Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN TERHADAP PEMBEBASAN BERSYARAT

NARAPIDANA SAAT PANDEMI COVID-19 BERDASARKAN


KACAMATA KEWARGANEGARAAN

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Dr. Sri Haryati, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 2:

Anindita Wicaksono I0617008


Aga Prasetya Amanda I0618005
Ainun Khofifah I0618006
Alfisah Nur Ainu I0618007
Almadea Cherish Anissa I0618008

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Narapidana serta Hak dan Kewajibannya.................................................3

2.2. Urgensi Pembebasan Narapidana Selama Masa Pandemi Covid-19........4

2.3. Dampak dari Pembebasan Narapidana......................................................5

2.4. Kaitannya dalam Pembelajaran Kewarganegaraan...................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................7

3.1. Kesimpulan................................................................................................7

3.2. Saran..........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

LAMPIRAN.............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Notonegoro, hak adalah kuasa untuk menerima atau
melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu
dan tidak dapat diterima atau dilakukan oleh pihak lain mana pun juga yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya (Notonegoro dalam
Ristekdikti, 2016). Kemudian Rusnila menyatakan pendapatnya mengenai
Kewajiban Warga Negara dan menurutnya Kewajiban Warga Negara adalah
Kewajiban yang melekat bagi tiap-tiap warga negara, seperti halnya
membayar pajak, membela tanah air, membela pertahanan dan keamanan
negara, dan lain-lain (Rusnila, 2016).
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam batas-batas tertentu telah
dipahami orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang
beraneka ragam dalam kehidupan bernegara, maka apa yang menjadi hak dan
kewajibannya seringkali terlupakan. Dalam kehidupan bernegara kadang kala
hak warga negara berhadapan dengan kewajibannya. Bahkan tidak jarang
kewajiban warga negara lebih banyak dituntut sementara hak-hak warga
negara kurang mendapatkan perhatian.
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan,
narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Harsono, narapidana adalah seseorang
yang telah dijatuhkan vonis bersalah oleh hukum dan harus menjalani
hukuman dan Wilson mengatakan narapidana adalah manusia bermasalah
yang dipisahkan dari masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik
(Harsono dan Wilson dalam Pinasthika, 2013). Dengan demikian, pengertian
narapidana adalah seseorang yang melakukan tindak kejahatan dan telah
menjalani persidangan, telah divonis hukuman pidana serta ditempatkan
dalam suatu bangunan yang disebut penjara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 pasal 1 ayat 2,
pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana dan anak

1
pidana di luar lembaga permasyarakatan setelah menjalani sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) masa pidananya minimal 9 (sembilan) bulan
Jika kita melihat kondisi saat ini, dengan mewabahnya penyakit virus Covid-
19 yang menjadi pandemi di seluruh dunia dan Indonesia juga menjadi salah
satunya, hal ini sangat memberi pengaruh ke berbagai lini sektor, salah
satunya yaitu mengenai hukum khususnya narapidana. Maka dari itu
Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
mengeluarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-
19.PK/01.04.04 tentang Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak
Melalui Asimilasi dan Integrasi dalam Rangka Pencegahan dan
Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Dalam keputusan menteri tersebut
dijelaskan, salah satu pertimbangan dalam membebaskan para napi adalah
tingginya tingkat hunian di lembaga permasyarakat, lembaga pembinaan
khusus anak dan rumah tahanan negara sehingga rentan terhadap penyebaran
virus Covid-19. Namun beberapa hari setelah adanya kebijakan tersebut dan
narapidana dibebaskan, banyak kasus baru yang muncul yaitu eks narapidana
ditemui melakukan tindak kriminal lagi. Maka dari itu, kebijakan tersebut
berpotensi menimbulkan permasalahan baru karena saat dibebaskan mereka
akan kesulitan mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di
tengah wabah virus Covid-19, yang tentu saja akan berdampak terhadap
aspek sosial, ekonomi, serta keamanan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu narapidana?
2. Apa hak dan kewajiban narapidana menurut undang-undang?
3. Apa urgensi dalam melakukan pembebasan narapidana pada saat
pandemi?
4. Apa dampak yang timbul dari pembebasan narapidana?
5. Bagaimana pembebasan narapidana dilihat dari kacamata PPKN?

2
1.3. Tujuan
Mengetahui tingkat urgensi dalam melakukan pembebasan narapidana
disaat masa pandemi dengan mempertimbangkan permasalahan yang timbul
dilihat dari kacamata PPKN.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Narapidana serta Hak dan Kewajibannya


Narapidana adalah orang yang menjalani pidana dalam lembaga
pemasyarakatan (Jonaedi, 2016). Berdasarkan Pasal 1 ayat 7 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah
terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap. Seorang narapidana memiliki beberapa hak dan kewajiban. Hak
narapidana sebagaimana diatur dalam pasal 14 ayat (1) Undang- Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu: melakukan ibadah
sesuai dengan agama atau kepercayaan, mendapat perawatan, baik perawatan
rohani maupun jasmani; mendapatkan pendidikan dan pengajaan;
mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; menyampaikan
keluhan; mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa
lainnya yang tidak dilarang; mendapat upah atau premi atas pekerjaan yang
dilakukan; menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang
tertentu lainnya; mendapat pengurangan masa pidana (remisi); mendapatkan
kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga, mendapatkan
pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang bebas, serta
mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan kewajiban narapidana yang tercantum pada Pasal 23 Naskah
Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Pemasyarakatan antara lain:
mengikuti program pembinaan yang meliputi kegiatan perawatan jasmani dan
rohani, serta kegiatan tertentu lainnya dengan tertib; mengikuti bimbingan
dan pendidikan agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya; mengikuti

3
kegiatan latihan kerja yang dilaksanakan selama 7 (tujuh) jam dalam sehari;
mematuhi peraturan tata tertib lapas selama mengikuti program kegiatan;
memelihara sopan santun, bersikap hormat dan berlaku jujur dalam segala
perilakunya, baik terhadap sesama penghuni dan lebih khusus terhadap
seluruh petugas; menjaga keamanan dan ketertiban dalam hubungan interaksi
sesama penghuni; melaporkan kepada petugas segala permasalahan yang
timbul dalam penyelenggaraan pembinaan narapidana, lebih khusus terhadap
masalah yang dapat memicu terjadinya gangguan kamtib; menghindari segala
bentuk permusuhan, pertikaian, perkelahian, pencurian, dan pembentukan
kelompok-kelompok solidaritas di antara penghuni di dalam lapas; menjaga
dan memelihara segala barang inventaris yang diterima dan seluruh sarana
dan prasarana dalam penyelenggaraan pembinaan narapidana; serta menjaga
kebersihan badan dan lingkungan dalam lapas.

2.2. Urgensi Pembebasan Narapidana Selama Masa Pandemi Covid-19


Sebagai dampak dari adanya penyebaran pandemi Covid-19, pemerintah
Indonesia terus mengeluarkan berbagai kebijakan yang dimaksudkan untuk
memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19. Salah satu kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah dan menjadi perbincangan hangat oleh berbagai
kalangan adalah kebijakan mengenai pembebasan narapidana. Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna H. Laoly
mengeluarkan kebijakan terkait pembebasan narapidana di tengah pandemi
Covid-19 atas rekomendasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pembebasan narapidana di tengah pandemi Covid-19 atas rekomendasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak hanya dilakukan oleh Indonesia,
melainkan dilakukan oleh beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat,
Inggris, Iran, Bahrain, Israel, Yunani, Polandia, Brazill, Afghanistan, Tunisia,
Kanada, dan Prancis. Ketentuan pembebasan narapidana diatur dalam
Keputusan Menteri Hukum dan HAM bernomor M.HH-19.PK/01.04.04
Tentang Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui
Asimilasi dan Integrasi. Berdasarkan kebijakan tersebut, yang akan
mendapatkan asimilasi dan integrasi adalah narapidana umum dan anak.
Sementara itu, narapidana yang melakukan kasus pelanggaran berat seperti

4
korupsi, narkotika, psikotropika, kejahatan HAM berat, kejahatan
transnasional terorganisir dan terorisme tidak akan mendapatkan hak yang
sama.
Kebijakan pembebasan narapidana dilakukan selain karena alasan
kemanusiaan juga untuk mencegah para narapidana terinfeksi Covid-19 di
dalam lembaga pemasyarakatan, lembaga pembinaan khusus anak dan rumah
tahanan negara mengingat tingginya tingkat hunian di lembaga
permasyarakatan, lembaga pembinaan khusus anak, dan rumah tahanan
negara. Hingga 11 April 2020, Kemenkumham tercatat telah membebaskan
36.554 narapidana lewat asimilasi dan integrasi. Dari jumlah tersebut, 33.902
napi dan 805 anak binaan bebas melalui proses asimilasi serta 1.808 napi dan
39 anak binaan bebas lewat integrasi.

2.3. Dampak dari Pembebasan Narapidana


Keputusan Kemenkumham mengenai pembebasan narapidana akibat
imbas penyebaran pandemi Covid-19 menimbulkan gejolak atau pro dan
kontra di ruang publik. Golongan yang pro terhadap keputusan
Kemenkumham beranggapan bahwa dengan adanya asimilasi tersebut dapat
mencegah penularan Covid-19 di dalam rumah tahanan (rutan). Selain itu,
alasan kemanusiaan juga menjadi dasar pertimbangan mereka. Sedangkan
golongan yang kontra beranggapan bahwa dengan adanya keputusan tersebut
justru akan menimbulkan kecemburuan bagi narapidana lain yang tidak
mendapatkan asimilasi dan narapidana yang bebas berpotensi untuk
melakukan tindakan kriminal lagi. Hal tersebut terbukti terjadi karena selang
beberapa hari setelah dibebaskan terdapat beberapa peristiwa kriminal di
sejumlah daerah yang melibatkan para narapidana yang telah dibebaskan
tersebut. Tindak pidana yang dilakukan oleh mantan narapidana setelah bebas
cukup bervariasi seperti menjadi kurir narkoba, mencuri, hingga terlibat
dalam aksi penjambretan di sejumlah lokasi. Sehingga dengan adanya
keputusan mengenai pembebasan narapidana justru menimbulkan berbagai
permasalahan baru.

5
2.4. Kaitannya dalam Pembelajaran Kewarganegaraan
Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa terdapat beberapa hak dan
kewajiban warga negara yang perlu dijalankan sesuai dengan peran dan status
mereka. Terdapat upaya dari pemerintah dalam keputusan pembebasan
narapidana ini untuk melindungi setiap warga negara serta memenuhi hak
asasi manusia atas hak kelangsungan hidup. Setiap narapidana berhak untuk
memperoleh perlindungan serta perawatan yang layak secara jasmani dan
rohani sehingga dengan adanya pandemi ini diperlukan adanya perhatian
terhadap kondisi dan potensi penyebaran virus di dalam sel tahanan. Oleh
karena itu terbentuklah keputusan pembebasan narapidana berdasarkan alasan
kemanusiaan dan untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 di lingkungan
lembaga pemasyarakatan dan lembaga pembinaan khusus anak dan rumah
tahanan Negara.
Narapidana yang dibebaskan merupakan tanggungjawab pengawasan
oleh jaksa di tempat terpidana berdiam (Pranata, 2018). Berdasarkan
ketentuan Pasal 30 dalam UU No. 16 tahun 2004, salah satu tugas lembaga
kejaksaan adalah melakukan pengawasan dalam pembebasan bersyarat bagi
narapidana. Pembebasan bersyarat menurut Pandjaitan dan Widiarty (dalam
Fuadi dkk, 2015) merupakan fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang
merupakan salah satu dari bagian sistem peradilan pidana Indonesia yaitu
Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan.
Namun pada kenyataannya, terdapat banyak problematika yang timbul
akibat adanya pembebasan tersebut. Terdapat oknum narapidana yang
kembali melakukan tindak kejahatan. Hal tersebut tentunya mengganggu
kenyamanan orang lain dan melanggar kewajiban sebagai warga negara
dalam menaati hukum yang berlaku serta tidak menjaga ketertiban dan
keamanan bersama. Keseimbangan antara hak dan kewajiban memang sangat
perlu diperhatikan, seperti pada kasus ini pemerintah sudah mengupayakan
yang terbaik untuk menjalankan kewajibannya dan memenuhi hak-hak warga
negaranya dan kita sebagai warga negara yang telah dipenuhi hak-haknya
juga seharusnya mampu menjalankan kewajiban kita dengan baik dengan
tidak melanggar hak orang lain, mentaati hukum yang berlaku, serta menjaga

6
ketertiban dan keamanan bersama. Selain itu, adanya problematika yang
terjadi merupakan bahan evaluasi bagi kejaksaan yang dalam hal ini memiliki
kewenangan melakukan pengawasan terhadap narapidana yang dibebaskan
untuk lebih meningkatkan dan mengoptimalkan sistem kerja yang dilakukan.

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setiap warga Negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban sama
halnya dengan narapidana yang berada pada tahanan. Narapidana memiliki
hak yaitu mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak dan
mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
seperti hak perlindungan diri dan hakcatas rasa aman . Sehubungan dengan
adanya pandemi Covid-19, narapidana berhak untuk memperoleh
perlindungan serta perawatan yang layak secara jasmani dan rohani sehingga
diperlukan adanya perhatian terhadap kondisi dan potensi penyebaran virus di
dalam sel tahanan. Menindaklanjuti hak tersebut, akhirnya pemerintah
mengeluarkan kebijakan mengenai pembebasan narapidana yang diatur dalam
Keputusan Menteri Hukum dan HAM bernomor M.HH-19.PK/01.04.04
Tentang Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui
Asimilasi dan Integrasi atas rekomendasi dari PBB. Sehubungan dengan hal
tersebut, terdapat pro dan kontra mengenai pembebasan narapidana seperti
adanya asimilasi tersebut dapat mencegah penularan Covid-19 di dalam
rumah tahanan namun dapat menimbulkan kecemburuan bagi narapidana lain
yang tidak mendapatkan pembebasan serta napi yang dibebaskan dianggap
akan melakukan tindak kriminal kembali seperti yang terjadi selang beberapa
waktu pembebasan terdapat aksi pencurian/penjabretan yang melibatkan napi.
Hal tersebut telah melanggar kewajiban warga Negara untuk menaati hukum
yang berlaku dan menjaga ketertiban serta keamanan bersama.

3.2. Saran
Selayaknya kita menjadi warga Negara Indonesia tentunya harus
memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hidup dalam negara
demokratis pun kita harus memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak
asasi yang dimiliki oleh orang lain. Selain itu untuk napi yang dibebaskan
tentunya harus melalui pembinaan, pelatihan dan pemeriksaan secara
psikologi apakah sikap dan pemikiran mereka sudah siap untuk dibebaskan.
Serta perlu adanya pemantauan dan pengawasan yang ketat oleh kejaksaaan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Feri Setyawan. 2020. Yasonna : Pembebasan Napi saat Corona Rekomendasi PBB. Diakses
April 19, 2020 pada website https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200416152520-20-
494204/yasonna-pembebasan-napi-saat-corona-rekomendasi-pbb.
Fuadi, Samil, Din, Mohd, dan Ali, Dahlan. 2015. Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana. Jurnal
Ilmu Hukum 3 (1). Diakses April 19, 2020 pada website
http://jurnal.unsyiah.ac.id/MIH/article/view/4755/4104
Jonaedi, Efendi dkk. 2016. Kamus Instilah Hukum Populer. Jakarta: Prenamedia Group.
Keputusan Menteri Nomor M.HH-19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang Pengeluaran dan
Pembebasan Narapidana dan Anak melalui Asimilasi dan Integrasi dalam Rangka
Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta [Ristekdikti].
Naskah Akademik RUU Tahun 2017 tentang Pemasyarakatan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.2.PK.04-10
Tahun 2007 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat,
Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat.
Pinasthika, Daud. 2013. Pemenuhan Hak-Hak Narapidana Selama Menjalani Masa Pidana di
Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Yogyakarta [Skripsi] Fakultas Hukum Universitas
Atmajaya Yogyakarta. Diakses April 19, 2020 pada website http://e-
journal.uajy.ac.id/4583/1/ringkasan%20skripsi.pdf
Pranata, Romi Adytia. 2018. Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Pembebasan Bersyarat. Jurnal
Ilmiah Universitas Mataram. Diakses April 20, 2020 pada website
https://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/ROMI-ADYTIA-P-D1A212397-1.pdf
Ramadhan, Ardito. 2020. Pembebasan 30.000 Narapidana Akibat Wabah Virus Corona. Diakses
pada April 20, 2020 pada website
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/01/09314561/pembebasan-30000-narapidana-
akibat-wabah-virus-corona?page=3.
Sahma, Abu Pane. 2020. Pro dan Kontra Asimilasi Narapidana di Tengah Wabah Corona.
Diakses pada April 19, 2020 pada website
https://www.okezone.com/tren/read/2020/04/16/620/2200386/pro-dan-kontra-asimilasi-
narapidana-di-tengah-wabah-corona.
Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Yamananda Irsan. 2020. Puluhan Napi Bebas Karena Virus Corona Kembali Berulahh,
Kemenkumham : Kami Juga Sedang Pusing. Diakses pada April 20, 2020 pada website

9
https://newsmaker.tribunnews.com/amp/2020/04/18/puluhan-napi-bebas-karena-virus-
corona-kembali-berulah-kemenkumhan-kami-juga-sedang-pusing.

10

Anda mungkin juga menyukai