Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID

Disusun Oleh :

DEVI KUMALA SANTI

(P27220017 010)

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2018/2019
A. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus, hemorhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang
ada di bawah kulit di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran
vena yang berada di bawah mukosa di atas atau di dalam linea dente (Sudoyo Aru, dkk
2009).
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena dalam pleksus hemoroidalis
(Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan
penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011)

B. Etiologi
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Faktor predisposisi dapat
diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin akibat dari hipertensi
portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum
terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan, sehingga nyeri mengganggu. Darah segar
sering tampak sewaktu defekasi atau mengejan. Hemoroid sangat umum terjadi pada
usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang
melebar, mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk terlalu
lama dan konstipasi).
(Nugroho, 2011)
C. Klasifikasi hemoroid
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat
1) Derajat I
Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat
dengan anorektoskop
2) Derajat II
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus
secara spontan.
3) Derajat III
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuklagi ke dalam anus dengan bantuan
dorongan jari.
4) Derajat IV
Prolaps hemoroid yang permanen. Rentang dan cenderung untuk mengalami
thrombosis dan infark.
Hemoroid secaraanaskopi dapat dibagi atas :
a. Hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentate)
b. Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentate)
(Sudoyo Aru, dkk 2009)
D. Tanda dan Gejala
a. Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap.
3) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
(Alimun, 2010)
E. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik
yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan
oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran
darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices)
yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang
melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut.
Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna
karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan
vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah
dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah
hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan
dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi.Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter
anal tampak merah kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena
ruptur. Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan
peradangan dan nyeri hebat.
(Sjamsuhidajat, 2010)
F. Pathways hemoroid
Kehamilan Obesitas
Konstipasi dan mengejan Penurunan
dalam waktu yang lama relativevenous return
didaerah perianal
Duduk terlalu lama
Airan vena baik
Sering angkat beban berat
terganggu
Kondisi penuaan
Tekanan periver
Hipertensi portal meningkatkan
pelebarn vena anus
Peradangan pada
plekus haemoroidalis

Prolaps vena
haemorhoidalis

Membesar di spinchter Membesar di luar rectum

Vena menegang
Ruptur vena

Perdarahan

Anemia Operasi Resiko syock

Pre operasi Continuitas jaringan rusak

Ansietas Ujung saraf rusak Port d’entrée kuman

Nyeri dipersepsikan Pelepasan prostaglandin Resiko infeksi

Gangguan rasa nyaman nyeri Gangguan defekasi Konstipasi


(NANDA, 2015)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai
dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien
menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna
derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon terhadap
pengobatan medis.
1. Penatalaksanaan Medis
a. Non Farmakologis
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaiki pola/ cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan
yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Perbaikan defekasi
disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat
tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air. Pada posisi jongkok
ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya
diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar
rektum. Posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak karena mengedan
dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid.
b. Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu pertama :
memperbaiki defekasi, kedua : meredakan keluhan subyektif, ketiga : menghentikan
perdarahan, dan keempat : menekan atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala.
1. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu
suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen
serat komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau isphagula Husk
(missal Vegeta, Mulax,Metamucil, Mucofalk Obat kedua yaitu obat laksan
atau pencahar antara lain Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine),
Dulcolax,Microlac dll.
2. Obat simtomatik : bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan
rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di daerah anus. Obat pengurang
keluhan seringkali dicampur pelumas (lubricant), vasokonstriktor, dan
antiseptic lemah. Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam bentuk
ointment atau suppositoria antara lain Anusol Boraginol N/S, dan Faktu Bila
perlu dapat digunakan kortikosteroid untuk mengurangi radang daerah
hemoroid atau anus antara lain Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct. Sediaan
bentuk suppositoria digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan sediaan
ointment/krem digunakan untuk hemoroid eksterna.
3. Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanyaluka pada
dinding anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang
digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan
hesperidin (10%) dalam bentuk Micronized, dengan nama dagang “Ardium”
atau “Datlon”.Psyllium,Citrus bioflavanoidayang berasal dari jeruk lemon
dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan dengan
Ardium 500 mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang lebih
cepat pada hemoroid akut bila dibandingkan plasebo. Pemberian Micronized
flavonoid (Diosmin dan Hesperidin) (Ardium) 2 tablet per hari selama 8
minggu pada pasien hemoroid kronik. Penelitian ini didapatkan hasil
penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan dibanding
sebelumpengobatan secara bermakna
c. Penatalaksanaan Minimal Invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan nonfarmakologis,
farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain tindakan skleroterapi
hemoroid, ligasi hemoroid, pengobatan hemoroid dengan terapi laser.
Tindakan bedah konservatif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-karet.
Hemoroid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal diatas garis mukokutan
dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan diatas hemoroid. Bagian
distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas.
Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot
dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan bagi beberapa pasien, namun pasien lain
merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemoroid sekunder
dan infeksi perianal
d. Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rektal
biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau
dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil
dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Penempatan Gelfoan atau kassa oxygel dapat diberikan diatas luka anal. Teknik
operasi Whitehead dilakukan dengan mengupas seluruh hemoroidales interna,
membebaskan mukosa dari submukosa, dan melakukan reseksi
(Mansjoer,2008)

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Personal Hygiene yang baik terutama di daerah anal.
b. Menghindari mengejan selama defekasi.
c. Diet tinggi serat.
d. Bedrest/tirah baring untuk mengurangi pembesaran hemoroid.
(Brunner &Sudarth. 2009)
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan color dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada
haemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup
tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Ansopkor
Diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak menonjol keluar
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
(NANDA, 2015)
I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata
a). Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b). Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
c). Catatan medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
perdarahan saat BAB, terdapat benjolan pada anus dan nyeri saat defekasi.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau
terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak
dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan
yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
d. Riwayat kesehatan kelurga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hemoroid.
3. Pengkajian konseptual pola Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan sebelum dan sesudah sakit
b. Pola nutrisi metabolic sebelum dan sesudah sakit
c. Pola eliminasi, BAB dan BAK sebelum dan setelah sakit
d. Pola aktivitas dan latihan sebelum dan sesudah sakit
e. Pola kognitif proseptual sebelum dan sesudah sakit
f. Pola persepsi diri dan konsep diri sebelum dan setelah sakit
g. Pola peran dan hubungandengan orang terdekat, keluarga dan masyarakat
sebelum-sesudahsakit
h. Pola prodksi seksual sebelum dan sesudah sakit
i. Pola koping dan toleransi stress, sebelumdan sesudah sakit
j. Pola nilai keyakinan sebelum dan sesudah sakit
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum pasien
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala dan rambut : bentuk kepala, keadaan kepala (bersih/kotor/luka)
b) Mata : fungsi penglihatan, konjungtiva, sclera, pupil, reflek terhadap
cahaya, penggunaan alat bantu penglihatan
c) Leher : Pemeriksaan leher, inspeksi, palpasi
d) Pemeriksaan dada : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
e) Abdomen: Pemeriksaan abdomen, inspeksi, auskultasi, palpasi,
perkusi
f) Genetalia : Kebersihan, penggunaan alat bantu berkemih
g) Ekstremitas : pemeriksaan ekstremitas bawah dan ekstremitas atas
h) Integumen : Warna, turgor kulit, keadaan kulit
l. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan color dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
Pada haemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Ansopkor : Diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak
menonjol keluar
c. Proktosigmoidoskopi : Untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang
lebih tinggi.
m. Pengkajian nyeri

(Provoking Incident, Quality, Regional, Severity dan Time)


b. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
c) Cemas b.d. rencana pembedaha
Post operasi
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi
b) Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama
eliminasi
c) Resiko tinggi infeksi b.d. port d’entre kuman

c. Intervensi keperawatan

Pre operasi

No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Dx
1 Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk
tindakan selama 3 x 24 tanda vital mengetahui
jam diharapkan nyeri 2. Gunakan teknik tanda-tanda vital
berkurang dengan komunikasi trapiutik pasien
kriteria hasil : untuk mengetahui 2. Agar pasien lebih
1. Mampu pengalaman nyeri nyaman dan lebih
mengontrol nyeri pasien terbuka dalam
2. Melaporkan 3. Lakukan pengkajian menyampaikan
bahwanyeri nyeri (P, Q, R, S, T) keluhannya
berkurang dengan 4. Ajarkan relaksasi 3. Menentukan
menggunakan nafas dalam tingkat nyeri,
manajemen nyeri 5. Berikan posisi yang untuk
3. Mampu nyaman sesuai menentukan
mengenali nyeri dengan keinginan tindakan yang
(skala, intensitas, pasien tepat.
frekuensi dan 6. Anjurkan untuk 4. Mengurangi rasa
tandanyeri) tidak mengejan yang nyeri
Menyatakan rasa nyaman berlebihan saat 5. Untuk
setelah nyeri berkurang defekasi mengurangi rasa
7. Kolaborasi dengan nyeri
dokter pemberian 6. Mengurangi rasa
terapi analgetik. nyeri dan prolap
varices
7. Mengurangi rasa
nyeri

2 Setelah dilakukan 1. Observasi tanda dan 1. Menentukan


tindakan selama 3 x 24 gejala konstipasi tingkat konstipasi
jam diharapkan 2. Monitor feses : untuk
konstipasi sembuh frekuensi, menentukan
dengan kriteria hasil : konsistensi dan tindakan yang
1. Memperthankanb volume tepat.
entuk feses lunak 3. Berikan di’it lunak 2. Untum
1-3 hari tinggi serta, sedikit mengetahui
2. Bebas dari tapi sering tingkat konstipasi
ketidaknyamanan 4. Anjurkan minum 3. Dengan
dan konstipasi yang cukup memberikan di;it
3. Feses lunak dan 5. Kolaborasi dengan lunak tinggi serat,
berbentuk tim medis dan gizi sedikit tapisering
di harapkan dapat
membantu
pengeluaran feses
tidak keras, BAB
lancar.
4. Diharapkan dapat
membantu
melunakkan feses
5. Diharapkan klien
dapat mengerti
dan memenuhi
kebutuhan nutrisi
3 Setelah dilakukan 1. Observasi Tanda- 1. Untuk
tindakan selama 3 x 24 tanda vital mengetahui
jam diharapkan dapat 2. Kaji tingkat tanda-tanda vital
menurunkan stres, kecemasan pasien
emosional, ketautan dan 3. Anjurkan pasien
depresi psien dengan untuk
kriteria hasil : mengungkapkan 2. Menentukan
1. Pasien mampu kecemasannya tingkat
mengidentifikasi 4. Kolaborasi dengan kecemasan untuk
dan dokter untuk menentukan
mengungkapkan penjelasan prosedur tindakan yang
gejala cemas operasi tepat.
2. TTV dalam 3. mengurangi
keadaan normal cemas
3. Postur tubuh, 4. Pengetahuan yang
ekspresi wajah, cukup tentang
bahasa tubuh dan prosedur operasi
tingkat akan mengurangi
aktivitasnmenunj cemas
ukkan
berkurangnya
kecemasan
Post operasi

No Dx Tujuan & criteria hasil Intervensi Rasional


1. Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk
tindakan selama 3 x 24 tanda vital mengetahui
jam diharapkan nyeri 2. Gunakan teknik tanda-tanda
berkurang dengan komunikasi vital pasien
kriteria hasil : trapiutik untuk 2. Agar pasien
1. Mampu mengetahui lebih nyaman
mengontrol nyeri pengalaman nyeri dan lebih
2. Melaporkan pasien terbuka dalam
bahwanyeri 3. Lakukan menyampaikan
berkurang pengkajian nyeri keluhannya
dengan (P, Q, R, S, T) 3. Menentukan
menggunakan 4. Ajarkan relaksasi tingkat nyeri,
manajemen nyeri nafas dalam untuk
3. Mampu 5. Berikan posisi menentukan
mengenali nyeri yang nyaman tindakan yang
(skala, intensitas, sesuai dengan tepat.
frekuensi dan keinginan pasien 4. Mengurangi
tandanyeri) 6. Kolaborasi dengan rasa nyeri
4. Menyatakan rasa dokter pemberian 5. Untuk
nyaman setelah terapi analgetik mengurangi
nyeri berkurang rasa nyeri
6. Mengurangi
rasa nyeri

2 Setelah dilakukan 1. Observasi Tanda- 1. Untuk


tindakan selama 3 x 24 tanda vital mengetahui
jam diharapkan tidak 2. Observasi tanda TTV
terjadi infeksi dengan Infeksi 2. Untuk
kriteria hasil : 3. Bersihkan mengetahui
1. Pasien bbas dari lingkungan setelah tanda infeksi
tanda dan gejala dipakai pasien lain 3. Mencegah
infeksi 4. Instruksikan pada penularan
2. Menunjukkan pengunjung untuk penyakit
kemampuan mencuci tangan 4. Menurunkan
untuk mencegah saat berkunjung resiko
timbulnya infeksi dan setelah penyebaran
3. Jumlah leukosit berkunjung bakteri dan
dlam batas meninggalkan kontaminasi
normal pasien silang
4. Menunjukkan 5. Cuci tangan setiap 5. Menurunkan
perilaku hidup sebelum dan jumlah bakteri
sehat sesudah tindakan pada tangan dan
6. Ajarkan pasien dan mencegah
keluarga tanda dan penyebaran
gejala infeksi bakteri
7. Ajarka cara 6. Agar pasien dan
menghindari keluarga
infeksi mengetahui
tanda dan gejala
infeksi
7. Menurunkan
resiko
penyebaran
infeksi
d. Implementasi
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang telah
disusun

e. Evaluasi
Dilakukan setelah melakukan implementasi keperawatan kepada pasien dan sudah
terlihat bahwa masalah pada pasien sudah teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. A. A. 2010. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika.

Brunner &Sudarth. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.

Mansjoer 2011. Medikal Bedah. Jakarta:Salemba Medika,.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. Gangguan gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan

Nanda NIC NOC. 2015. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis . Yogyakarta:Media
action

Sjamsuhidajat, R 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai