Anda di halaman 1dari 10

ATRESIA ANI

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah patologi klinik

DISUSUN OLEH:
Nama : Arindya Andrian
NIM : 1702101010144
Kelas :3

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
1. Pengertian Atresia Ani
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital yang menunjukan keadaan tanpa
anus atau dengan anus yang tidak sempurna (Lokananta dan Rochadi, 2012). Atau
kegagalan selaput membran anal dan lubang anus untuk membuka, atau ketiadaan
lubang anus. Kelainan kongenital ini cukup sering dijumpai pada anak sapi atau
babi jantan. Tetapi sangat sedikit laporan kelainan bawaan bawaan kucing dari
saluran pencernaan bagian bawah yang tersedia karena banyak hewan baru lahir
dengan kelainan bentuk yang di-eutanasia (Raghunath dan Kumar, 2016). Kelainan
atresia ani juga dapat berkaitan dengan fistula recto-vaginal, fistula
rectocystic,vagino urethral agenesis, taillessness, hypospadias, dan diphallus.

2. Etiologi Atresia Ani


Penyebab atresia ani yang paling umum adalah teratogen yang berasal dari
lingkungan. Teratogen merupakan satu atau beberapa agen yang dapat mengganggu
perkembangan embrio atau fetus pada masa kebuntingan. Beberapa teratogen yang
dapat mempengaruhi perkembangan embrio antara lain, paparan radiasi, infeksi
maternal, bahan kimia dan penggunaan obat-obatan. Pada ternak, teratogen yang
paling sering menimbulkan kecacatan berasal dari tanaman beracun yang dikonsumsi
atau yang bercampur dengan hijauan pakan. Pada kasus yang berat, teratogen dapat
mengakibatkan aborsi.

3. Gejala Klinis
 Waktu munculnya tanda-tanda klinis penyakit dapat bervariasi dari 1 sampai 3
hari.
 Sebagian besar anak sapi awalnya akan berdiri dan menyusu secara normal
setelah kelahiran.
 Anak sapi dengan Atresia ani tampak sehat untuk 24-36 jam pertama setelah
kelahiran. Kemudian, muncul keengganan untuk menghisap, mengeluarkan air
liur, depresi, distensi usus yang menyebabkan bertambahnya distensi abdomen
dan menghabiskan waktu yang lama dengan posisi lateral recumbensi dengan
anggota tubuh belakang yang diperpanjang menunjukkan kolik. Pemeriksaan
menunjukkan adanya tonjolan di bawah kulit dimana anus berupa pada atresia
ani.
 Tanda klinis utama penyakit adalah depresi, anoreksia, dan distensi
abdomen.Anak sapi dengan atresia ani biasanya memiliki suhu normal, denyut
jantung tinggi.
 Hewan dengan jenis atresia ani rectovaginal atau rectourethral sering
menunjukkan bagian berair pada feses yang dikeluarkan melalui vagina atau
uretra .
 Fistula rektovaginal kongenital ditandai adanya lubang diantara dinding dorsal
vagina dan bagian ventral rektum, sehingga vulva berfungsi ganda yakni
sebagai lubang saluran urogenital dan gastrointestinal. Biasanya, kelainan ini
berhubungan dengan atresia tipe II, di mana rektum berakhir sebagai kantung
buntu di kranial anus yang tidak berforum. Tanda klinis meliputi tinja keluar
melalui vulva, iritasi vulva, tenesmus, sistitis, megacolon, dan sejenisnya.

4. Klasifikasi Atresia Ani


Terdapat empat jenis atresia ani yang terjadi pada anjing.
 Tipe I yaitu terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar (anal stenosis).
 Tipe II dimana terdapatnya membran pada anus (membranouse atresia).
 Tipe III atresia ani yaitu hewan memiliki anus tetapi ada daging diantara
rectum dengan anus (anal agenesis).
 Tipe IV atresia ani yaitu hewan tidak memiliki rectum.
 Tipe IV atresia ani yaitu hewan tidak memiliki rectum.
Skema atresia ani. Anus anjing normal (A), atresia ani tipe I (B),atresia ani
tipe II (C), atresia ani tipe III (D) dan tipe IV atresia ani yaitu atresia ani tipe
II kombinasi fistula rectovaginal (E)

5. Teknik Diagnosa
Diagnosis atresia ani didasarkan pada tanda klinis, temuan pemeriksaan fisik
dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiografi.

6. Penanganan Atresia Ani


Atresia ani yang terjadi pada umur muda dan segera mendapat penanganan
yang tepat menunjukkan hasil yang baik. Defekasi berjalan normal, anus berfungsi
sebagaimana mestinya dalam kurun waktu 1 bulan pasca operasi dan hewan dapat
sembuh dengan tanpa adanya komplikasi gangguan (Mousa, 2013). Kesembuhan
merupakan suatu proses yang komplek yang meliputi peradangan, terutama
mekanisme perbaikan jaringan. Kesembuhan jaringan akan bervariasi tergantung dari
jenis jaringan itu sendiri (Berata, et al., 2011).
Tindakan bedah dianggap satu-satunya pengobatan untuk atresia ani.
Pengenalan anatomis harus dilakukan untuk membantu menentukan jenis bedah
koreksi untuk setiap kasus. Anoplasti adalah prosedur yang paling umum dilakukan.
Tujuan operasi adalah untuk mengembalikan kontinuitas anorektal, untuk
mempertahankan sfingter anus eksternal, untuk mempertahankan atau
mengembalikan fungsi kolon dan untuk menghilangkan hubungan rectovaginal atau
urethrorectal.
Adapun prosedur bedahnya yakni anak sapi diposiskan dorsoventral diatas
meja dan ditahan. Daerah perineum di bawah ekor diaseptikkan. Dilakukan anastesi
lokal dengan menginjeksikan 2% larutan lignokain hidroklorida pada lokasi yang
akan di incisi. Incisi dibuat melingkar di atas tonjolan anus dan kemudian kulit dari
incisi melingkar tadi diangkat. Kemudian mukonium segera dikeluarkan. Bukaan
tersebut kemudian dijahit dengan pola simple interrupted suture di antara mukosa
rektum dan kulit untuk membuat lubang anus permanen.

Penanganan atresia ani dilakukan dengan tindakan operasi bedah yaitu :


Membuat lubang pada daerah perineal sehingga terbentuk anus. Tindakan
operasi bertujuan untuk mengembalikan kontinuitas anorektal, mengembalikan fungsi
kolon, dan menghilangkan hubungan dengan vagina.
a. Tipe I atresia ani
Hewan diposisikan ventral recumbency, incise pada bagian perianal hingga bagian
rectum. Mukosa dijahit ke kulit dengan pola jahitan simple interrupted suture.
b. Tipe II dan III atresia ani
Hewan dengan atresia ani tipe II dan III diposisikan secara ventral recumbency.
Dibuat sayatan elips pada bagain perianal. Sphincter eksternal dan distal rectum di
identifikasi dan di incise. Dibuatkan stay suture pada rectum kemudian ditarik keluar.
Jahit subkutan dan kulit dengan benang non arbsorbable.
c. Tipe IV atresia ani
Tipe IV atresia ani dilakukan dengan pendekatan abdominal yaitu dengan colostomy
untuk memobilisasi bagian cranial hingga caudal usus besar. Segera setelah
colostomy, dilakukan penutupan colon dan incise bagian perianal. Incise juga bisa
dilakukan dari anus ke vulva. Saluran yang menyambug dari rectum ke anus dijahit.
Fistula Rektovaginal
Recto – vaginal fistula atau anus vaginalis adalah kelainan kongenital yang
mematikan dimana ada saluran abnormal di antara rektum dan vagina, dan kotoran
terhambat keluar (anus imperforate). Atresia ani jenis fistula recto-vaginal dilaporkan
pada banyak spesies hewan betina, seperti pada hewan domba, anjing,kucing, babi
dan kuda.
Kondisi ini perlu ditangani sejak dini untuk menghindari infeksi sistem
urogenital seperti sistitis, vaginitis, cervicitis, endometritis, kegagalan pembuahan
dan kawin berulang. Fistula rektovaginal dapat terjadi akibat trauma obsetrik,
perbaikan yang kurang tepat dari perbaikan robekan perineum derajat III, trauma saat
berkembang biak, abses pada perineum atau vaginitis dan kelainan kongenital. Fistula
rektovaginal dan perbaikan yang kurang tepat dari perbaikan robekan perineum derajat
III menyebabkan kontaminasi feses dari vestibulum, vagina dan uterus, yang dapat
menyebabkan endometritis dan penurunan kesuburan .
Atresia ani dapat berkembang bila bagian dorsal dari lapisan kloaka tidak
terbentuk, dan pada betina ini kadang disertai fistula rekto vaginal. Fistula yang
dihasilkan menghubungkan lubang diantara dinding dorsal vagina dan bagian ventral
rektum, sehingga berfungsi sebagai jalur untuk defekasi.

Gambaran skematis atresia tipe II dikombinasikan dengan fistula


rectovaginal
Fistula rektovaginal kongenital ditandai lubang diantara dinding dorsal vagina
dan bagian ventral rektum, sehingga vulva berfungsi sebagai lubang saluran
urogenital dan gastrointestinal. Biasanya, kelainan ini berhubungan dengan atresia
tipe II, di mana rektum berakhir sebagai kantung buntu langsung ke kranial anus yang
tidak berforum. Kadang-kadang, rektum menjadi pecah karena tegangan pada hewan
yang membentuk fistula recto-vaginal, yang memungkinkan kotoran keluar melewati
pembukaan vulvular. Tanda klinis meliputi bagian tinja melalui vulva, iritasi vulva,
tenesmus, sistitis, dan megacolon.

Atresia ani jenis fistula recto-vaginal pada pedet sapi ongol


dengan dikeluarkannya kotoran melalui jalur urogenital
Anus Imperforata (atresia ani tipe II) dimana terdapat lubang
pembuangan kotoran di vagina (panah ungu)
Daftar Pustaka
Berata, I. K., I. B. O. Winaya., A. A. A. M. Adi., I. B. W. Adnyana., I. M.
Kardena. (2011). Buku Ajar Patologi Veteriner Umum. Swasta Nulus,
Denpasar.
Lokananta,I. Dan Rochadi. (2012). Malformasi anorektal. Jurnal
Ukrida, 3(2):1-2.
Mousa, H. D. (2013). Surgical Repair of Atresia Ani (imperforate anus) in
Newborn Kids and Lambs. Jordan Journal of Agricultural Sciences,
9(2): 193-200.

Raghunath dan Kumar, P.R. (2016). Surgical correction of atresia ani in a


kitten. J Agric Vet Sci, 3(3): 205-206.

Anda mungkin juga menyukai