapat berguna bagi
penulis dan bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
4.1 Kesimpulan.................................................................................. 23
Lampiran ...................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
C. Pembentukan Kolostrum
Tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum pada saat usia
kehamilan tiga sampai empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak
memproduksinya kecuali saat ASI ini bocor sedikit menjelang akhir
kehamilan.
Sedangkan pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta
mulai merangsang pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan
hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan
kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat
bulan dimana bayinya meninggal tetap keluar kolostrum
Banyak wanita usia reproduktif ketika ia melahirkan seorang
anak tidak mengerti dan memahami bagaimana pembentukan kolostrum
yang sebenarnya sehingga dari ketidaktahuan ibu tentang pembentukan
kolostrum ia akhirnya terpengaruh untuk tidak segera memberikan
kolostrum pada bayinya.
D. Reflek-Reflek yang Berperan dalam Pembentukan Air Susu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal dua refleks yang
masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air
susu,yaitu :
1. Refleks prolactin
Seperti yang telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan
terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya
memang tinggi. Setelah melahirkan berhubung lepasnya plasenta
dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen dan
progesterone sangat berkurang. Ditambah lagi dengan hisapan bayi
yang merangsang ujung-ujung syaraf sensorik yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik.. Rangsangan ini berlanjut ke
hypothalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang
menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya, merangsang
adenohypofise(Hipofise Anterio ) sehingga keluar prolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air
susu. Pada ibu menyusui kadar prolaktin akan normal tiga bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Sedangkan pada ibu
yang tidak menyusui kadar prolaktin akan normal pada minggu
kedua sampai ketiga.
2. Refleks Let Down
Bersaman dengan pembentukan prolaktin adenohypofise, rangsangan
yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohypofise
(Hypofise posterior) yang kemudian mengeluarkan oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel. Hisapan bayi memicu
pelepasan dari alveolus mamma melalui duktus ke sinus laktiferus
dimana ia akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam
sinus akan tertekan keluar kemulut bayi. Pelepasan dapat terjadi bila
ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang
bayinya (Pusdiknakes, 2003). Ibu-ibu setelah melahirkan belum
mengetahui tentang reflek yang terjadi yang berhubungan dengan
pemberian kolostrum nantinya, sehingga ibu tidak memberikan
kolostrum tersebut secara nyata pada bayi baru lahir.
E. Manfaat Kolostrum
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Masih terdapat kesalahan persepsi pada masyarakat mengenai air susu yang
keluar pertama kali berwarna kuning dan tekstur kental (colostrum). Pemahaman
masyarakat bahwa susu yang keluar pertama kali adalah “susu basi” atau kotor
sehingga harus dibuang terlebih dahulu (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2005). Pemahaman ini umumnya turun temurun dari ibu atau neneknya
dengan bersumber pada asumsi, latar belakang, budaya dan keyakinan serta
ketidaktahuan individu. Hal-hal yang menyebabkan ibu nifas tidak memberikan
colostrum dengan segera diantaranya colostrum tidak keluar atau jumlah colostrum
tidak memadai, colostrum dianggap kotor dan tidak seharusnya diberikan pada
bayi, colostrum tidak baik dan berbahaya bagi bayi serta bayi akan kedinginan
(Mashudi, 2011). Kolostrum adalah, cairan pelindung yang kaya akan zat anti
infeksi dan berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat
atau ketujuh setelah melahirkan. Kolostrum penuh dengan zat antibody (zat
pertahanan tubuh untuk melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh) dan
immunoglobulin (zat kekebalan tubuh untuk melawan infeksi penyakit). Kolostrum
mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature).
Tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum pada saat usia kehamilan tiga sampai
empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak memproduksinya kecuali saat ASI ini
bocor sedikit menjelang akhir kehamilan. Reflek yang berperan dalam
pembentukan air susu ibu yaitu reflek prolactin, dan reflek let down. Terdapat
beberapa faktor ibu yang tidaj memberikan colostrum pada anaknya seperti faktor
pengetahuan, persepsi, sikap, dukungan social, social budaya, pendidikan dan
sumber informasi.
Aspek legal dan etik pemberian kolostrum pada bayi lahir terdapat pada
beberapa peraturan pemerintah. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010
tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Ekslusif , Pasal 128 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/IV/1997 tentang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Ekslusif Pada Bayi di Indonesia.
BAB IV
REKOMENDASI
4.1 Rekomendasi
Dengan adanya issue mengenai kolostrum yang belum dapat terealisasikan
pada ibu nifas, diharapkan tenaga kesehatan dan penyedia fasilitas kesehatan dapat
memberikan pendidikan kesehatan (informasi) mengenai colostrum. Seperti
peraturan yang telah tercantum pada Peraturan Menteri Negara Republik Indonesia
Nomor 03 Tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui pada pasal (5) yaitu sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan
Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) tertulis secara rutin dikomunikasikan
kepada semua petugas, menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat
menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir
sampai umur 2 (dua) tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui,
membantu ibu memulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan,
yang dilakuan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar bayi disusui
seteah 30 menit ibu sadar.
DAFTAR PUSTAKA
Krista, SM. 2009. Perilaku Ibu Nifas 0-5 Hari dalam Pemberian Colostrum
pada Bayi._repository.usu.ac.id. Diakses : 22 Mei 2019 20.00 WIB
Menteri Hukum dan hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2010. Jakarta.
https://ngada.org/bln175-2010.htm. Diakses : 20 Mei 2019 05.30 WIB