2016). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui setiap daerah. Angka kejadian diare di Provinsi
gambaran distribusi daerah bencana kekeringan Jawa Timur tahun 2017 paling tinggi adalah di
kritis dengan kejadian penyakit diare di Provinsi Kabupaten Sidoarjo (65.543 kasus) dan paling
Jawa Timur tahun 2017. rendah ada di Kota Probolinggo (254 kasus)
(Gambar 2).
METODE
Distribusi Daerah Bencana Kekeringan Kritis
Penelitian ini merupakan penelitian Dengan Kejadian Penyakit Diare Provinsi Jawa
observasional deskriptif dengan desain cross Timur Tahun 2017
sectional. Populasi penelitian adalah seluruh Persentase jumlah desa/kelurahan kekeringan
kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. kritis di kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur tidak
Variabel yang diteliti adalah bencana kekeringan berhubungan dengan angka kejadian diare. Hal
kritis dengan kejadian penyakit diare. tersebut dapat dilihat dari kabupaten/kota yang
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi memiliki persentase kejadian kekeringan tinggi
dokumen. Data sekunder yang dikumpulkan yakni (berwarna semakin merah) justru tidak banyak
daerah bencana kekeringan tahun 2017 dari BPBD terdapat titik yang menandakan kejadian atau
Provinsi Jawa timur dan kejadian diare tahun 2017 kasus diare, dan sebaliknya titik kejadian diare
dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. hampir rata di seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Analisis data dilakukan untuk menggambarkan Jawa Timur. Angka kejadian penyakit diare justru
kejadian diare dan kekeringan kritis yang disajikan tinggi di beberapa kabupaten/kota dengan
dalam bentuk gambar peta distribusi daerah persentase kejadian kekeringannya rendah seperti
kekeringan kritis dan kasus penyakit diare diolah yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo.
dengan software healthmapper.
PEMBAHASAN
HASIL
Kekeringan merupakan salah satu dampak
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 terdiri perubahan iklim yang merupakan masalah serius.
dari 29 Kabupaten dan 9 Kota, dan merupakan Saat musim kemarau banyak daerah di Indonesia
salah satu provinsi paling padat di Indonesia. yang mengalami kejadian bencana kekeringan
Terdapat 666 kecamatan yang terdiri dari 8.501 (Indarto, Wahyuningsih, Pudjojono, Ahmad, &
desa atau kelurahan di Provinsi Jawa Timur. Ahmad, 2014). Kekeringan dipengaruhi oleh rata-
rata curah hujan tahunan. Hal ini menunjukkan
Daerah Bencana Kekeringan Kritis Provinsi bahwa keadaan tersebut berkaitan dengan kontrol
Jawa Timur Tahun 2017 iklim, sehingga mengkondisikan daerah tangkapan
Terdapat 23 kabupaten yang mengalami hujan dapat bermanfaat sebagai usaha
bencana kekeringan kritis di Provinsi Jawa Timur penanggulangan kekeringan (Loon & Laaha,
sepanjang tahun 2017. Desa/kelurahan dengan 2015). Pemantauan kejadian kekeringan secara
presentase tertinggi mengalami kejadian berkesinambungan diharapkan dapat memberi
kekeringan kritis adalah Kabupaten Sampang masukan informasi kepada sektor yang berwenang
(23%). Desa/kelurahan dengan persentase terendah mengenai wilayah yang berpotensi terjadi
mengalami kekeringan kritis adalah Kabupaten kekeringan (Munir, Sasmito, & Haniah, 2015).
Mojokerto (1%) dan Kabupaten Tulungagung Dampak kekeringan dapat diminimalisir
(1%). Terdapat juga 15 kabupaten/kota yang tidak diantaranya dengan pengembangan teknologi
mengalami kekeringan kritis sepanjang tahun 2017 penampung air hujan, lalu pola pengelolaan
yakni Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, sumber daya alam lewat adat bersih desa,
Kabupaten Jember, Kabupaten Sidoarjo, memanfaatkan air limbah rumah tangga untuk
Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan tanaman dan minum ternak, dan membangun bak
seluruh kota di Jawa Timur (Gambar 1). penampungan khusus air hujan (Apriani et al.,
2014). Pada umumnya masyarakat memiliki
Kejadian Penyakit Diare Provinsi Jawa Timur persepsi tentang kejadian kekeringan yang
Tahun 2017 merupakan takdir dan kebiasaan mencari air bersih
Setiap Kabupaten/kota di Jawa Timur tahun selama kejadian kekeringan merupakan sebuah
2017 memiliki jumlah kejadian penyakit diare kewajiban (Purwanto & Supangat, 2017).
yang berbeda – beda. Hal ini berhubungan dengan
karakteristik lingkungan yang berbeda – beda di
63 of 67 Firdha Rizkhy Asedha / Jurnal Berkala Epidemiologi, 7 (1) 2019, 60 – 67
Gambar 1. Persentase Desa/ Kelurahan Kekeringan di Kabupaten/ Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Gambar 2. Jumlah Kejadian Penyakit Diare di Kabupaten/ Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Keterangan :
= Persentase kejadian kekeringan kritis kurang dari 5%
= Persentase kejadian kekeringan kritis 5% - 9%
= Persentase kejadian kekeringan kritis 10% - 14%
= Persentase kejadian kekeringan kritis 15% - 19%
= Persentase kejadian kekeringan kritis lebih dari 19%
= 1 titik menunjukkan 3000 angka kejadian diare
Gambar 3. Distribusi Daerah Bencana Kekeringan Kritis Dengan Kejadian Penyakit Diare di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017
64 of 67 Firdha Rizkhy Asedha / Jurnal Berkala Epidemiologi, 7 (1) 2019, 60 – 67
Konsep penanggulangan bencana yang terdiri penyakit diare meningkat menjadi tiga kali lipat
dari kegiatan pra bencana, saat bencana, dan pasca pada orang yang jarang mencuci tangan selama
bencana sangat perlu disusun sehingga dapat kekeringan. Kondisi kekeringan membatasi
digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah ketersediaan air bersih dari sumber yang biasa
daerah ataupun yang berwenang dalam menangani digunakan, sehingga masyarakat beralih ke sumber
kejadian kekeringan terutama kekeringan kritis. yang tidak higienis atau kurang higienis. Volume
Penanganan bencana atau mitigasi bencana di residu yang rendah dalam tangki penyimpanan air
suatu wilayah/daerah belum tentu bisa diterapkan dapat memusatkan patogen atau mengurangi
di wilayah lainnya karena tiap-tiap Daerah Aliran kemampuan untuk mencairkan patogen yang
Sungai (DAS) memiliki karakter masing-masing dimasukkan, sehingga meningkatkan kemungkinan
yang berbeda (Syahrial, Azmeri, & Meilianda, konsumsi bakteri infektif penyebab diare.
2017). Dampak bencana kekeringan dapat Penelitian yang dilakukan oleh Beyene, Deressa,
diminimalisir dengan adanya konseling kepada Kumie, & Grace (2018) menyatakan bahwa
masyarakat, membangun atau merehabilitasi, dan peningkatan kejadian diare saat musim kering
memelihara jaringan irigasi, serta membangun disebabkan oleh beberapa hal yaitu ketersediaan
sumur-sumur di sekitar lingkungan pemukiman air tidak memadai, dan konsentrasi kontaminan
masyarakat (Mursidi & Sari, 2017). dalam air bertambah. Peningkatan kejadian diare
Upaya dalam jangka waktu pendek untuk terjadi setelah kekeringan parah karena
mengatasi kejadian bencana kekeringan yang ketersediaan air yang menurun dan kebersihan
dilakukan BPBD Provinsi Jawa Timur dan pribadi yang memburuk.
kabupaten adalah melakukan dropping air untuk Kejadian diare dapat disebabkan oleh virus,
kebutuhan masyarakat dengan menggunakan bakteri, dan parasit. Sebagian besar penyebab diare
mobil tangki. Dampak kekeringan yang paling adalah kuman seperti virus dan bakteri. Penularan
terasa adalah di sektor pertanian. Hingga saat ini di penyakit diare dapat melalui fecal oral yakni
Indonesia belum tersedia dengan baik prediksi melalui air yang terkontaminasi dan merupakan
kekeringan oleh lembaga nasional ataupun media penularan utama. Diare dapat terjadi apabila
lembaga internasional sebagai upaya sistem seseorang mengonsumsi air minum yang sudah
peringatan dini kejadian kekeringan (Surmaini, terkontaminasi baik berasal dari sumbernya,
2016). selama perjalanan air sampai ke rumah-rumah,
Beberapa penelitian menyatakan bahwa atau dapat juga tercemar pada saat penyimpanan di
terdapat hubungan yang signifikan antara unsur- rumah. Risiko diare juga dapat terjadi bila
unsur iklim seperti curah hujan, kelembaban, dan seseorang mengonsumsi makanan yang dihinggap
hari hujan terhadap kejadian penyakit diare. oleh binatang seperti lalat yang terlah
Variabel iklim yang berpengaruh terhadap terkontaminasi tinja yang mengandung virus atau
kejadian penyakit diare diantaranya adalah curah bakteri dalam jumlah cukup besar. Diare juga
hujan dan kelembaban udara yang terjadi dapat dipicu melalui makanan yang tidak disimpan
seminggu sebelumnya (Athena & Cahyorini, dengan baik sehingga mudah mengalami
2016). kerusakan dan terkontaminasi oleh mikroba. Tidak
Penelitian yang dilakukan oleh Emont, Ko, mencuci tangan pada saat sebelum dan sesudah
Homasi-Paelate, Ituaso-Conway, & Eric J. Nilles memasak dan makan serta sesudah Buang Air
(2017) menunjukkan bahwa terdapat wabah Besar (BAB) juga akan dapat memungkinkan
penyakit diare bersamaan dan tampaknya dipicu terjadinya kontaminasi langsung (Widoyono,
oleh kondisi kekeringan di wilayah Pasifik 2011).
Tengah. Berkurangnya kebiasaan mencuci tangan Usaha menurunkan insiden dan tren kasus
dan cadangan air rumah tangga yang rendah penyakit diare sangat membutuhkan komitmen
selama kekeringan dikaitkan dengan peningkatan bersama baik dari pihak unit pelayanan kesehatan
risiko diare. Hal tersebut dikarenakan cadangan air maupun pihak pemangku kepentingan yang
yang terbatas yang mungkin merupakan faktor berwenang untuk bekerjasama bahu membahu
kunci pendorong wabah di Tuvalu tersebut. Risiko dengan masyarakat dalam memperbaiki praktik air
penyakit diare dua kali lipat lebih tinggi di tingkat bersih, sanitasi lingkungan, dan kebersihan di
rumah tangga pada kasus yang dilaporkan tingkat rumah tangga. Studi atau penelitian lebih
memiliki cadangan air rumah tangga yang rendah lanjut perlu dilakukan untuk menilai perubahan
selama kekeringan. Cadangan air rumah tangga dalam perilaku rumah tangga yang berkaitan dan
yang rendah memiliki kaitan erat dengan bertujuan untuk mempromosikan dan mengurangi
penurunan cuci tangan. Risiko mengalami insiden dan tren penyakit diare (Tetteh et al.,
65 of 67 Firdha Rizkhy Asedha / Jurnal Berkala Epidemiologi, 7 (1) 2019, 60 – 67
2018). Perancangan program intervensi yang dapat mengakibatkan kerusakan kondisi sanitasi
efektif dan strategi pemantauan untuk populasi dan kontaminasi sumber air minum dengan
berisiko merupakan perhatian utama bagi pembuat masuknya patogen dan racun ke dalam badan air.
kebijakan dan manajer program. WHO bekerja Penelitian yang dilakukan Haileamlak (2016) juga
dengan negara – negara mitra untuk menunjukkan bahwa kejadian banjir yang justru
mempromosikan kebijakan dan investasi nasional dapat mendukung munculnya atau meningkatnya
yang mendukung manajemen kasus penyakit diare kejadian penyakit diare, terlebih setelah terjadi
dan komplikasinya serta meningkatkan akses kekeringan parah bertutut-turut lalu terjadi hujan
pemenuhan kebutuhan air minum yang aman dan berlebihan dan timbul banjir adalah faktor yang
sanitasi di negara – negara berkembang (Das, sangat mendukung terjadinya wabah diare.
Chandra, & Saha, 2019). Penelitian oleh Athena &
Cahyorini (2016) menyatakan bahwa pemerintah SIMPULAN
daerah juga perlu meningkatkan upaya preventif
dan promotif dalam pengendalian dan pencegahan Distribusi daerah bencana kekeringan kritis
kejadian diare, diantaranya sosialisasi dan tidak berhubungan dengan angka kejadian
komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit diare di Provinsi Jawa Timur tahun 2017.
pencegahan penyakit diare, meningkatkan Persentase daerah kabupaten/kota bencana
kesadaran warga dalam memelihara kebersihan kekeringan kritis tertinggi Provinsi Jawa Timur
individu dan lingkungan terutama saat puncak tahun 2017 adalah Kabupaten Sampang. Terdapat
musim kemarau atau puncak musim hujan, dan 15 kabupaten/kota yang sama sekali tidak
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat mengalami kekeringan kritis di Provinsi Jawa
(PHBS). Timur pada tahun 2017.
Penelitian yang dilakukan oleh Thiam et al Angka kejadian penyakit diare sendiri di
(2017) menunjukkan bahwa curah hujan tidak Provinsi Jawa Timur tahun 2017 yang paling
berpengaruh terhadap kejadian penyakit diare, tinggi adalah justru berada di Kabupaten Sidoarjo
namun program intervensi kesehatan di musim sedangkan angka kejadian penyakit diare paling
kemarau atau musim hujan masih perlu dilakukan. rendah berada di Kota Probolinggo.
Hal ini dilakukan sebagai upaya pengendalian dan
pencegahan penyakit yang mungkin timbul pada UCAPAN TERIMA KASIH
musim kemarau atau musim hujan. Sumber infeksi
penyakit diare yang mungkin adalah air dan daerah Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
aliran sungai yang terkontaminasi, baik terima kasih kepada bapak Agus Ardiansyah,
dikarenakan pasokan terputus atau penggunaan S.KM, S.E., M.PH., PhD., selaku pembimbing
truk tangki sebagai distributor air (Rufino, Gracie, magang di instansi Badan Penanggulangan
Sena, Freitas, & Barcellos, 2016). Penelitian lain Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur
juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan juga kepada pegawai dan staff di Badan
positif antara suhu lingkungan dengan penyakit Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
diare, tetapi tidak cukup bukti untuk mengatakan Provinsi Jawa Timur yang telah membantu
bahwa kejadian kekeringan akan berdampak pada kelancaran proses penelitian ini.
kenaikan angka kejadian penyakit diare (Levy,
Woster, Goldstein, & Carlton, 2016). REFERENSI
Penelitian yang dilakukan oleh Carlton et al
(2014) menunjukkan bahwa kejadian hujan atau Apriani, F., Setianingsih, Y. D., Muntiah, U.,
curah hujan yang tinggi justru yang memiliki Susanti, K. A., Wicaksono, S. I., & Faruk, A.
risiko besar terhadap penularan penyakit diare (2014). Analisis curah hujan sebagai upaya
daripada periode curah hujan rendah atau kering meminimalisasi dampak kekeringan di
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Beyene, Kabupaten Gunung Kidul tahun 2014.
Deressa, Kumie, & Grace (2018) juga Khazanah, 6(2), 13–22.
menunjukkan hasil serupa yaitu kejadian diare https://doi.org/10.20885/khazanah.vol6.iss2.a
meningkat pada bulan transisi musim kering ke rt2
musim hujan yang suhunya mencapai angka Athena, & Cahyorini. (2016). Hubungan
tertinggi. Peningkatan suhu ini berhubungan variabilitas iklim (curah hujan, suhu, dan
positif dengan kejadian diare. Hari-hari curah kelembaban) dengan kejadian diare di Kota
hujan yang ekstrim dan banjir juga sangat terkait Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Ekologi
dengan morbiditas penyakit diare karena banjir Kesehatan, 15(3), 167–178.
66 of 67 Firdha Rizkhy Asedha / Jurnal Berkala Epidemiologi, 7 (1) 2019, 60 – 67
Azage, M., Kumie, A., Worku, A., Amvrossios, systematic review of relationships between
C., Bagtzoglou, & Anagnostou, E. (2017). diarrheal diseases and temperature, rainfall,
Effect of climatic variability on childhood flooding, and drought. Environmental
diarrhea and its high risk periods in Science and Technology, 50(10), 4905–4922.
northwestern parts of Ethiopia. PLoS ONE, https://doi.org/10.1021/acs.est.5b06186
12(10), 1–18. Loon, A. F. V, & Laaha, G. (2015). Hydrological
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0186933 drought severity explained by climate and
Beyene, H., Deressa, W., Kumie, A., & Grace, D. catchment characteristics. Journal of
(2018). Spatial, temporal, and spatiotemporal Hydrology, 526(7), 3–14.
analysis of under-five diarrhea in Southern https://doi.org/10.1016/j.jhydrol.2014.10.059
Ethiopia. Tropical Medicine and Health, Munir, M. M., Sasmito, B., & Haniah. (2015).
46(18), 1–12. https://doi.org/10.1186/s41182- Analisis pola kekeringan lahan pertanian di
018-0101-1 Kabupaten Kendal dengan menggunakan
Carlton, E. J., Eisenberg, J. N. S., Goldstick, J., algoritma thermal vegetation index dari citra
Cevallos, W., Trostle, J., & Levy, K. (2014). satelit modis terra. Jurnal Geodesi
Heavy rainfall events and diarrhea incidence: Universitas Diponegoro, 4(4), 174–180.
The role of social and environmental factors. Mursidi, A., & Sari, A. D. P. (2017). Management
American Journal of Epidemiology, 179(3), of drought disaster in Indonesia. Jurnal
344–352. https://doi.org/10.1093/aje/kwt279 Terapan Manajemen dan Bisnis, 3(2), 165–
Darojati, N. W., Barus, B., & Sunarti, E. (2015). 171.
Pemantauan Bahaya Kekeringan Di Padji, H. M., & Sudarmadji. (2017). Curah hujan,
Kabupaten Indramayu Monitoring Hazard Of kelembapan, kecepatan angin, ketersediaan
Drought In Indramayu. Jurnal Tanah air bersih, dan kasus diare di daerah kering
Lingkungan, 17(2), 60–68. Kupang. Berita Kedokteran Masyarakat,
Das, S., Chandra, H., & Saha, U. R. (2019). 33(10), 475–482.
District level estimates and mapping of Presiden RI. (2007). Undang-undang Republik
prevalence of diarrhoea among under-five Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang
children in Bangladesh by combining survey penanggulangan bencana. Jakarta:
and census data. PLoS ONE, 14(2), 1–19. Pemerintah Negara Kesatuan Republik
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0211062 Indonesia.
Emont, J. P., Ko, A. I., Homasi-Paelate, A., Ituaso- Purwanto, & Supangat, A. B. (2017). Perilaku
Conway, N., & Eric J. Nilles, E. J. (2017). konsumsi air pada musim kemarau di Dusun
Epidemiological investigation of a diarrhea Pamor, Kabupaten Grobogan. Jurnal
outbreak in the South Pacific Island Nation of Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan,
Tuvalu during a severe la niña–associated 14(3), 157–169.
drought emergency in 2011. The American https://doi.org/10.20886/jpsek.2017.14.3.157
Journal of Tropical Medicine and Hygiene, -169
96(3), 576–582. Rahman, H. F., Widoyo, S., Siswanto, H., &
https://doi.org/10.4269/ajtmh.16-0812 Biantoro. (2016). Faktor-faktor yang
Haileamlak, A. (2016). Why is the acute watery berhubungan dengan kejadian diare di Desa
diarrhea in Ethiopia attaining extended Solor Kecamatan Cermee Bondowoso.
course? Ethiopian Journal of Health NurseLine Journal, 1(1), 24–35.
Sciences, 26(5), 408. https://doi.org/2540-7937
https://doi.org/10.4314/ejhs.v26i5.1 Rufino, R., Gracie, R., Sena, A., Freitas, C. M. de,
Indarto, Wahyuningsih, S., Pudjojono, M., Ahmad, & Barcellos, C. (2016). Diarrhea outbreaks in
H., & Ahmad, Y. (2014). Studi pendahuluan northeastern Brazil in 2013, according to
tentang penerapan metode ambang bertingkat media and health information systems –
untuk analisis kekeringan hidrologi pada 15 Surveillance of climate risk and health
DAS di wilayah Jawa Timur. Jurnal emergencies. Ciência & Saúde Coletiva,
Agroteknologi, 8(2), 112–121. 21(3), 777–788.
Kemenkes RI. (2011). Situasi diare di Indonesia. https://doi.org/10.1590/1413-
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 81232015213.17002015
Levy, K., Woster, A. P., Goldstein, R. S., & Surmaini, E. (2016). Pemantauan dan peringatan
Carlton, E. J. (2016). Untangling the impacts dini kekeringan pertanian di Indonesia.
of climate change on waterborne diseases: a Jurnal Sumberdaya Lahan, 10(1), 37–50.
67 of 67 Firdha Rizkhy Asedha / Jurnal Berkala Epidemiologi, 7 (1) 2019, 60 – 67