Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian

Secara regional, daerah penelitian termasuk dalam Peta Geologi Lembar

Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi, skala 1:250.000 yang diterbitkan

oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Kajian mengenai geologi

regional lembar ini terbagi atas geomorfologi regional, stratigrafi regional, dan struktur

geologi regional (Sukamto,1982).

2.1.1 Geomorfologi Regional

Di daerah pada Peta Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat

terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah

utarabaratlaut dan terpisahkan oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat

menempati hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan

menyempit di bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan

ketinggian rata-ratanya 1500 m. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Di

lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kars,

pencerminan adanya batugamping di antara topografi kars di lereng barat terdapat

daerah perbukitan yang dibentuk oleh batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini di

baratdaya dibatasi oleh dataran Pangkajene-Maros yang luas sebagai lanjutan dari

daratan di selatannya (Sukamto,1982).

Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan rendah, dengan puncaknya

rata-rata setinggi 700 meter, dan yang tertinggi 787 m. juga pegunungan ini sebagian

besar berbatuan gunungapi. Bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi

ke utara menyempit dan merendah, dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara

lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara pegunungan ini bertopografi kars
yang permukaannya sebagian berkerucut. Batasnya di timurlaut adalah dataran bone

yang sangat luas, yang menempati hampir sepertiga bagian timur. (Sukamto, 1982).

Daerah Pasenrengpulu yang merupakan daerah penelitian masih termasuk

dalam wilayah lembah Walanae bagian barat, tepatnya dikaki pegunungan

Bulupakung. Lokasi pengambilan sampel sendiri berada pada ketinggian 232 mdpl

yang menempati daerah berelief berbukit bergelombang miring (Sukamto,1982).

2.1.2 Stratigrafi Regional

Untuk Stratigrafi Regional daerah penelitian disusun oleh berbagai jenis litologi

dari berbagai formasi yang tergolongke dalam satuan batuan tertentu berikut akan

dibahas mengenai stratigrafi regional daerah penelitian berdasarkan batuan tertua ke

yang termuda yaitu (Obradovich, 1974):

1. Kompleks Basement

Kompleks basement berdiri atas dua satuan batuan berdasarkan proses

pembentukanya, antara lain:

a. Satuan Sekis (Batuan Malihan)

Sebagian besar terdiri atas sekis dan sedikit gneiss, dimana secara

megaskopis terlihat mineral-mineral diantaranya glaikopan, garnet, epidot,

mika dan klorit. Batuan malihan ini sebagian besar terbreksikan dan

tersesarnaikan kearah Barat-daya, satuan ini tebalnya tidak kurang dari

2000 meter dan bersentuhan dengan sebagian batuan disekitarnya.

Penarikan kalium/argon diperoleh umur 111 juta tahun.

b. Satuan Ultrabasa

Peridotit, sebagian besar terserpentinitkan, berwarna hijau tua sampai

kehitaman, sebagian besar terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik

kearah Barat-daya. Pada bagian yang pejal terlihat terlihat struktur berlapis

dan beberapa tempat mengandung lensa kromit. Satuan ini tebalnya tidak
kurang dari 2500 meter, dan mempunyai sentuhan sesar dengan batuan

disekitarnya.

c. Satuan intrusi Trakit

Terobosan trakit berupa stok, sill dan retas. Bertekstur porfiri kasar dengan

fenokris sanidin dengan warna putih keabuan sampai sampai kelabu muda.

Di Tanete Riaja Trakit menerobos batugamping formasi Tonasa dan di Utara

Soppeng menerobos batuan gunungapi Soppeng (Tmsv). Penarikan Kalium

atau Argon trakit menghasilkan umur 10,9 juta tahun.

2. Formasi Balangbaru

Sedimen tipe Flysch, dimana batupasir berselingan dengan batulanau,

batulempung, serpih bersisipan konglomerat, Tuva dan lava, dibeberapa tempat

konglomerat dengan susunan basalt, andesit, diorite, serpih, sekis kuarsa dan

basement batupasir, pada umumnya padat dan sebagian serpih terkesikan,

formasi ini mempunyai ketebalan sekitar 2000 meter, tertindih tidak selaras

formasi Mallawa dan batuan gunungapi terpropilitkan, dan menindih tidak selaras

kompleks tektonik Bantimala. Berdasarkan fasiesnya Formasi Balangbarru telah

dibagi menjadi tiga anggota yaitu Anggota Bua, Anggota Panggalungan dan

anggota Allup (Hasan 1991), Anggota Bua dicirikan oleh selaras oleh batugamping

Temt, dan menindih tidak selaras batuan sediment kb dan batuan gunungapi Tpv.

3. Formasi Tonasa

Terdiri atas batugamping koral pejal, sebagian terhablurkan, berwarna putih

dan kelabu muda, batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih coklat

muda dan kelabu muda, sebagian berlapis dan berselingan dengan napal

globigerina tufaan, bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen,

setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran. Di daerah

Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak serpihan skis dan batuan
ultramafik, Batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera kecil

dan dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecipoda)

dan siput (Gastropoda) besar. Batugamping pejal pada umumnya terkekarkan

kuat, di daerah Tanete Riaja, terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan

jalur batugamping berlapis.

Berdasarkan atas kandungan fosilnya, menunjukan kisaran umur Eosen Awal

(Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf). Dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam

dan laguna, tebal formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih

selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih tidak selaras oleh formasi Camba,

diterobosi oleh sill, retas dan stoc batuan bekuyang bersusunan basalt, trakit dan

diorite.

Batugamping Formasi Tonasa oleh Wilson (1995) dibagi menjadi lima bagian

berdasarkan fasiesnya. Biru area kabupaten Bone, Ralla area kabupaten Barru,

Central area Kabupaten Pangkep, Pattunuang Asuearea kabupaten Maros dan

Nasara Area Kabupaten Jeneponto. Daerah lokasi penelitian disusun oleh fasies

redeposit terdiri dari batugamping fragmental berselingan dengan napal,

dibeberapa tempat menunjukan batugamping dengan komponen foram besar,

algae serta koral.

4. Formasi Camba

Terdiri atas batuan sediment laut berselingan dengan batuan gunungapi,

batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, batulempung,

konglomerat dan breksi gunung api, dan setempat dengan batubara berwarna

beraneka, putih, coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman umunya

mengeraas kuat dan sebagian kurang padat, berlapis dengan tebal antara 4 cm -

100 cm.
Tufanya berbutir halus hingga lapilli, tufa lempungan berwarna merah

mengandung banyak mineral Biotit, Konglomerat dan breksinya terutama

komponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm - 40 cm. Batugamping

pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan coral dan molusca.

Batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung pecahan foram kecil

dan molusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan ini menunjukan kisaran

umur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir (N.9-N.15) pada lingkungan neritik.

Ketebalan satuan sekitar 5000 meter. Menindih tidak selaras batugamping

Formasi Tonasa (Temt) dan formasi Mallawa (Tem), Mendatar berangsur berubah

menjadi bagian bawah dari formasi Walanae (Tmpw). Diterobos oleh retas, sill

dan stock bersusunan basalt piroksin, andesit dan diorite.

Batuan gunungapi bersisipan sedimen laut, breksi gunungapi, lava,

konglomerat gunungapi dan tufa, berbutir halus hingga lapili, bersisipan batupasir

tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengnadung sisa tumbuhan

batugamping dan napal. Batuanya bersusunan basalt dan diorite, berwarna kelabu

muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan kaluim/argon pada batuan basalt oleh

Indonesian Golf Oil berumur 17,7 juta tahun dasit dan andesit berumur 8,93 juta

tahun dan 9,92 juta tahun (Obradovich, 1972) dan basalt dari Barru menghasilkan

6,2 juta tahun (Leewen 1978).

Beberapa lapisan batupasir dan batulempung pasiran mengandung molusca

dan sebagian koral, sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir

gampingan, batupasir lempungan, napal dan mengandung fosil foraminifera.

Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukan umur

satuan ini adalah Miosen Tengah-Miosen Akhir.

Batuannya diendapkan kedalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi

Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan
Formasi Mallawa, sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi

gunungapi mengandung sepian batugamping tebal diperkirakan sekitar 4000

meter.

6. Endapan Undak

Terdiri atas kerikil, pasir dan lempung membentuk datarn rendah

bergelombang disebelah Utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara

morfologi dari endapan alluvium yang lebih muda.

7. Eandapan Alluvium Danau Dan Pantai

Terdiri atas lempung, Lanau, Lumpur pasirdan kerikil disepanjang sungai-

sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan

batugamping koral.

2.2 Struktur Geologi Regional

Pada Kala Eosen Awal, daerah di barat berupa tepi daratan yang dicirikan oleh

endapan darat serta batuabara di dalam Formasi Mallawa; sedangkan di daerah

Timur, berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastika bersisipan

karbonat Formasi Salo Kalupang. Pengendapan Formasi Mallawa kemungkinan hanya

berlangsung selama awal Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupang berlangsung

sampai Oligosen Akhir.

Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal sedangkan

di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi selama Miosen Awal yang

diwakili oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan Soppeng (Tmkv dan Tmsv). Akhir

kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan

terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat

pembentukan Formasi Walanae. Menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua

sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang di
sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak menerus di sebelah

barat.

Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan

tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan

sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar

berarah kira-kira timur-barat sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula

adanya sesar sungkup lokal yang menyebabkan batuan praKapur Akhir di daerah

Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan dan penyesaran yang relatif lebih kecil di

bagian Lembah Walanae dan di bagian barat pegunungan barat, yang berarah

baratlaut-tenggara dan merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar

ke kanan sepanjang sesar besar.

Kegiatan gunungapi di daerah ini masih berlangsung dengan kala

Plistosen, menghasilkan batuan gunungapi Lompobattang. Berhentinya

kegiatan magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh tektonik yang

menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang melalui gunung

Lompobattang berarah Utara Selatan. Sesar-sesar en echelon mungkin

akibat dari suatu gerakan yang mendatar dekstral dari pada batuan alas

dibawah Lembar Walanae. Sejak kala Pliosen pesisir barat Ujung Lengan

Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pada kala Holosen

hanya terjadi endapan alluvium dan rawa-rawa (Sukamto, 1982). Geologi

struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk

(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi

batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat

dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Geologi struktur mengkaji

mengenai batuan, termasuk asal-usulnya, geometri dan kinetiknya.


Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka

bumi maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika

memperlihatkan bentuk-bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat

ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah

pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah mengalami

deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

Deformasi adalah perubahan dalam tempat dan/atau orientasi dari tubuh

batuan (Endarto Danang, 2005).

A. Deformasi Batuan
Deformasi secara definisi dapat dibagi menjadi (Endarto

Danang, 2005):
1. Distortion, yaitu perubahan bentuk.
2. Dilatation, yaitu perubahan volume.
3. Rotation, yaitu perubahan orientasi.
4. Translation, yaitu perubahan posisi.

Gambar 2.1 Deformasi Batuan


Arah dari gaya yang bekerja pada atau dalam kulit bumi dapat

bersifat :

a. Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu garis. Gaya seperti ini dapat

bersifat: Tarikan (tension) dan Tekanan (compression).


b. Berlawanan, tetapi bekerja dalam satu bidang (couple)
c. Berlawanan, tetapi bekerja pada kedua ujung bidang ( torsion).
d. Gaya yang bekerja dari segala jurusan terhadap suatu benda, yang pada

umumnya berlangsung dalam kerak bumi (tekanan Lithostatis).


B. Aplikasi Geologi Struktur

Geologi struktur dapat diaplikasikan pada (Endarto Danang, 2005):

1. Dalam Vulkanologi, terbentuknya rangkaian gunung api

dilatarbelakangi zona lemah (akibat struktur dan proses tektonik)


2. Terakumulasinya MIGAS Bumi di bawah permukaan, salah satuny

dikontrol oleh struktur Antiklin maupun struktur sesar.


3. Dalam penambangan tertutup, Geologi struktur berguna untuk

pembuatan terowongan (Tunnel).


4. Perencanaan lahan untuk daerah pemukiman perlu peninjauan

struktur Geologi terlebih dahulu. Apakah daerah tersebut dilalui jalur

sesar atau tidak.


5. Keterdapatan logam mulia (emas dan perak) salah satunya dijumpai

dalam struktur kekar. Berupa batuan yang telah mengalami

retakan/celah.
Suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa

factor yaitu:
1. Temperatur.
Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya

dapat meregang dan berpindah, sehingga batuan/material akan

lebih bereaksi pada kelenturan dan pada temperatur, material

akan bersifat retas.


2. Tekanan bebas
Material yang terkena tekanan bebas yang besar akan sifat

untuk retak menjadi berkurang dikarenakan tekanan

disekelilingnya cenderung untuk menghalangi terbentuknya

retakan. Pada material yang tertekan yang rendah akan menjadi

bersifat retas dan cenderung menjadi retak.


3. Kecepatan tarikan
Material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak.

Pada material yang tertarik secara lambat maka akan cukup

waktu bagi setiap atom dalam material berpindah dan oleh karena

itu maka material akan berperilaku/bersifat lentur.


4. Komposisi
Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar

bersifat sangat retas. Mineral lainnya, seperti mineral lempung,

mica, dan kalsit bersifat lentur. Hal tersebut berhubungan dengan

tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan lainnya. Jadi, komposisi

mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu faktor dalam

menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek lainnya adalah hadir

tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam memperlemah

ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga dapat

menyebabkan pergeseran. Dengan demikian batuan yang bersifat

basah cenderung akan bersifat lentur, sedangkan batuan yang

kering akan cenderung bersifat retas (Endarto Danang, 2005).

2.3 Struktur geologi

Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan

penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya,

struktur geologi dapat dibedakan menjadi:

1. Struktur Primer

Struktur primer adalah struktur geologi yang terbentuk pada saat

pembentukan batuan, misalnya struktur sedimen silang siur, flute cast dan lain lain.
Struktur kekar akibat pendinginan magma (columnar joint dan sheeting joint) dan

struktur perlapisan.

2. Struktur sekunder

Struktur sekunder adalah struktur geologi yang mempelajari dan membahas

bentuk-bentuk deformasi kerak bumi dan gejala-gejala penyebab pembentukannya.

Dibedakan dengan geotektonik atau tektonik, geologi struktur mempunyai ruang

lingkup yang lebih sempit, yang meliputi deformasi-deformasi pada isi cekungan,

sedangkan tektonik menyangkut skala yang lebih luas dari ini, misalnya proses

pembentukan pegunungan (orgenesa).

2.3.1 Jenis Jenis Struktur Geologi

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai

produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar ( fractures) dan

Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga

jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur,

yaitu:

1. Kekar (Fractures)

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu

gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.

Secara umum dicirikan oleh Pemotongan bidang perlapisan batuan. Biasanya terisi

mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb. kenampakan breksiasi.

Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan atau

rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang

umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

a. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan atau rekahan yang membentuk

pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya

utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.


b. Tension Joint adalah retakan atau rekahan yang berpola sejajar dengan

arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.

c. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan atau rekahan yang berpola

tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya

terbuka.

Berdasarkan geometri kekar dapat dibagi menjadi:

1. Kekar jurus (strike joints), bila arah jurus kekar sejajar atau hampir

sejajar dengan jurus bidang lapisan batuan sedimen, struktur schistosity

sekis dan struktur gneissic gneiss.


2. Kekar turun (dip joints), bila arah jurus bidang kekar sejajar atau hampir

sejajar dengan arah dip lapisan batuan, schistosity atau dip struktur

gneissic.
3. Oblique atau diagonal joints, bila arah jurus bidang kekar terletak antara

jurus dan arah dip batuan yang bersangkutan.


4. Bedding joints, bila bidang kekar sejajar dengan bidang lapisan batuan

sedimen.

Gambar 2.2 Extention Joint


Kekar Kolom umumnya terdapat pada batuan basalt, tetapi

kadang juga terdapat pada batuan beku jenis lainnya. Kolom-kolom

ini berkembang tegak lurus pada permukaan pendinginan, sehingga

pada sill atau aliran tersebut akan berdiri vertikal sedangkan pada

dike kurang lebih akan horizontal, dengan mengukur sumbu kekar

kolom kita dapat merekonstruksi bentuk dari bidang pendinginan dan

struktur batuan beku (Staff asisten Geomorfologi dan Geologi, 2008).

5. Kekar Tarik (tension joints), bila bidang kekar tegak lurus terhadap arah

gaya tarik yang bekerja pada batuan.

Ciri-ciri dilapangan :

a. Bidang kekar tidak rata.


b. Selalu terbuka.
c. Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola

kotak-kotak.
d. Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yangkemudian disebut

vein.

Gambar 2.3 Tention Joints

6. Kekar gerus (shear joints), disebabkan oleh gaya kompresi yang

cenderung menggeser batuan atau menyesarkan batuan.


Gambar 2.4 Shear Joints

Ciri-ciri di lapangan:

a. Biasanya bidangnya licin.


b. Memotong seluruh batuan.
c. Memotong komponen batuan.
d. Biasanya ada gores garis.
e. Adanya joint berpola belah ketupat.
7. Sesar (Fault)

Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada

lapisan batuan bumi yg menyebabkan satu blok batuan bergerak

relatif terhadap blok yang lain. Pergerakan bisa relatif turun, relatif

naik, ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yg lain.

Pergerakan yg tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa

mengakibatkan gempa bumi. Sesar (fault) merupakan bidang

rekahan atau zona rekahan pada batuan yang sudah mengalami

pergeseran. Sesar terjadi sepanjang retakan pada kerak bumi yang

terdapat slip diantara dua sisi yang terdapat sesar tersebut (Staff

asisten Geomorfologi dan Geologi, 2008). Beberapa istilah yang

dipakai dalam analisis sesar antara lain:


a. Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan bidang

sesar dengan bidang horisontal dan biasanya diukur dari arah utara.
b. Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk antara

bidang sesar dengan bidang horisontal, diukur tegak lurus strike.


c. Net slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit

pada bidang sesar akibat adanya sesar.


d. Rake adalah sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip

(pergeseran horisontal searah jurus) pada bidang sesar.

Dalam penjelasan sesar, digunakan istilah hanging wall dan

foot wall sebagai penunjuk bagian blok badan sesar. Hanging wall

merupakan bagian tubuh batuan yang relatif berada di atas bidang

sesar. Foot wall merupakan bagian batuan yang relatif berada di

bawah bidang sesar. Patahan (Sesar), pergesaren sebagian

massa/tubuh batuan dari kedudukan semula yang diakibatkan oleh

gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Sesar geologi terdiri atas 3

jenis yaitu:

1. Sesar Naik
Sesar naik (reverse fault / contraction faulth ) untuk sesar

naik ini bagian


hanging wall-nya relatif bergerak naik terhadap bagian foot

wall. Salah satu ciri sesar naik adalah sudut kemiringan dari sesar

itu termasuk kecil, berbeda dengn sesar turun yang punya sudut

kemiringan bisa mendekati vertical. Nampak lapisan batuan yg

berwarna lebih merah pada hanging wall berada pada posisi yg

lebih atas dari lapisan batuan yg sama pada foot wall. Ini
menandakan lapisan yg ada di hanging wall udah bergerak relatif

naik terhadap foot wall-nya.

Gambar 2.5 Sesar Naik

2. Sesar Turun
Sesar normal dikenali juga sebagai sesar gravitasi, dengan

gaya gravitasi sebagai gaya utama yang menggerakannya. Ia juga

dikenali sebagai sesar ekstensi (Extention Fault) sebab ia

memanjangkan perlapisan, atau menipis kerak bumi. Sesar

normal yang mempunyai salah yang menjadi datar di bagian

dalam bumi dikenali sebagai sesar listrik. Sesar listrik ini juga

dikaitkan dengan sesar tumbuh (growth fault), dengan

pengendapan dan pergerakan sesar berlaku serentak. Satah sesar

normal menjadi datar ke dalam bumi, sama seperti yang berlaku

ke atas sesar sungkup. Pada permukaan bumi, sesar normal juga


jarang sekali berlaku secara bersendirian, tetapi bercabang (Staff

asisten Geomorfologi dan Geologi, 2008).

Gambar 2.6 Sesar Turun

Cabang sesar yang turun searah dengan sesar utama

dikenali sebagai sesar sintetik, sementara sesar yang berlawanan

arah dikenali sebagai sesar antitetik. Kedua cabang sesar ini

bertemu dengan sesar utama di bagian dalam bumi. Sesar normal

sering dikaitkan dengan perlipatan. Misalnya, sesar di bagian

dalam bumi akan bertukar menjadi lipatan monoklin di

permukaan. Hanging wall relatif turun terhadap foot wall, bidang

sesarnya mempunyai kemiringan yang besar. Sesar ini biasanya

disebut juga sesar turun. Patahan atau sesar turun adalah satu
bentuk rekahan pada lapisan bumi yang menyebabkan satu blok

batuan bergerak relatif turun terhadap blok lainnya.

3. Sesar Mendatar
Sesar mendatar (Strike slip fault / Transcurent fault /

Wrench fault) adalah sesar yang pembentukannya dipengaruhi

oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utama pembentuk sesar ini

adalah horizontal, sama dengan posisi tegasan minimumnya,

sedangkan posisi tegasan menengah adalah vertikal. Umumnya

bidang sesar mendatar digambarkan sebagai bidang vertikal,

sehingga istilah hanging wall dan foot wall tidak lazim digunakan

di dalam sistem sesar ini. Berdasarkan gerak relatifnya, sesar ini

dibedakan menjadi sinistral (mengiri) dan dekstral (menganan)

(Staff asisten Geomorfologi dan Geologi, 2008).


Gambar 2.7 Sesar Mendatar

Secara garis besar,sesar dibagi menjadi dua,yaitu sesar

tampak dan sesar buta (blind fault). Sesar yang tampak adalah

sesar yang mencapai permukaan bumi sedangkan sesar buta

adalah sesar yangterjadi di bawah permukaan bumi dan tertutupi

oleh lapisan seperti lapisan deposisi sedimen. Pengenalan sesar di

lapangan biasanya cukup sulit. Beberapa kenampakan yang dapat

digunakan sebagai penunjuk adanya sesar antara lain :

a. Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong dengan

tiba-tiba)
b. Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan.
c. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores

garis.
d. Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan ( drag), breksi

sesar, horses, atau lices, milonit.


e. Silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar.
f. Perbedaan fasies sedimen.
g. Petunjukfisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont

scarp), triangularfacet, dan terpotongnya bagian depan rangkaian

pegunungan struktural.
h. Adanya boundins: lapisan batuan yang terpotong-potong akibat

sesar

Klasifikasi sesar dapat dibedakan berdasarkan geometri dan

genesanya

1) Klasifikasi geometris
a. Berdasarkan rake dari net slip.
b. Berdasarkan kedudukan relatif bidang sesar terhadap bidang

perlapisan atau struktur regional


c. Berdasarkan besar sudut bidang sesar
d. Berdasarkan pergerakan semu
e. Berdasarkan pola sesar
2) Klasifikasi genetis
Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama

(Anderson, 1951) sesar dapat dibedakan menjadi :


a. Sesar anjak (thrust fault) bila tegasan maksimum dan

menengah mendatar.
b. Sesar normal bila tegasan utama vertikal.
c. Strike slip fault atau wrench fault (high dip, transverse to

regional structure)

Adapun jenis sesar terdiri atas:

1. Bidang perlapisan
Bidang perlapisan hanya ditemukan pada batuan

sedimen, yaitu suatu bidang yang memisahkan antara suatu

jenis batuan tertentu dengan batuan lain yang diendapkan

kemudian, misalnya batas antara lapisan batupasir dengan

batugamping, atau batas lapisan batupasir yang satu dengan

batupasir lainnya yang dapat dibedakan .Biasanya batuan

sedimen terdiri dari banyak sekali lapisan-lapisan yang

berurutan dari tua ke muda, sehingga banyak pula bidang

perlapisannya. Bidang perlapisan tersebut merupakan bagian

yang lemah dibandingkan dengan kekuatan batuan

sedimennya, karena itu dalam analisis kemantapan posisinya

menjadi sangat penting.


2. Ketidakselarasan
Ketidakselarasn (Unconformity) adalah suatu

permukaan erosi atau nondeposisi yang memisahkan lapisan-

lapisan yang lebih muda dari batuan-batuan yang lebih tua .


Perkembangan ketidakselarasan meliputi beberapa

tahap.Tahap pertama yaitu pembentukan batuan yang lebih

tua. Umumnya diikuti oleh pengangkatan dan erosi.Akhirnya

lapisan-lapisan muda di endapkan.

2. Lipatan

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan

sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.

Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin

dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah

atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.

Gambar 2.8 Lipatan

Terdapat beberapa definisi lipatan menurut ahli geologi struktur, antara lain:

a. Hill (1953), lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang

mekanismenya disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung)

dan buckling (melipat). Pada gejala buckling gaya yang bekerja sejajar

dengan bidang perlapisan, sedangkan pada bending, gaya yang bekerja

tegak lurus terhadap bidang permukaan lapisan.


b. Billing (1960), lipatan merupakan bentuk undulasi atau suatu gelombang

pada batuan permukaan.


c. Hob (1971), lipatan akibat bending, terjadi apabila gaya penyebabnya agak

lurus terhadap bidang lapisan, sedangkan pada proses buckling, terjadi

apabila gaya penyebabnya sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya

dikemukakan pula bahwa pada proses buckling terjadi perubahan pola

keterikan batuan, dimana pada bagian puncak lipatan antiklin, berkembang

suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya tegasan tensional (tarikan)

sedangkan pada bagian bawah bidang lapisan terjadi tegasan kompresi

yang menghasilkan Shear Joint. Kondisi ini akan terbalik pada sinklin.
d. Park (1980), lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu

bidang lapisan batuan.

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat

dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.


b. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu

utama.
c. Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus

atau tidaknya sumbu utama.


d. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
e. Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.Lipatan

isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.


f. Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh

permukaan planar.

Gambar 2.9 jenis jenis lipatan


3. Patahan/Sesar (Faults)

Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya

disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan. Adapun di lapangan indikasi

suatu sesar atau patahan dapat dikenal melalui :

a. Gawir sesar atau bidang sesar;

b. Breksiasi, gouge, milonit, ;

c. Deretan mata air;

d. Sumber air panas;

e. Penyimpangan atau pergeseran kedudukan lapisan;

f. Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

Berdasarkan pergeserannya, struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis (gambar

2.3), yaitu:

a. Sesar Mendatar (Strike slip faults) ;

b. Sesar Naik (Thrust faults) ;

c. Sesar Turun (Normal faults).


Gambar 2.10 Blok diagram dari Sesar Naik (Reverse fault), Sesar Mendatar
(Striike slip fault), Sesar Normal (Dip-slip fault dan Obliqueslip fault).

1. Sesar Mendatar (Strike-slip Fault) adalah sesar yang pergerakannya

sejajar, blok bagian kiri relatif bergeser kearah yang berlawanan dengan

blok bagian kanannya. Berdasarkan arah pergerakan sesarnya, sesar

mendatar dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis sesar, yaitu:

a. Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) Sesar Mendatar

Dextral adalah sesar yang arah pergerakannya searah dengan arah

perputaran jarum jam.

b. Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri). Sesar Mendatar

Sinistral adalah sesar yang arah pergeserannya berlawanan arah

dengan arah perputaran jarum jam.

Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar dengan permukaan sesar

atau pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip/oblique).

Sedangkan bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut

dengan bidang horisontal.

2. Sesar Naik (Thrust Fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan

bergeser ke arah atas dan blok bagian lainnya bergeser ke arah bawah

disepanjang bidang sesarnya. Pada umumnya bidang sesar naik

mempunyai kemiringan lebih kecil dari 45o.

3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang terjadi karena pergeseran

blok batuan akibat pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar normal

terjadi sebagai akibat dari hilangnya pengaruh gaya sehingga batuan


menuju ke posisi seimbang (isostasi). Sesar normal dapat terjadi dari

kekar tension, release maupun kekar gerus.

2.3.2 Analisis Rekontruksi Struktur Geologi Regional

Analisa struktur geologi dapat dilakukan dengan beberapa tahapan dan cara,

dimulai dengan deskripsi geometri, analisa kinematika, yaitu mempelajari sifat gerak

dan perubahan yang terjadi pada batuan, sampai pada analisa dinamikanya, yaitu

mempelajari pengaruh gaya atau tegasan yang menyebabkan terjadinya deformasi

pada batuan. Analisa struktur dapat secara langsung yaitu pengamatan pada

singkapan. Selain analisa yang sifatnya diskriptif geometri, juga kenematikanya,

misalnya kekar, seretan sesar, gores-garis, stilolit, bidang belahan dan sebagainya.

Hasil analisa ini sangat bermanfaat untuk secara langsung dapat memastikan tentang

jenis struktur dan menginterpretasikan sifat gaya atau tegasan yang bekerja pada

pembentukan struktur tersebut. Faktor penyebab sukarnya mencari data dilapangan

adalah keadaan singkapan (soil tebal, vegetasi lebat) dan jangkauan pengamatan yang

terbatas. Oleh karena itu pengamatan bentang alam dan interpretasi foto udara

seringkali membantu dalam analisa struktur (Rickard, 1972).

Penyajian data hasil pengukuran dilapangan dengan metoda statistik. Ada dua

metode pengelompokan didasarkan banyaknya parameter yang diketahui harga

statistiknya. Metoda statistik dengan satu parameter. Yaitu diagram yang terdiri dari

satu unsur pengukuran, misalnya jurus kekar, arah liniasi struktur sedimen/fragmen

breksi sesar, arah kelurusan gawir sesar dan sebagainya. Jenis diagram metode ini

meliputi Diagram kipas, roset dan histogram.

Pengamatan tak langsung yaitu melalui peta, citra, penampang, pemboran,

seismik yang kemudian menerapkan konsep/teori yang berlaku untuk sampai pada

interpretasi.
1. Diagram Kipas Tujuannya adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum

dari unsur struktur. Sejumlah data table (Pembagian interval arah, Notasi,

Jumlah dan Prosentase).

2. Diagram Rose Diagram ini di sajikan dalam bentuk satu lingkaran penuh,

penggambarannya sama dengan diagram kipas.

3. Histogram dari tabulasi diagram kipas diperoleh jumlah persentasi,

sehingga dalam histogram sumbu horizontal diplotkan arah dari barat

ke timur dengan patokan arah utara ditengah.

A. Diagram Kontur

Data yang dipakai adalah jurus dan besar kemiringan. Dasar yang dipakai

adalah proyeksi kutub suatu bidang. Diagram kontur dibuat untuk mendapatkan

distribusi dan kerapatan dari hasil pengukuran dalam suatu area lingkaran

proyeksi. Data pengukuran lapangan digambarkan dalam proyeksi kutub,

kerapatannya dihitung dengan jaring penghitung (Kalsbeek Net) setiap jumlah

titik dalam bentuk segi enam (enam buah segitiga), lingkaran. Tahap berikutnya

membuat kontur yangsesuai dengan harga kerapatannya. Jaring yang

digunakan untuk proyeksi kutub selain menggunakan Schmidt net juga dapat

menggunakan Polar equal area net.

B. Analisis Sesar

Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Sifat

pergeserannya dapat mendatar, miring,naik dan turun. Didalam mempelajari

struktur sesar disamping geometrinya yaitu bentuk, ukuran, arah dan polanya,

yang penting juga untuk diketahui adalah mekanismenya pergerakannya.

Gejala sesar sering kali disertai dengan gejala struktur yang lain, misalnya

kekar, lipatan, lipatan seretan, breksiasi, milonit dan sebagainya. Hill (1976),
mencoba menyimpulkan bahwa pada setiap gerak sesar terbentuk struktur

penyerta akan mempunyai pola, sehingga dengan mempelajari gejala di sekitar

jalur sesar gerak relatif dari sesar dapat ditentukan. Struktur-struktur penyerta

sesar berpola dari tension (gash) fracture (kekar tarik), shear fracture (kekar

gerus), dan micro fold membentuk selang sudut yang mempunyai batasan.

Analisa sesar secara langsung dapat dilakukan apabila data – data unsur

struktur beserta struktur penyertanya, meliputi bidang sesar, gores-garis, arah

slip berdasarkan dragdan atau ofset batuan, maka kita dapat menamakan

langsung sesar ini dilapangan. Analisis Sesar tak langsung, apabila data

lapangan belum bisa memastikan kedudukan bidang sesar, orientasi gores-

garis (net slip), maka perlu bantuan proyeksi kutub dan metode proyeksi

steriografi dari data struktur penyerta (orientasi breksi sesar, shear dan gash

frakture, sumbu-sumbu mikro fold), maka kita dapat menentukan

kinematikanya. Contoh diukur sejumlah kekar shear fracture, gash fracture,

dan arah breksiasi.

1. Plotkan proyeksi kutub ke dua jenis kekar tersebut pada sebuah kalkir

diatas polar equal area net.

2. Plot harga kerapatan dengan menghitung titik pada segienam dari

Kalsbek accounting net.

3. Buat kontur yang menghubungkan angka data yang sama

4. Hitung prosentase kerapatan, yaitu seperdata x 100 %. Harga tertinggi

dianggap kedudukan umumnya. Kemudian baca kedudukan pada jaring

Polar.

5. Plot data kekar dan arah breksiasi diatas wulf net, tentukan kedudukan

net slip.
6. Tentukan jenis sesar.berdasarkan klasifikasi.

C. Analisis Lipatan

Di dalam analisa lipatan, hubungan sudut antara garis dan bidang dapat

diselesaikan dengan deskripsi geometri. Cara yang lebih pratis adalah dengan

menggunakan jaring steriografi, terutama bila kita berhadapan dengan struktur

yang kompleks. S-pole dan β diagram. Suatu hasil pengukuran kedudukan

bidang-bidang perlapisan di plot pada jaring steriografi. Hasil perpotongan dari

proyeksi–proyeksi tersebut akan mengumpul pada satu titik yang disebut

diagram Beta, yang menunjukkan kedudukan sumbu lipatan. Apabila diplot

kutubkutub dari bidangnya akan menghasilkan kelompok titik–titik proyeksi

yang penyebarannya mengikuti garis lingkaran besar. Titik-titik proyeksi ini

disebut Diagram S-Pole. Dari diagram ini akan terbaca kedudukan sumbu

lipatan dan besar penunjamannya.

Anda mungkin juga menyukai