Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI

PENURUNAN NILAI ASET TETAP BERDASARKAN PSAK 48 REVISI 2013


DAN PENERAPANNYA PADA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT
BANK SULUT)

Oleh:

RDHO SYAHPUTRA
NO. BP: 1310532003

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul

“Penurunan Nilai Aset Tetap Berdasarkan PSAK 48 Revisi 2013 dan Penerapannya

Pada Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Bank Sulut)”. Makalah ini dibuat untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah Seminar

Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dengan berbagai pemahaman

dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan makalah

ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak

DR. H. Yuskar, SE, MA, Ak. atas bimbingan beliau dalam mata perkuliahan

Seminar Akuntansi yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari adanya

ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran

yang dapat mengarahkan makalah ini lebih baik sangat penulis harapkan. Semoga

makalah ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa Akuntansi khususnya dan

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

2.1 Definisi Aset Tetap ...................................................................... 3

2.2 Cara Perolehan Aset Tetap ........................................................... 4

2.3 Penurunan Nilai Aset Tetap ......................................................... 5

2.3.1 Pendekatan Umum .............................................................. 5

2.3.2 Pengidentifikasian Aset yang Mengalami Penurunan

Nilai ..................................................................................... 6

2.4 Pengukuran Jumlah Terpulihkan .................................................. 7

2.5 Pengakuan Penurunan Nilai Aset Tetap ....................................... 10

2.6 Contoh Kasus Penurunan Nilai Aset Tetap .................................. 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 14

3.2 Saran ............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTA

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan, baik bergerak dalam bidang jasa, perdagangan maupun

industri pasti memiliki aset tetap untuk menjalankan kegiatan operasional setiap

harinya. Aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang masa penggunaannya lebih

dari satu periode normal akuntansi (biasanya di atas satu tahun penggunaan) dan

menjadi subjek manajemen dengan mempertimbangkan kualitas dengan cara

pemakaiannya, demikian juga dengan penyusutan (depresiasi).

Dalam PSAK No.48 (revisi 2013) Tentang Penurunan Nilai Aset Menyatakan

penurunan nilai aset terjadi apabila jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan.

Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset

mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas harus

mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Aset dapat dipulihkan nilainya

dengan dua cara, yaitu yang perrtama dijual dan kedua menggunakan nilai pakai

dari aset tersebut sehinga menghasilkan nilai kas.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul “Penurunan

Nilai Aset Tetap Berdasarkan PSAK 48 Revisi 2013 dan Penerapannya Pada

Perusahaan”. Penulis juga menyertakan contoh kasus untuk penurunan nilai aset

tetap.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:

1. Apa definisi aset tetap?

1
2. Bagaimana cara perolehan aset tetap?

3. Bagaimana pengidentifikasian aset tetap yang mengalami penurunan nilai?

4. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk penurunan nilai aset tetap?

5. Bagaimana contoh penerapan PSAK 48 revisi 2013 mengenai penurunan

nilai aset tetap pada perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi aset tetap.

2. Untuk mengetahui cara perolehan aset tetap.

3. Untuk mengetahui cara pengidentifikasian aset tetap yang mengalami

penurunan nilai.

4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi untuk penurunan nilai aset tetap.

5. Untuk mengetahui contoh penerapan PSAK 48 revisi 2013 mengenai

penurunan nilai aset tetap pada perusahaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Aset Tetap

PSAK 16 Revisi 2013 menyatakan Aset tetap adalah Aset berwujud yang:

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa

untuk disewakan pada pihak lain atau untuk tujuan administratif.

2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa hal penting terkait Aset tetap

yaitu:

 Aset tetap adalah Aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (tanah,

bangunan) berbeda dengan paten atau merek dagang yang tidak mempunyai

bentuk fisik.

 Aset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus yaitu: digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang dan jasa, atau untuk disewakan kepada

pihak lain

 Aset tetap termasuk kedalam aset tidak lancar karena diharapkan untuk

digunakan lebih dari satu periode.

Contohnya tanah, apabila entitas membeli tanah dengan tujuan akan dijual

kembali karena entitas yakin tanah tersebut akan mengalami peningkatan nilai,

maka tanah tersebut bukan merupakan aset tetap, tapi merupakan properti investasi

(PSAK13 tentang properti investasi).

3
2.2 Cara Perolehan Aset Tetap

Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika:

1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset

tersebut akan mengalir ke entitas

2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Ada dua jenis dasar yang umum digunakan untuk mengakui suatu transaksi yaitu:

1. Cash basis (Dasar Penerimaan Uang)

Konsep ini mengetahui suatu pendapatan pada saat uang atau kas diterima

dan biaya pada saat uang tersebut dikeluarkan.

2. Accrual basis (Dasar Akrual)

Pada konsep ini, suatu transaksi diakui pada saat terjadinya tanpa dikaitkan

dengan transaksi kas

Harga perolehan dari suatu pos properti, pabrik, dan peralatan akan diakui

sebagai suatu aset jika aset tersebut memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang

berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir ke dalam entitas; dan harga perolehan

dari pos tersebut dapat dikukur secara andal.

Selama kegiatan operasionalnya, suatu entitas akan memperoleh pos-pos

tersebut yang memiliki nilai yang tidak signifikan secara individu, tetapi akan

memenuhi syarat sebagai aset berdasarkan kedua kriteria pengakuan dasar ini.

Karena sangat sulit bagi entitas untuk mencatat setiap pos tersebut secara individu,

standar ini memperbolehkan pencatatan secara agregat asalkan aset ini memiliki

sifat yang sama.

Pada suatu entitas mungkin ada pengeluaran yang akan meningkatkan

manfaat ekonomis masa depan secara langsung dari setiap aset tertentu, dan pada

4
waktu yang bersamaan, memastikan arus manfaat ekonomis yang berkaitan dengan

properti, pabrik, dan peralatan tersebut.

2.3 Penurunan Nilai Aset Tetap

2.3.1 Pendekatan Umum

Dalam PSAK 48 Revisi 2013 disebutkan bahwa Impairment atau

penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan. Nilai

terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dengan

biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih

antara nilai tercatat dikurangi dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut

diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya. Pemulihan terhadap

penurunan nilai dapat dilakukan.

Menurut PSAK 48, pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus me-

review ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aset. Jika terdapat indikasi

penurunan nilai aset, perusahaan harus menafsir jumlah terpulihkan dari aset

tersebut.Aset dikatakan turun nilainya jika jumlah terpulihkan dari aset tersebut

kurang dari nilai tercatatnya.

Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih

nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.

 Jumlah tercatat atau carrying amount adalah jumlah yang diakui untuk suatu

aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi

rugi penurunan nilai.

 Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang

lebih tinggi antara:

5
o Nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dibandingkan dengan nilai

pakainya

2.3.2 Pengidentifikasian Aset yang Mengalami Penurunan Nilai

Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah

terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi

tersebut, entitas mengalami jumlah terpulihkan aset tersebut.

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami

penurunan nilai, entitas harus mempertimbangkan, minimum, hal-hal berikut:

 Informasi dari sumber-sumber eksternal

o Perubahan signifikan nilai pasar

o Perubahan signifikasn teknologi, pasar, ekonomi dan lingkup

hukum

o Perubahan suku bunga

o Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapasitas pasarnya

 Informasi dari sumber-sumber internal

o Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset

o Perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa

manfaat aset

o Bukti internal mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih

buruk dari yang diharapkan

6
2.4 Pengukuran Jumlah Terpulihkan

PSAK 48 mendifinisikan jumlah terpulihkan suatu aset sebagai jumlah yang

lebih tinggi antara Fair Value Less Costs to Sell dan Nilai pakai (Value in Use).

a. Nilai Wajar dikurangi Biaya Penjualan (Fair Value Less Costs to Sell)

Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan

dari penjualan suatuaset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak

yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan

aset.

 Bukti terbaik

Harga saham suatu perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam

suatu transaksi antara pihak-pihak yang indipenden, disesuaikan dengan

biaya tambahan yang dapat dikaitkan secara langsung dengan pelepasan

aset.

 Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat namun aset

diperdagangkan di pasar aktif

Berdasarkan harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut.

 Apabila tidak terdapt perjanjian penjualan yang mengikat atau pasar aktif

untuk aset

Berdasarkan pada informasi terbaik yang ada untuk menggambarkan jumlah

yang dapat diperoleh entitas, pada akhir periode pelaporan, dari pelepasan

aset pada nilai wajar dikurangi biaya pelepasan.

b. Nilai Pakai (Value in Use)

Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan

akan diterima atau unit penghasil kas.

7
Elemen-elemen berikut harus diperhitungkan dalam penghitungan nilai

pakai aset:

 Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari

aset

 Ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas

masa depan tersebut

 Nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku

 Harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset

Pengestimasian nilai pakai suatu aset meliputi langkah-langkah berikut:

 Mengestimasikan arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari

pemakaian aset tersebut dan pelepasannya pada akhirnya

 Menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut

Hambatan proyeksi arus kas:

 Didasarkan pada asumsi yang masuk akal dan didukung oleh fakta atau teori

 Didasarkan pada anggaran keuangan yang terbaru dan telah disahkan oleh

manajemen

 Pendasaran kepada anggaran hanya meliputi periode 5 tahun, kecuali jika

periode yang lebih lama dapat dijustifikasi

 Periode setelah anggaran hanya dapat menggunakan tingkat yang tetap atau

menurun, kecuali jika tingkat yang naik dapat dijustifikasi

Komposisi estimasi arus kas masa depan meliputi:

 Proyeksi arus kas masuk dari pengguna aset

 Proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas

masuk dari penggunaan aset (termasuk arus kas keluar untuk menyiapkan

8
aset agar dapat digunakan) dan dapat dikaitkan secara langsung, atau

dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten, pada aset

 Arus kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk

pelepasan aset pada akhir masa manfaatnya.

Arus kas masa depan valuta asing:

 Arus kas masa depan diestimasi dalam suatu satuan mata uang ketika akan

dihasilkan dan kemudian didiskonto menggunakan suatu tingkat diskonto

yang tepat untuk satuan mata uang tersebut.

 Entitas mentranslasikan nilai sekarang dengan menggunakan tingkat

pertukaran spot pada tanggal perhitungan nilai pakai.

Tingkat diskonto ditetapkan atas dasar tingkat diskonto sebelum pajak yang

menggambarkan penilaian pasar kini dari:

 Nilai waktu uang

 Nilai risiko spesifik atas aset dimana estimasi arus kas masa depan belum

disesuaikan

Tingkat diskonto ini adalah tingkat pengembalian yang disyaratkan investor

jika seandainya mereka hendak memilih suatu investasi yang menghasilkan arus

kas dengan jumlah, waktu dan profil risiko yang sama dengan yang entitas harapkan

akan dihasilkan dari aset tersebut.

Tingkat diskonto ini diestimasi dari salah satu:

 Tingkat diskonto implicit pada transaksi pasar kini terhadap aset sejenis

 Rata-rata tertimbang biaya modal entitas yang tercatat di bursa efek yang

memiliki aset sejenis

9
2.5 Pengakuan Rugi Penurunan Nilai Aset Tetap

Pengakuan rugi penurunan nilai dilakukan jika, dan hanya jika, niai

terpulihkan aset lebih kecil dari nilai tercatatnya:

 Nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan

 Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai

Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laporan laba rugi, kecuali aset

disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan standar lain (contoh: PSAK 16

Aset Tetap)

Setiap rugi penurunan nilai aset revalusian diperlakukan sebagai penurunan

revaluasi sesuai standar lain tersebut.

 Diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan

nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama

 Rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi

untuk aset tersebut

Contoh:

1. Misalkan PT Anggrek melakukan uji penurunan nilai terhadap peralatan

yang dimilikinya. Nilai tercatat dari peralatan sebesar Rp 400 juta, nilai

wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp360 juta, nilai pakai dari peralatan

sebesar Rp 350 juta.

Jurnal kerugian penurunan nilai:

Kerugian penurunan nilai Rp 40 juta

Akumulasi depresiasi peralatan Rp 40 juta

10
Rp 400 juta Rp 360 juta

Rp 360 juta Rp 350 juta

2.6 Contoh Kasus Penurunan Nilai Aset Tetap

Penulis mengambil kasus dari jurnal Cheider (2015) yang berjudul “Analisis

Penerapan PSAK No. 48 (Revisi 2013) Penurunan Nilai Aset Tetap Pada PT. Bank

Sulut”. Berikut dikutip tabel mengenai penurunan nilai aset tetap pada PT.Bank

Sulut serta pembahasannya:

Dari tabel diatas Dapat dilihat bagaimana Bank Sulut mengakui kenaikan

dan penurunan nilai aset tetapnya.

11
Tahun 2013 dan 2014 aset tetap yang mengalami penurunan adalah, yakni:

1. Kendaraan sebesar Rp.(463.657.220,00) atau sekitar -88.94% dimana pada tahun

2013 berjumlah Rp.984.951.680.00 kemudian pada tahun 2014 turun menjadi

Rp.521.294.460,00

2. Mesin Kantor Sebesar Rp.(366.994.114) atau sekitar -5.81% dimana pada tahun

2013 berjumlah Rp.6.682.311.991 kemudian pada tahun 2014 turun menjadi

Rp.6.315.317.877.00 3. Perabot Kantor sebesar Rp(1.079.672.344) atau sekitar -

52.35% dimana pada tahun 2013 berjumlah Rp.3.141.875.953,00 kemudian pada

tahun 2014 turun menjadi Rp.2.062.203.609,00

Untuk akun Aset Dalam Penyelesaian seandainya terjadi penurunan nilai

maka entitas tidak perlu untuk mengestimasi jumlah terpulihkan karena karena aset

ini masih dalam tahap penyelesaian maka aset belum dapat dihitung penuyusutan.

Jika aset ini telah selesai dikerjakan (100%) maka pengerjaannya akan

direklasifikasikan ke akun gedung dan bangunan dengan memerhatikan semua

biaya-biaya yang langsung berkaitan dengan pembangunan itu.

Didalam laporan keungan Bank Sulut juga menyajikan kenaikan aset

tetapnya, seperti; Bangunan yang mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke tahun

2014 sebesar Rp.3,414,708,992.00 dengan persentase 16.81%, Inventaris lainnya

yang mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar

Rp.146,939,113.00 dengan persentase 2.29%,

Hardware Komputer yang mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke tahun

2014 sebesar Rp.837,229,852.00 dengan persentase 11.03% dan Aset Dalam

Penyelesaian yang mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar

Rp.1,046,560,732.00 dengan persentase 31.95%. Aset-aset ini dapat mengalami

12
kenaikan nilai karena sumbangan, hibah, pembelian aset dan juga revaluasi atau

penilaian kembali (revaluation).

` Penerapan PSAK No.48 (revisi 2013) Pada PT. Bank Sulut Setiap aset yang

dimiliki oleh suatu entitas atau perusahaan mempunyai kemungkinan untuk

mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai dari aset merupakan suatu kondisi

dimana nilai tercatat dari aset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan

(recoverable amount). Indikasi penurunan nilai harus dilakukan oleh setiap entitas.

Sesuai dengan PSAK No.48 (revisi 2013) entitas harus menilai apakah

terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai atau tidak. Bank sulut

melakukan penilaian tersebut pada setiap akhir perode pelaporan atau setiap akhir

tanggal neraca.

Pengakuan dan Pengukuran Jumlah Terpulihkan Rugi Penurunan Nilai

Sepanjang tahun 2014 ada 4203 aset tetap yang dipakai oleh entitas untuk

menjalankan kegiatan sehari-hari perusahaan dimana aset-aset tersebut dapat

menghasilkan kas bagi perusahaan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Aset tetap adalah Aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (tanah,

bangunan) berbeda dengan paten atau merek dagang yang tidak mempunyai

bentuk fisik.

2. Harga perolehan dari suatu pos properti, pabrik, dan peralatan akan diakui

sebagai suatu aset jika aset tersebut memiliki manfaat ekonomis di masa

depan yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir ke dalam entitas;

dan harga perolehan dari pos tersebut dapat dikukur secara andal.

3. Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai

terpulihkan.

4. Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi

dengan biaya penjualan dan nilai pakai.

5. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat dikurangi

dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam laporan laba rugi

pada saat terjadinya. Pemulihan terhadap penurunan nilai dapat dilakukan.

6. Pada contoh kasus, penerapan penurunan nilai aset yang dilakukan oleh PT

Bank Sulut dalam hal ini aset tetap telah menuju pada kesiapan

implementasi penerapannya karena telah ada kebijakan dari kementrian

Keungan bagi entitas mengenai penurunan nilai aset yang pada prinsipnya

telah sesuai dengan PSAK No.48 (revisi 2013).

14
3.2 Saran

1. Pada makalah selanjutnya, hendaknya penulis memperluas lingkup

penelitian, seperti penurunan nilai pada unit penghasil kas atau aset tidak

berwujud.

2. Pada makalah selanjutnya, hendaknya contoh kasus dapat ditambah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cheider, Ali Muhammad, 2015. Analisis Penerapan PSAK No. 48 (Revisi 2013) P
enurunan Nilai Aset Tetap Pada PT. Bank Sulut. Jurnal Berkala Ilmiah Efis
iensi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ra
tulangi Manado. Diunduh 15 Desember 2016

file:///myinspirationpenurunannilaiatauimpairment.html diakes 15 Desember 2016


pukul 07.59 wib

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan No.16 A


set Tetap (Revisi 2011). Jakarta: Penerbit Ikatan Akuntan Indonesia

Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Pernyataan Standar Akuntansi Keungan No. 48 P


enurunan Nilai Aset (Revisi 2013). Jakarta: Penerbit Ikatan Akuntan Indon
esia.

Martani, Dwi., Veronica NPS, Sylvia., Wardhani, Ratna.,Farahmita, Aria., Tanuja


ya, Edward. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah. Berbasis PSAK. Jakart
a: Penerbit Salemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai