Anda di halaman 1dari 5

METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM AKUNTANSI

UJIAN TENGAH SEMESTER

Oleh:

Cokorda Istri Eka Pratiwi


NIM: 1881621009 / 10

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
1. Buatlah rangkuman esensi metodologi dari keempat pendekatan riset ini: (1) Case Study Research, (2) Ethnographic Research, (3) Grounded Theory Research, dan
(4) Phenomenological Research. Sajikan dalam tabel seperti berikut ini:

Grounded
Case Study Research Ethnographic Research Theory Research Phenomenological Research

Penelitian ini memusatkan perhatian Penelitian ini memusatkan


Mengungkap makna konsep
pada satu objek tertentu yang perhatian pada grup yang
Membangun sebuah atau fenomena pengalaman
diangkat sebagai sebuah kasus memiliki budaya yang sama
Fokus Riset grounded theory dari data yang didasari oleh
untuk dikaji secara mendalam pada satu wilayah yang sama
yang didapatkan di lapangan kesadaran yang terjadi pada
sehingga mampu membongkar (a culture – sharing group)
beberapa individu.
realitas di balik fenomena

Menekankan kedalaman analisis


pada kasus tertentu yang lebih
Fenomena yang cocok
spesifik. Metode ini sangat tepat
dengan desain riset ini Fenomena yang cocok
dipakai untuk memahami fenomena
Fenomena yang cocok dengan adalah adanya percampuran dengan desain riset ini
tertentu di suatu tempat tertentu dan
desain ini adalah jika peneliti antara teori-teori yang ada adalah penjabaran terkait
waktu yang tertentu pula.
Jenis fenomena yang ingin menafsirkan pola bersama sebelumnya dengan dengan pengalaman yang
Misalnya, tentang metode
cocok dengan desain dan belajar nilai-nilai, perilaku, melakukan penggabungan dirasakan oleh seseorang
pengajaran matakuliah tertentu, di
riset ini keyakinan, dan bahasa dari teori seperti teori atau interaksi antar
lembaga pendidikan tertentu dalam
berbagai kelompok ethnographic dengan individu dalam situasi
waktu tertentu (yang masih dalam
sosiologi menjadi teori tertentu.
proses). Atau perbandingan antara
etnososiologi.
customer loyal dengan customer
tidak loyal pada suatu perusahaan.

Mempelajari gejala yang sedang Mempelajari suatu proses,


Orang atau grup yang memiliki Orang-orang yang memiliki
berlangsung dengan melalui tindakan, maupun interaksi
Unit analisis culture sharing (budaya yang share experience
individu, kelompok, institusi atau yang melibatkan banyak
mereka bagi bersama) (pengalaman yang sama)
masyarakat. individu
Wawancara terutama
dengan 20-60 partisipan
observasi langsung di Interview / Wawancara
Wawancara, observasi, Wawancara, dokumentasi, dan
lapangan digunakan pada semi terstruktur dan tidak
Metode koleksi data dokumentasi, dan partisipasi observasi
penelitian ini dalam terstruktur
mengumpulkan data yang
akurat dan faktual.
1. Menganalisis data untuk
1. Menemukan fenomena pernyataan signifikan
2. Jika fenomena ingin diteliti, ubah 2. Mencari fenomena
fenomena tersebut menjadi (bagaimana partisipan
fenomena researchable memahami atau
3. Lalu dengan menggunakan teori memaknai sesuatu)
Analisis data melalui analisis
yang ada, temukan area of Analisis data melalui open 3. Mendeskripsikan baik
domain, analisis taksonomi,
Teknik [strategi] analisis interestnya coding, axial coding, dan secara tekstual dan
analisis komponensial dan
data 4. Berikan batas-batas kasus atau selective coding structural
analisis cultural.
border case 4. Gabungkan deskripsi
5. Analisis kasus menggunakan tekstual dan structural
teori agar memperoleh esensi
6. Bandingkan hasil kasus dari fenomena atau
menggunakan teori pengalaman

Penyajian laporan riset Mendeskripsikan esensi dari


Jika tipe case study berupa: tergantung pada desain sebuah fenomena atau
1. Intensive case, maka penyajian penelitian yang digunakan. pengalaman yang sudah
laporan hasil riset mengenai Jika desain yang digunakan diteliti, di mana fenomena
satu atau dia kasus akan pendekatan sistematik, tersebut mengenai
Mendeskripsikan bagaimana
disajikan secara mendalam dan maka penyajian laporan pengalaman pribadi
suatu grup dengan culture
Penyajian laporan hasil riset tidak memungkinkan adanya relatif sama dengan struktur responden, bagaimana
sharing tersebut dalam
[apa yang harus disajikan] generalisasi. laporan kuantitatif. mereka memaknai
kehidupan sehari-hari
2. Extensive case, maka penyajian Namun, apabila desain yang pengalaman dan dalam
laporan hasil riset bersifat digunakan adalah situasi bagaimana mereka
deskriptif dan memungkinkan pendekatan konstruktivis, merasakan pengalaman
adanya generalisasi. maka penyajian laporan tersebut.
penelitian bersifat fleksibel
2. Buatlah proposal ringkas untuk salah satu dari pendekatan riset yang dipilih [Case Study Research, Ethnographic
Research, Grounded Theory Research, atau Phenomenological Research] dan sajikan dalam lima sampai
delapan paragraf [satu paragraf berisi lima sampai delapan kalimat]. Rangkain paragraf [disarankan] mengikuti
pola berikut:
a) Area [accounting] of interest (satu paragraf)
b) Phenomenon (satu sampai dua paragraf)
c) Theoretical foundation (satu sampai dua paragraf)
d) Methodology (satu paragraf)

Jawaban

“Studi Etnografi: Budaya Fraud Pada Bank BPD Bali”


Orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia accounting pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah fraud
atau kecurangan. Dilansir pada halaman website accounting.binus.ac.id, di dalam akuntansi sendiri dikenal dua jenis
kesalahan, yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Standard akuntansi pun mengakui bahwa untuk mendeteksi
fraud lebih sulit dibandingkan mendeteksi suatu kekeliruan. Hal itu disebabkan adanya pihak-pihak seperti manajemen
ataupun karyawan untuk menyembunyikan fraud tersebut. Fraud adalah tindakan curang, yang dilakukan sedemikian
rupa, sehingga menguntungkan pihak pribadi atau kelompok sehingga dapat merugikan pihak lain baik itu perorangan,
perusahaan, atau intuisi. Para pelaku fraud terdiri atas employee fraud dan management fraud, di mana para pelaku
fraud lebih sering dilakukan oleh pihak internal suatu perusahaan. Adanya tekanan (pressure), peluang untuk
memungkinkan melakukan fraud (opportunity), dan pelaku mencari pembenaran atas tindakannya (rationalization)
merupakan factor-faktor yang dapat mendorong terjadinya tindakan fraud.
Budaya fraud dapat terjadi di mana saja, baik itu ada perusahaan milik Negara, perusahaan swasta, termasuk
dalam sector perbankan sekalipun. Tahun 2016 silam, kejadian fraud menimpa salah satu Bank BPD di daerah Tabanan.
Pegawai Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kabupaten Tabanan Wayan Sukarja Sastrawan ditangkap dan ditahan oleh
Kejaksaan Tinggi Bali karena dinilai tidak kooperatif. Tersangka ditahan karena melakukan tindakan fraud dengan
menggelapkan uang nasabah atas nama Haji Tohir dan isterinya senilai Rp 1,7 miliar dengan rincian Rp 1 miliar milik Haji
Tohir dan Rp 700 juta milik isteri Haji Tohir. Tersangka mengawali perbuatannya dengan menawarkan nasabah atas
nama Haji Tohir dan isterinya untuk mendepositokan uangnya di BPD Tabanan. Setelah deposito di bank sebanyak Rp 1
miliar untuk Haji Tohir dan Rp 700 juta untuk isterinya Haji Tohir, tersangka yang sudah memegang password BPD
Tabanan menghapus sistem komputerisasi sehingga data dan uang terhapus. Akibatnya, sekalipun dalam buku tabungan
tertera angka uang beserta bunganya tetapi uang riil yang ada di BPD sebenarnya tidak ada. Uang tersebut telah diambil
tersangka untuk kepentingan pribadi. Tersangka dikenakan Pasal 8 dan atau Pasal 9 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diubah dan telah ditambah dengan UndangUndang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 (https://denpasar.bpk.go.id).
G. Jack Bologna dalam (Ruri Octari Dinata, Gugus Irianto, 2018) mengemukakan Gone Theory menyebutkan
bahwa terdapat empat factor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yaitu keserakahan (greed), kesempatan
(opportunity), kebutuhan (need), dan pengungkapan (exposure). Tindakan seseorang melakukan fraud masih memiliki
hubungan dengan budaya melalui kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam organisasi. Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi,
sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
(Ruri Octari Dinata, Gugus Irianto, 2018) mengemukakan bahwa kebiasaan (habit) ini juga muncul dari dorongan-
dorongan yang berasal dari pribadi individu dan juga dari lingkungan tempat individu beraktivitas. Budaya kerja tentunya
tidak terlepas dengan budaya organisasi, di mana di dalam budaya organisasi lebih mengarah kepada objek atau tempat
di mana budaya dapat muncul melalui interaksi, sedangkan budaya kerja lebih mengarah kepada sikap dan cara
seseorang atau suatu kelompok dalam menjalankan kegiatan kerjanya (Ruri Octari Dinata, Gugus Irianto, 2018).
Penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi, pandangan dunia, kemungkinan penggunaan lensa teoretis, dan studi
masalah penelitian yang menyelidiki makna individu atau kelompok yang berkaitan dengan masalah sosial atau manusia.
Tujuan dilakukannya penelitian kualitatif terdiri atas, yaitu peneliti ingin melakukan penelitian kualitatif karena masalah
atau masalah perlu dieksplorasi dan peneliti ingin melakukan penelitian kualitatif karena membutuhkan pemahaman
masalah yang rumit dan terperinci. Pendekatan riset yang digunakan dalam penelitian ini adalah ethnographic research.
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada grup yang memiliki budaya yang sama pada satu wilayah yang sama (a
culture – sharing group). Tujuan penelitian ini ingin mempelajari bagaimana kebiasaan dan budaya yang terbentuk di
Bank BPD Bali daerah Tabanan, yang mungkin tanpa disadari menjadi salah satu factor yang mempengaruhi terjadinya
fraud ini di luar dari keinginan si pelaku sendiri.
Lokasi penelitian ini adalah di Bank BPD Bali daerah Tabanan. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan
adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk wawancara sendiri peneliti lebih memfokuskan pada staff-staff
internal atau yang lebih mendetail lagi adalah staff bagian keuangan dan juga ingin melakukan wawancara dengan
pimpinan daripada bank tersebut. Wawancara akan menjadi lebih efektif jika dilakukan bersamaan dengan observasi dan
dokumentasi. Observasi akan peneliti lakukan dengan mengamati bagaimana perilaku mereka sehari-hari selama bekerja
dan dokumentasi dari data-data yang ada bank tersebut. Peneliti ingin mengamati bagaimana bisa bank besar sekelas
BPD Bali khususnya daerah Tabanan tidak mengetahui bahwa ada staffnya yang melakukan fraud yang nilainya hingga
1,7 milyar rupiah? Budaya apa yang diterapkan bank ini sehingga staffnya sangat berani melakukan fraud? Apakah factor
dari lingkungan seperti pimpinan memberikan tekanan? Atau dari factor lingkungan teman kerja? Atau si pelaku melihat
ada kesempatan dan murni atas keinginannya sendiri ingin melakukan tindakan fraud tersebut? Bagi pemimpin, tidak
takutkah Beliau akan kemungkinan untuk terulangnya kasus fraud ini lagi? Dan untuk para staff lainnya, beserta
pimpinannya lagi, bagaimana cara mereka membentuk lingkungan yang kondusif agar budaya fraud itu tidak terjadi
dengan mereka?.

Referensi
Ruri Octari Dinata, Gugus Irianto, & A. D. M. (2018) ‘Jurnal Economia , Volume 14, Nomor 1, April 2018 MENYINGKAP
BUDAYA PENYEBAB FRAUD: STUDI ETNOGRAFI DI BADAN USAHA MILIK NEGARA Ruri Octari Dinata, Gugus
Irianto, & Aji Dedi Mulawarman’, Jurnal Economia, 14(April).
https://denpasar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2016/03/KEJATI-TAHAN-PELAKU-FRAUD-BPD-TABANAN.pdf
https://accounting.binus.ac.id/2015/03/09/fraud-kecurangan-dalam-akuntansi/

Anda mungkin juga menyukai