Anda di halaman 1dari 2

DEPOK- Penyambutan mahasantri baru di Akademi Guru Al Fatih (AGA) sudah menjadi

kegiatan rutin yang sangat dinantikan kehadirannya. Salah satu bentuk penyambutannya adalah
melalui kegiatan Stadium General yang dilakukan sejumlah dua kali. Stadium General AGA 5
pertama telah berhasil dilaksanakan beberapa bulan silam. Adapun yang kedua, yang bertemakan
“Visi Generasi Abad 21” dilaksanakan di Auala Bazar Madinah, Kuttab Al Fatih Pusat Depok,
Jum’at (11/1/2019).
Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 250 peserta berlangsung sejak ba’da ashar hingga
maghrib. Turut hadir pula Ustadz Budi Ahsari, Lc sebagai pemateri utama dalam Stadium General
tersebut sekaligus beberapa pihak manajemen dan beberapa asatidzah Kuttab Al Fatih seperti
Ustadz Lilik, Ustadz Prastowo, Ustadz Bagus, Ustadz Surya, dan lainnya.
Agenda ini dipandu dengan tertib dan teratur oleh Ustadz Anwar yang merupakan guru
favorit di Kuttab Al Fatih. Diawali dengan memperdengarkan tilawah Al-Qur’an oleh Ustadz Fajar
yang merupakan mahasantri asrama Ihyaul Qur’an dengan penuh khidmat. Selanjutnya mahasantri
disambut oleh ketua panitia, Khairul Umam kemudian Rektor Akademi Al Fatih, Ustadz
Muhammad Abduh Al-Baihaqi, Lc Al Hafidz. Secara langsung beliau berdua memberikan
sambutan hangat kepada mahasantri baru yang telah resmi diterima sebagai mahasantri AGA 5.
Selain itu, Ustadz Baihaqi memberikan inspirasi tentang panjangnya proses seleksi ujian
kesungguhan seorang beriman dari dua kisah yaitu kisah pasukan Thalut dengan ujiannya, dan
kisah pasukan muslim pada peristiwa Uhud. "Perjuangan estafet dakwah ini berjalan begitu
cepatnya, sehingga mau tidak mau harus ada regenrasi yang mampu mengimbangi percepatan
dakwah ini, sehingga antum dipaksa untuk harus siap menyambut estafet dakwah ini,Saya pun
berharap antum dan antnna sekalian yang berada di sini hari ini merupakan orang-orang yang
memang Allah pilih. Maka istiqomahlah karena kita telah dipilih oleh Allah" ungkapnya.
Stadium General AGA 5 ini berbeda dengan kegiatan yang telah diselenggarakan di tahun-
tahun sebelumnya. Pasalnya, tahun ini penyelenggaraan Stadium General dilaksanakan
sepenuhnya oleh panitia yang merupakan angkatan sebelumnya. Pelaksanaan yang berbeda dan
unik ini memiliki dua tujuan pokok, pertama sebagai satu upaya melakukan percepatan regenrasi
estafet dakwah, dan kedua sebagai bentuk representasi mempererat ukhuwah antara mahasiswa
baru dan sebelumnya. Tepat sebelum pemaparan materi utama dimulai, panitia menampilkan karya
sederhananya berupa teaser penyambutan yang dikemas dalam bentuk video.
Dalam kesempatan yang berbahagia itu, guru kita Ustadz Budi Ashari, Lc memberikan
banyak percikan hikmah serta motivasi bagi para peserta berkaitan tentang pentingnya peran para
guru dalam mengemban visi kenabian di era zaman now. Beliau mengisahkan tentang sejarah
singkat berdirinya Kuttab Al Fatih Depok serta Akademi Guru untuk menghadirkan ruh
perjuangan pendahulu kepada para mahasantri. Kemudian beliau menyampaikan tentang
keutamaan aktivitas menjadi guru yang terangkum dalam tiga poin antara lain menjadi guru
merupakan aktivitas para Nabi, menjadi guru merupakan wasilah memperbaiki generasi, dan
menjadi guru mendapatkan doa dari para makhluq-Nya.
Tantangan sekaligus pekerjaan rumah terbesar para mu’allim secara garis besar terbagi
menjadi dua hal sebagaimana yang beliau nukilkan dari pendapat ulama pakar pendidikan Islam,
Dr. Muhammad Qutub, pertama kejatuhan sebuah generasi merupakan hasil dari kejatuhan para
ahli ilmunya (guru, red) serta adanya pengaruh konspirasi global zionis yang sengaja merusak
bidang pendidikan. “Hal ini dilakukan zionis agar para pendidik tidak kembali untuk fokus
memperbaiki unsur utama kerusakan peradaban yaitu manusia dan lebih fokus pada bidang
lainnya” papar beliau ketika menjelaskan latar belakang mengenai konspirasi jahat itu.
Beliau melanjutkan bahwa kebesaran Islam kelak besar kemungkinan akan dikawal dan
dipandu kembali oleh para mu’allim seperti yang terekam sebagai tinta emas sejarah masa lalu.
Ketika Andalus dan Al-Quds dalam kejatuhannya maka para ulama di zaman tersebut memiliki
peran strategis membangkitkannya masyarakat yang telah lama terjatuh dalam kubangan kehinaan.
Ada Ibnu Hazm, Ibnu Abdil Barr, Abu Walid AL-Baji dan ulama lain dari Andalus serta Maghrib
yang membangkitkan Andalus untuk memperpanjang nafas peradabannya di Eropa. Ada Abu
Hamid Al-Ghazali dengan Abdul Qadir Al-Jailani yang melahirkan generasi Zankiyah dan
Ayyubiyah kelak membangkitkan Al-Quds kedua kalinya setelah difutuhkan oleh Khalifah Amirul
Mukminin Umar bin Khattab raduiyallahuanhu.
Sebelum mengakhiri pemaparannya, beliau memberikan tiga pesan penting bagi seluruh
peserta yang hadir. Bahwasannya Al-Fatih senantiasa memprioritaskan setiap program yang ada
di Akademi Guru karena dari rahim inilah para mu’allim revolusioner itu akan dihadirkan. Pilihan
menjadi guru merupakan pilihan utama bukan sekedar pilihan alternative yang ketika tak ada
pilihan lain atau bahkan hanya sekedar batu loncatan saja. Para mahasantri seyogyanya
memanfaatkan kesempatan emas yang ada dengan sebaik-baiknya dalam rangka memantaskan dan
memperbaiki diri selama proses pembelajaran berlangsung. (Muhammad Yusuf)

Anda mungkin juga menyukai