Anda di halaman 1dari 13

BAB VIII

ANALISIS ARAHAN PENGEMBANGAN KOTA

8.1 Tujuan Penataan BWP


Tujuan Penataan ruang wilayah pada RDTR mengacu pada dokumen-
dokumen dengan cangkupan dan hirarki diatasnya. Hal ini karena
perencanaannya berjalan dengan arah pembangunan yang sama dan selarasnya
rencana yang dihasilkan. Sehingga dalam perumusan tujuan penataan ruang
wilayah dalam RDTR mengacu pada tujuan RTRW, RPJP , RPJM D. Tujuan
penataan ruang wilayah yang tercantum pada RTRW KabupatenBantul adalah
“Mewujudkan penataan ruang Kabupaten sebagai kawasan agro industri dan
agro forestry yang seimbang dan lestari dalam pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya buatan”. Bahwa tujuan penataan ruang ini diharapkan untuk
mendukung peran dan dapat mengoptimalkan pengembangan dan menimalisir
masalah.Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah disusun kebijakan
penataan ruang wilayah kabupaten. Berikut adalah kebijakan dan strategi
penataan ruang wilayah tersebut:
1. pengendalian dan peningkatan dalam pertanian pangan berkelanjutan;
2. pemerataan pusat – pusat pertumbuhan ekonomi;
3. pengelolaan sumber daya alam dan buatan berbasis kelestarian
lingkungan hidup;
4. pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
ekologis;
5. pengembangan nilai – nilai sosial dan budaya;
6. pengendalian kegiatan pada kawasan rawan bencana; dan

Dengan adanya kebijakan atau arahan ini adanya peningkatan potensi –potensi
yang ada, salah satu potensi yaitu perdagangan dimana untuk terwujudnya
pemerataan pusat ekonomi. Selain itu juga jasa dan industri pada kawasan
Wilayah Perencanaan Bantul. Untuk tujuan pada RPJP Kabupaten Bantul
Tahun 2005–2025 adalah Terwujudnya masyarakat Bantul yang maju,
sejahtera, adil, damai dan demokratis.
Pembangunan kabupaten Bantul diharapakan dapat meninggakatkan dan
mewujudkan suatu kesejahteraan masyarakat dan daerah. Pada tujuan ini
diharapkan Wilayah Perencanaan Bantul dapat mencapai:
a) Pusat perkembangan perdagangan dan jasa yang merupakan bagian dari
kepentingan ekonomi wilayah di sekitarnya,
b) Maju dalam berbagai bidang terutama bidang ekonomi yaitu
perdagangan,
c) Pemerataan kesejahteraan masyarakat dapat terpenuhi dari sector
perdagangan dan jasa yang dimiliki

Selain itu, melihat dari tujuan pembangunan selama 5 tahun menurut


RPJMD Kabupaten Bantul adalah “Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih
Menuju Masyarakat Bantul yang Sejahtera”. Makna dari Pemerintahan yang
bersih, memiliki arti bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip good government. Masyarakat yang sejahtera ditandai
tingginya pendapatan per kapita penduduk, pemerataan pendidikan bagi
masyarakat, tingginya derajat kesehatan masyarakat, menurunnya jumlah
penduduk miskin, terciptanya iklim investasi, meningkatnya jumlah lapangan
kerja di berbagai sektor usaha terutama sektor perdagangan dan jasa,
ketersediaan infrastruktur dasar dan terciptanya kelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan tujuan tersebut diharapkan dapat mendukung Wilayah
Perencanaan Bantul sebagai pusat pengembangan perdagangan dan jasa untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Berdasarkan pada arahan kebijakan
diatas, maka tujuan penataan ruang Wilayah Perencanaan Bantul adalah
“Mewujudkan ruang kota berbasis transit yang medukung pengembangan
perdagangan dan jasa.”

8.2 Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Bantul


Struktur ruang menggambarkan hierarki sistem kota dan perkotaan serta fungsi
yang diemban suatu wilayah kota sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat. Struktur ruang kotaa sangat penting untuk memberikan arahan
yang jelas tentang peran bagian kota dalam rangka memberikan pelayanan bagi
masyarakat kota secara keseluruhan.
8.2.1 Penentuan Pusat Pelayanan
Pusat pelayanan yaitu tempat terkonsentrasinya bangunan-bangunan sosial,
ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan sebuah kawasan perkotaan. Ciri-
ciri pusat pelayanan yaitu:
a. Pusat pelayanan biasanya mempunyai skala pelayanan berjenjang.
b. Jenjang ditentukan berdasar pada kelompok penduduk.
c. Kelompok di identifikasikan menuruut jenis fasilitas tertentu, misal
pendidikan atau perdagangan.
Jenis pusat pelayanan:
1. Pusat kota, pusat pelayanan yang melayani kelompok penduduk kota.
2. Pusat BWP, pusat pelayanan yang melayani kelompok penduduk
jenjang dibawah pusat kota dan berorientasi pada pusat kota.
3. Pusat sub-BWP, pusat pelayanan yang melayani kelompok penduduk
jenjang dibawah BWP dan berorientasi dengan salah satu pusat BWP.

1. Pusat Kota
Pusat kota merupakan kawasan pusat pelayanan serta simpul kegiatan
masyarakat pada suatu wilayah kota. Pusat kota identik dengan
pemusatan seluruh fasilitas pelayanan seperti perdagangan dan jasa,
fasilitas pendidikan, pemerintahan serta peribadatan skala besar/skala
kota. Orientasi pergerakan masyarakat kota menentukan suatu kawasan
menjadi pusat kota dengan berbagai kompleksitas kegiatan.
Karakteristik pusat kota di antaranya sebagai berikut :
1. Letaknya strategis.
2. Penggunaan tanahnya berbeda dengan area di sekitarnya, dimana
konsentrasi gedung maupun kantor pemerintah tinggi, kemudian
terdapat bangunan-bangunan perkantoran yang tinggi serta
memiliki nilai tanah yang tinggi, merupakan pusat kegiatan
ekonomi masyarakat, banyak pertokoan besar maupun kecil.
3. Arus lalu lintas tinggi, banyak aktivitas pejalan kaki, serta
banyaknya ketersediaan serta penggunaan kendaraan umum.
Berdasarkan keterangan tersebut, ditentukan bahwa pusat kota
Kawasan Perkotaan Bantul terletak di kawasan sekitar alun-alun Kota
Bantul. Hal tersebut dikarenakan:
1. Terdapat pemusatan kawasan perkantoran, perdagangan, dan jasa
2. Adanya pergerakan internal yang intensif di sekitar kawasan
3. Dapat dijangkau dari berbagai arah dari Kawasan Perkotaan
Bantul, maupun daerah diluar sekitar kawasan perkotaan
4. Sebagai pusat pertumbuhan bagi Kawasan Perkotaan Bantul
2. Pusat Pelayanan Primer
Fungsi primer adalah fungsi-fungsi pelayanan yang memiliki skala
Regional. Pada saat ini di Kawasan Perkotaan Bantul terdapat pusat
pelayanan skala regional berupa kegiatan industri besar, kecil, dan rumah
tangga. Pusat pelayanan ini melayani skala regional dan terdapat di
Kelurahan Sogaten dan Kelurahan Patihan.
3. Pusat Pelayanan Sekunder
Pusat sekunder adalah fungsi pelayanan dengan skala pelayanan kota.
Fungsi sekunder dapat ditempatkan pada lokasi-lokasi yang mudah
dijangkau dengan pergerakan di dalam kota (dilalui oleh trayek angkutan
umum). Penempatan fungsi pusat sekunder ini dibuat dengan cara
mengelompokkan sarana-sarana yang ada, untuk lebih mengefisiensikan
aksesibilitas bagi penduduk kota, atau minimal terdapat kosentrasi lokasi
dalam satu penggal jalan utama kota. Pusat pelayanan sekunder di
Kawasan Perkotaan Bantul berupa perdagangan dan jasa, pendidikan,
perumahan, kesehatan, peribadatan, perhubungan,
pariwisata, pendidikan, cagar budaya, dan kawasan khusus, Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, pertanian, dan sebagian kecil untuk
Ruang Terbuka Hijau (RTH)/konservasi.
4. Pusat Pelayanan BWP
Bagian wilayah perkotaan adalah suatu kesatuan wilayah dari kota yang
bersangkutan dan merupakan wilayah yang terbentuk secara fungsi dan
administrasi dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan kegiatan
daerah. Pusat pelayanan BWP hanya memiliki fungsi melayani penduduk
dalam lingkup Bagian Wilayah Kota. Penempatan pusat-pusat BWP
diperlukan pengembangan pada simpul-simpul yang mudah untuk
dijangkau dari berbagai bagian wilayah dalam lingkup BWP sesuai
dengan karakteristik jalan yang ada.
5. Pusat Lingkungan
Sebagai hasil produk Rencana Detail Tata Ruang perlu adanya penetapan
pusat pelayanan skala unit lingkungan. Pelayanan unit lingkungan ini
merupakan pelayanan yang memiliki skala terbatas untuk melayani
produk dalam lingkungan.

8.2.2 Penentuan Jaringan


Dalam struktur ruang, jaringan berfungsi dalam menghubungkan kegiatan-
kegiatan kota supaya kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Jaringan jalan yang melayani skala regional menggunakan kelas jalan
primer (arteri/kolektor). Sedangkan jaringan jalan pada skala kota
menggunakan jaringan jalan dengan kelas sekunder (arteri/kolektor).

8.2.3 Struktur Ruang kawasan Perkotaan Bantul


Seperti yang telah dijelaskan diatas, struktur ruang menggambarkan hierarki
sistem kota dan perkotaan serta fungsi yang diemban suatu wilayah kota
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat berupa pusat
pelayanan dan jaringan yang memiliki hubungan fungsional. Berikut adalah
struktur ruang Kawasan Perkotaan Bantul:
8.3 Bagian Wilayah Perkotaan
8.3.1 Konsep Pengembangan BWP
Berdasarkan pada seluruh fungsi dan karakteristik spesifik yang ada pada
tiap wilayah di Perkotaan Bantul, maka dirumuskan tujuan penetapan BWP
Kota Bantul adalah: “Mewujudkan Kawasan Perkotaan Bantul sebagai
Pusat Pengembangan WP Bantul dan Sekitarnya Melalui Peningkatan
Fungsi Pelayanan Serta Sebagai Kawasan Pusat Pertumbuhan
Perekonomian”.
Adapun sasaran yang untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah:
1. Meningkatkan fungsi pelayanan kota baik fasilitas umum dan utilitas
2. Tersedianya aksesibilitas internal dan eksternal yang baik
3. Tersedianya jaringan prasarana dan sarana yang memadai untuk
terwujudnya kawasan atau kegiatan perdagangan dan jasa berskala
regional
8.3.2 Pembagian BWP
Selain fungsi-fungsi umum, Kawasan Perkotaan Bantul memiliki pusat-
pusat yang membentuk fungsi primer dan fungsi sekunder, yang terbagi
dalam Bagian Wilayah Perkotaan (BWP). BWP pada Kawasan Perkotaan
Bantul juga dikembangkan untuk mendukung peran dan fungsi Kawasan
Perkotaan Bantul secara umum. Pertimbangan yang dilakukan dalam
penetapan pembagian BWP di Kawasan Perkotaan Bantul adalah sebagai
berikut :
a. BWP I Kecamatan Manguharjo
Kecamatan Manguharjo sesuai dengan arahan RTRW Kota Bantul
memiliki arahan kegiatan berupa fungsi primer (F1) kegiatan industri
besar, sedang, kecil dan rumah tangga, maupun fungsi sekunder (F2)
perdagangan dan jasa, pendidikan, perumahan, kesehatan, peribadatan,
perhubungan, pariwisata, cagar budaya, dan kawasan khusus, tempat
pembangan akhir (TPA) sampah, pertanian dan sebagian kecil untuk
RTH/konservasi. Kegiatan yang diarahkan untuk dikembangkan di BWP
1 adalah:
1. Pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan
2. Pusat pelayanan industri skala regional
3. Pusat pelayanan perhubungan
4. Pusat pelayanan kesehatan skala regional
5. Pusat pelayanan pendidikan skala regional
6. Perumahan berkepadatan rendah
b. BWP II Kecamatan Kartoharjo
BWP Kecamatan Kartoharjo memiliki arahan kegiatan berupa fungsi
primer (F1) kegiatan industri dan fungsi sekunder (F2) kawasan lindung,
perumahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, perkantoran, olah raga,
perdagangan, dan sebagian kecil utnuk kerajinan dan pariwisata.
Kegiatan yang diarahkan dikembangkan di BWP II antara lain:
1. Pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan
2. Pusat pelayanan perdagangan dan jasa skala regional
3. Pusat pelayanan kesehatan skala regional
4. Pusat pelayanan pendidikan skala regional
5. Pusat pelayanan kegiatan wisata
6. Pusat pelayanan perumahan berkepadatan sedang
c. BWP III Kecamatan Taman
BWP Kecamatan Taman memiliki arahan kegiatan berupa fungsi primer
(F1) kegiatan industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga serta fungsu
sekunder (F2) perumahan, pendidian, perkantoran, peribadatan,
kesehatan, perdagangan dan jasa, pariwisata budaya, pertanian dan
sebagian kecil untuk RTH/konservasi. Kegiatan yang diarahkan
dikembangkan di BWP III antara lain:
1. Pusat pelayanan skala kecamatan
2. Pusat perdagangan dan jasa skala regional
3. Pusat pendidikan skala regional
4. Pusat industri kecil dan rumah tangga
5. Pusat pelayanan perumahan berkepadatan sedang-tinggi.
8.4 Pola Ruang Kawasan Perkotaan Bantul
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang fungsi
budi daya. Rencana pola ruang berfungsi sebagai:
a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta
kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP;
b. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya; dan
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria:


a. Mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW
kabupaten/kota;
b. Mengacu pada konsep ruang (khusus untuk RDTR kawasan perkotaan di
kabupaten);
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dan infrastruktur dalam BWP;
d. Memperkirakan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial
ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan, khususnya untuk kawasan
perkotaan yang memiliki kegiatan yang berpotensi menimbulkan
bangkitan yang cukup besar;;
e. Mempertimbangkan ketersediaan ruang yang ada;
f. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
g. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk
dampak perubahan iklim; dan
h. Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial,
budaya, dan ekonomi masyarakat.

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:


a. Zona lindung yang meliputi:
1) zona hutan lindung (HL);
2) zona yang memberikan perlindungan terhadap zona dibawahnya
(PB) yang meliputi: zona lindung gambut (LG); dan zona resapan
air (RA).
3) zona perlindungan setempat (PS) yang meliputi: zona sempadan
pantai (SP); zona sempadan sungai (SS); zona sekitar danau atau
waduk (DW) termasuk situ dan embung; dan/atau zona sekitar
mata air (MA).
4) zona RTH kota (RTH) yang meliputi: hutan kota (RTH-1); taman
kota (RTH-2); taman kecamatan (RTH-3); taman kelurahan
(RTH-4); taman RW (RTH-5); taman RT (RTH-6); dan/atau
pemakaman (RTH-7).
5) zona konservasi (KS) yang meliputi: cagar alam (KS-1); suaka
margasatwa (KS-2); taman nasional (KS-3); taman hutan raya
(KS-4); dan/atau taman wisata alam (KS-5).
6) zona lindung lainnya. Pengkodean zona dan subzona lainnya
diatur sendiri oleh masing-masing daerah sesuai dengan
kebutuhan.
b. Zona budi daya yang meliputi:
1) zona perumahan (R), yang dapat dirinci kedalam zona perumahan
berdasarkan tingkat kepadatan bangunan dan/atau tingkat
kemampuan/keterjangkauan kepemilikan rumah, contoh:
a) berdasarkan tingkat kepadatan bangunan: kepadatan sangat
tinggi (R-1), tinggi (R-2), sedang (R-3), rendah (R-4), dan
sangat rendah (R-5); atau
b) berdasarkan tingkat kemampuan/keterjangkauan kepemilikan
rumah: rumah mewah (Rm), rumah menengah (Rh), rumah
sederhana (Rs), dan rumah sangat sederhana (Ra).
2) zona perdagangan dan jasa (K), yang meliputi:
a) perdagangan dan jasa skala kota (K-1);
b) perdagangan dan jasa skala BWP (K-2); dan/atau
c) perdagangan dan jasa skala sub BWP (K-3).
3) zona perkantoran (KT);
4) zona sarana pelayanan umum (SPU), yang meliputi:
a) sarana pelayanan umum skala kota (SPU-1);
b) sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2);
c) sarana pelayanan umum skala kelurahan (SPU-3); dan/atau
d) sarana pelayanan umum skala RW (SPU-4).
5) zona industri (I), yang meliputi:
a) kawasan industri (KI); dan/atau
b) sentra industri kecil menengah (SIKM).
6) zona lainnya, yang dapat berupa pertanian, pertambangan, ruang
terbuka non hijau, sektor informal, pergudangan, pertahanan dan
keamanan, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA), pengembangan nuklir, pembangkit
listrik, dan/atau pariwisata. Pengkodean zona dan subzona lainnya
diatur sendiri oleh masing-masing daerah sesuai dengan
kebutuhan.
7) zona campuran (C), yang meliputi perumahan dan
perdagangan/jasa, perumahan dan perkantoran, perdagangan/jasa
dan perkantoran. Penggunaan kategori zona campuran di dalam
rencana zonasi bertujuan untuk mendorong pertumbuhan suatu
bagian kawasan perkotaan agar menjadi satu fungsi ruang
tertentu.Kategori zona campuran juga dapat digunakan untuk
mengakomodasi adanya suatu bagian kawasan perkotaan yang
memiliki lebih dari satu fungsi ruang, yang harmonis namun tidak
dapat secara utuh dikategorikan ke dalam salah satu zona.

Secara pola keruangan, Kawasan Perencanaan berpola leap frog atau


meloncat, dengan pusat pertumbuhan di bagian utara Bantul dan bertumbuh
di sepanjang ruas koridor utama hingga kawasan yang di lalui padat. Hal
tersebut memaksa pola pertumbuhan meloncat ke daerah yang kosong atau
memanfaatkan lahan pertanian. Penggunaan lahan dapat dikategorikan
menjadi zona lindung dan budidaya. Zona lindung Kawasan perencanaan
terdiri dari kawasan resapan air atau RTH, sempadan sungai, dan
pemakaman. Zona Budidaya terdiri dari pertanian, permukiman, perdagangan
dan jasa, serta industri, perkantoran, kesehatan, perbibadatan, dan pendidikan.
Berikut Peta Pola Ruang:

Anda mungkin juga menyukai