TINJAUAN PUSTAKA
Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi, skala 1:250.000 yang diterbitkan
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Kajian mengenai geologi
regional lembar ini terbagi atas geomorfologi regional, stratigrafi regional, dan struktur
terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah
utarabaratlaut dan terpisahkan oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat
menempati hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan
lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kars,
baratdaya dibatasi oleh dataran Pangkajene-Maros yang luas sebagai lanjutan dari
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan rendah, dengan puncaknya
rata-rata setinggi 700 meter, dan yang tertinggi 787 m. juga pegunungan ini sebagian
besar berbatuan gunungapi. Bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi
ke utara menyempit dan merendah, dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara
lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara pegunungan ini bertopografi kars
yang permukaannya sebagian berkerucut. Batasnya di timurlaut adalah dataran bone
yang sangat luas, yang menempati hampir sepertiga bagian timur. (Sukamto, 1982).
Bulupakung. Lokasi pengambilan sampel sendiri berada pada ketinggian 232 mdpl
Untuk Stratigrafi Regional daerah penelitian disusun oleh berbagai jenis litologi
dari berbagai formasi yang tergolongke dalam satuan batuan tertentu berikut akan
1. Kompleks Basement
Sebagian besar terdiri atas sekis dan sedikit gneiss, dimana secara
mika dan klorit. Batuan malihan ini sebagian besar terbreksikan dan
b. Satuan Ultrabasa
kearah Barat-daya. Pada bagian yang pejal terlihat terlihat struktur berlapis
dan beberapa tempat mengandung lensa kromit. Satuan ini tebalnya tidak
kurang dari 2500 meter, dan mempunyai sentuhan sesar dengan batuan
disekitarnya.
Terobosan trakit berupa stok, sill dan retas. Bertekstur porfiri kasar dengan
fenokris sanidin dengan warna putih keabuan sampai sampai kelabu muda.
2. Formasi Balangbaru
konglomerat dengan susunan basalt, andesit, diorite, serpih, sekis kuarsa dan
formasi ini mempunyai ketebalan sekitar 2000 meter, tertindih tidak selaras
formasi Mallawa dan batuan gunungapi terpropilitkan, dan menindih tidak selaras
dibagi menjadi tiga anggota yaitu Anggota Bua, Anggota Panggalungan dan
anggota Allup (Hasan 1991), Anggota Bua dicirikan oleh selaras oleh batugamping
Temt, dan menindih tidak selaras batuan sediment kb dan batuan gunungapi Tpv.
3. Formasi Tonasa
dan kelabu muda, batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih coklat
muda dan kelabu muda, sebagian berlapis dan berselingan dengan napal
Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak serpihan skis dan batuan
ultramafik, Batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera kecil
dan dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecipoda)
kuat, di daerah Tanete Riaja, terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan
(Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf). Dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam
dan laguna, tebal formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih
selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih tidak selaras oleh formasi Camba,
diterobosi oleh sill, retas dan stoc batuan bekuyang bersusunan basalt, trakit dan
diorite.
Batugamping Formasi Tonasa oleh Wilson (1995) dibagi menjadi lima bagian
berdasarkan fasiesnya. Biru area kabupaten Bone, Ralla area kabupaten Barru,
Nasara Area Kabupaten Jeneponto. Daerah lokasi penelitian disusun oleh fasies
4. Formasi Camba
konglomerat dan breksi gunung api, dan setempat dengan batubara berwarna
mengeraas kuat dan sebagian kurang padat, berlapis dengan tebal antara 4 cm -
100 cm.
Tufanya berbutir halus hingga lapilli, tufa lempungan berwarna merah
Batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung pecahan foram kecil
dan molusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan ini menunjukan kisaran
umur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir (N.9-N.15) pada lingkungan neritik.
Formasi Tonasa (Temt) dan formasi Mallawa (Tem), Mendatar berangsur berubah
menjadi bagian bawah dari formasi Walanae (Tmpw). Diterobos oleh retas, sill
konglomerat gunungapi dan tufa, berbutir halus hingga lapili, bersisipan batupasir
batugamping dan napal. Batuanya bersusunan basalt dan diorite, berwarna kelabu
muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan kaluim/argon pada batuan basalt oleh
Indonesian Golf Oil berumur 17,7 juta tahun dasit dan andesit berumur 8,93 juta
tahun dan 9,92 juta tahun (Obradovich, 1972) dan basalt dari Barru menghasilkan
dan sebagian koral, sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir
Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan
Formasi Mallawa, sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi
meter.
6. Endapan Undak
sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan
batugamping koral.
Pada Kala Eosen Awal, daerah di barat berupa tepi daratan yang dicirikan oleh
Timur, berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastika bersisipan
Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal sedangkan
di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi selama Miosen Awal yang
diwakili oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan Soppeng (Tmkv dan Tmsv). Akhir
kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan
sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang di
sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak menerus di sebelah
barat.
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan
tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan
berarah kira-kira timur-barat sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula
adanya sesar sungkup lokal yang menyebabkan batuan praKapur Akhir di daerah
Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan dan penyesaran yang relatif lebih kecil di
bagian Lembah Walanae dan di bagian barat pegunungan barat, yang berarah
akibat dari suatu gerakan yang mendatar dekstral dari pada batuan alas
dibawah Lembar Walanae. Sejak kala Pliosen pesisir barat Ujung Lengan
Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pada kala Holosen
struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat
A. Deformasi Batuan
Deformasi secara definisi dapat dibagi menjadi (Endarto
Danang, 2005):
1. Distortion, yaitu perubahan bentuk.
2. Dilatation, yaitu perubahan volume.
3. Rotation, yaitu perubahan orientasi.
4. Translation, yaitu perubahan posisi.
bersifat :
a. Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu garis. Gaya seperti ini dapat
retakan/celah.
Suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa
factor yaitu:
1. Temperatur.
Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya
waktu bagi setiap atom dalam material berpindah dan oleh karena
tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan lainnya. Jadi, komposisi
mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu faktor dalam
1. Struktur Primer
pembentukan batuan, misalnya struktur sedimen silang siur, flute cast dan lain lain.
Struktur kekar akibat pendinginan magma (columnar joint dan sheeting joint) dan
struktur perlapisan.
2. Struktur sekunder
lingkup yang lebih sempit, yang meliputi deformasi-deformasi pada isi cekungan,
sedangkan tektonik menyangkut skala yang lebih luas dari ini, misalnya proses
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai
produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar ( fractures) dan
Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga
jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur,
yaitu:
1. Kekar (Fractures)
gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.
Secara umum dicirikan oleh Pemotongan bidang perlapisan batuan. Biasanya terisi
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan atau
rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang
a. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan atau rekahan yang membentuk
c. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan atau rekahan yang berpola
tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya
terbuka.
1. Kekar jurus (strike joints), bila arah jurus kekar sejajar atau hampir
sejajar dengan arah dip lapisan batuan, schistosity atau dip struktur
gneissic.
3. Oblique atau diagonal joints, bila arah jurus bidang kekar terletak antara
sedimen.
pada sill atau aliran tersebut akan berdiri vertikal sedangkan pada
5. Kekar Tarik (tension joints), bila bidang kekar tegak lurus terhadap arah
Ciri-ciri dilapangan :
kotak-kotak.
d. Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yangkemudian disebut
vein.
Ciri-ciri di lapangan:
relatif terhadap blok yang lain. Pergerakan bisa relatif turun, relatif
terdapat slip diantara dua sisi yang terdapat sesar tersebut (Staff
sesar dengan bidang horisontal dan biasanya diukur dari arah utara.
b. Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk antara
foot wall sebagai penunjuk bagian blok badan sesar. Hanging wall
gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Sesar geologi terdiri atas 3
jenis yaitu:
1. Sesar Naik
Sesar naik (reverse fault / contraction faulth ) untuk sesar
wall. Salah satu ciri sesar naik adalah sudut kemiringan dari sesar
itu termasuk kecil, berbeda dengn sesar turun yang punya sudut
lebih atas dari lapisan batuan yg sama pada foot wall. Ini
menandakan lapisan yg ada di hanging wall udah bergerak relatif
2. Sesar Turun
Sesar normal dikenali juga sebagai sesar gravitasi, dengan
dalam bumi dikenali sebagai sesar listrik. Sesar listrik ini juga
disebut juga sesar turun. Patahan atau sesar turun adalah satu
bentuk rekahan pada lapisan bumi yang menyebabkan satu blok
3. Sesar Mendatar
Sesar mendatar (Strike slip fault / Transcurent fault /
sehingga istilah hanging wall dan foot wall tidak lazim digunakan
tampak dan sesar buta (blind fault). Sesar yang tampak adalah
tiba-tiba)
b. Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan.
c. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores
garis.
d. Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan ( drag), breksi
pegunungan struktural.
h. Adanya boundins: lapisan batuan yang terpotong-potong akibat
sesar
genesanya
1) Klasifikasi geometris
a. Berdasarkan rake dari net slip.
b. Berdasarkan kedudukan relatif bidang sesar terhadap bidang
menengah mendatar.
b. Sesar normal bila tegasan utama vertikal.
c. Strike slip fault atau wrench fault (high dip, transverse to
regional structure)
1. Bidang perlapisan
Bidang perlapisan hanya ditemukan pada batuan
2. Lipatan
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin
dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah
atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Terdapat beberapa definisi lipatan menurut ahli geologi struktur, antara lain:
dan buckling (melipat). Pada gejala buckling gaya yang bekerja sejajar
yang menghasilkan Shear Joint. Kondisi ini akan terbalik pada sinklin.
d. Park (1980), lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu
utama.
c. Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus
permukaan planar.
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan. Adapun di lapangan indikasi
f. Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.
Berdasarkan pergeserannya, struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis (gambar
2.3), yaitu:
sejajar, blok bagian kiri relatif bergeser kearah yang berlawanan dengan
2. Sesar Naik (Thrust Fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan
bergeser ke arah atas dan blok bagian lainnya bergeser ke arah bawah
3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang terjadi karena pergeseran
blok batuan akibat pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar normal
Analisa struktur geologi dapat dilakukan dengan beberapa tahapan dan cara,
dimulai dengan deskripsi geometri, analisa kinematika, yaitu mempelajari sifat gerak
dan perubahan yang terjadi pada batuan, sampai pada analisa dinamikanya, yaitu
pada batuan. Analisa struktur dapat secara langsung yaitu pengamatan pada
misalnya kekar, seretan sesar, gores-garis, stilolit, bidang belahan dan sebagainya.
Hasil analisa ini sangat bermanfaat untuk secara langsung dapat memastikan tentang
jenis struktur dan menginterpretasikan sifat gaya atau tegasan yang bekerja pada
adalah keadaan singkapan (soil tebal, vegetasi lebat) dan jangkauan pengamatan yang
terbatas. Oleh karena itu pengamatan bentang alam dan interpretasi foto udara
Penyajian data hasil pengukuran dilapangan dengan metoda statistik. Ada dua
statistiknya. Metoda statistik dengan satu parameter. Yaitu diagram yang terdiri dari
satu unsur pengukuran, misalnya jurus kekar, arah liniasi struktur sedimen/fragmen
breksi sesar, arah kelurusan gawir sesar dan sebagainya. Jenis diagram metode ini
seismik yang kemudian menerapkan konsep/teori yang berlaku untuk sampai pada
interpretasi.
1. Diagram Kipas Tujuannya adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum
dari unsur struktur. Sejumlah data table (Pembagian interval arah, Notasi,
2. Diagram Rose Diagram ini di sajikan dalam bentuk satu lingkaran penuh,
A. Diagram Kontur
Data yang dipakai adalah jurus dan besar kemiringan. Dasar yang dipakai
adalah proyeksi kutub suatu bidang. Diagram kontur dibuat untuk mendapatkan
distribusi dan kerapatan dari hasil pengukuran dalam suatu area lingkaran
titik dalam bentuk segi enam (enam buah segitiga), lingkaran. Tahap berikutnya
digunakan untuk proyeksi kutub selain menggunakan Schmidt net juga dapat
B. Analisis Sesar
struktur sesar disamping geometrinya yaitu bentuk, ukuran, arah dan polanya,
Gejala sesar sering kali disertai dengan gejala struktur yang lain, misalnya
kekar, lipatan, lipatan seretan, breksiasi, milonit dan sebagainya. Hill (1976),
mencoba menyimpulkan bahwa pada setiap gerak sesar terbentuk struktur
jalur sesar gerak relatif dari sesar dapat ditentukan. Struktur-struktur penyerta
sesar berpola dari tension (gash) fracture (kekar tarik), shear fracture (kekar
gerus), dan micro fold membentuk selang sudut yang mempunyai batasan.
Analisa sesar secara langsung dapat dilakukan apabila data – data unsur
slip berdasarkan dragdan atau ofset batuan, maka kita dapat menamakan
langsung sesar ini dilapangan. Analisis Sesar tak langsung, apabila data
garis (net slip), maka perlu bantuan proyeksi kutub dan metode proyeksi
steriografi dari data struktur penyerta (orientasi breksi sesar, shear dan gash
1. Plotkan proyeksi kutub ke dua jenis kekar tersebut pada sebuah kalkir
Polar.
5. Plot data kekar dan arah breksiasi diatas wulf net, tentukan kedudukan
net slip.
6. Tentukan jenis sesar.berdasarkan klasifikasi.
C. Analisis Lipatan
Di dalam analisa lipatan, hubungan sudut antara garis dan bidang dapat
diselesaikan dengan deskripsi geometri. Cara yang lebih pratis adalah dengan
disebut Diagram S-Pole. Dari diagram ini akan terbaca kedudukan sumbu