FITOFARMAKA
(Kaempferia galanga L)
OLEH :
(201210410311177)
KELAS : A
KELOMPOK : 1
2015
I. TUJUAN KEGIATAN
Mahasiswa mampu melakukan standarisasi parameter non spesifik meliputi penetapan
kadar abu total, kadar abu tidak larut dalam asam, dan susut pengeringan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap, termasuk air,
ditetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 105°
hingga bobot tetap (FI IIII).
Cara Penentuan:
1. Campur dan timbang seksama zat uji, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, lakukan penetapan menggunakan 1 gr – 2 gr. Apabila zat uji berupa hablur
besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2 mm.
2. Tara botol dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30 menit pada
kondisi seperti yang akan digunakan dalam penetapan.
3. Masukan zat uji kedalam botol timbang tersebut, dan timbang seksama botol beserta
isinya. Perlahan-lahan, dengan menggoyangkannya, ratakan zat uji sampai setinggi 5
mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari 10 mm.
4. Masukan kedalam oven, buka sumbat dan biarkan sumbat ini dari dalam oven.
Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti yang tertera dalam monografi.
2.2 Penetapan Kadar Abu Total
Kadar abu merupakan campuran dari komponen organik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air,
sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat
organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu
bahan pangan. Bahan-bahan organic dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk
menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Penggilingan
gandum, misalnya, apabila masih banyak lembaga dan endosperm maka kadar abu yang
dihasilkannya tinggi. Banyaknya lembaga dan endosperm pada gandum menandakan
proses pengolahan kurang baik karena masih banyak mengandung bahan pengotor yang
menyebabkan hasil analisis kadar abu menjadi tidak murni. Kandungan abu juga dapat
digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan. Kadar
abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada analisis kadar abu tidak larut asam yang
cukup tinggi menunjukan adanya kontaminan atau bahan pengotor pada makanan
tersebut. Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengabuan cara
langsung (cara kering) dan pengabuan cara tidak langsung (cara basah).
Masukkan
dalam eksikator
Filtrat dimasukkan dalam krus, Jika arang tidak hilang, + air panas
diuapkan, dipijar ad bobot tetap lalu dan disaring dengan kertas saring
ditimbang. Dihiting kadar terhadap bebas abu. Sisa kertas saring
bahan yang telah dikeringkan diudara. dipijarkan dalam krus yang sama
Hitung kadar abu yang tidak larut Dicuci dengan air panas, dipijar ad
asam terhadap bahan yang telah bobot tetap, ditimbang.
dikeringkan diudara.
IV. HASIL
V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN