LP + Askpep Mastoiditas
LP + Askpep Mastoiditas
Disusun Oleh :
1. Putri Lestari (A01702364)
2. Putri Yanuar (A01702365)
3. Ramadhanti Alfariska (A01702366)
4. Refa Marta Gunawan (A01702368)
5. Retno Laras Hanggraeni (A01702369)
6. Rina Nikmatul Isnaeni (A01702370)
7. Rizki Indri Lestari (A01702371)
8. Robingatun (A01702372)
Laporan Pendahuluan
a Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga
tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis ( Kep.Medikal-Bedah : 348).
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada
tulang temporal.
b. Etiologi
c. Manifestasi Klinis
d. Pemeriksaan Penunjang
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat
pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah.
Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering
didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang
menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor
predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak
yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya.
Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae.
Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya
penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari
angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah
imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ
juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah,
lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan
penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan
ringannya penyakit.
f. Anatomi Fisiologi
1). Telinga bagian luar
a). Aurikula (daun telinga).
Menampung gelombang suara datang dari luar masuk ke dalam telinga.
b). Meatus akustikus eksterna (liang telinga)
Saluran penghubung aurikula dengan membran timpani (terdiri tulang rawan &
keras, saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea & kelenjar keringat,
khususnya menghasilkan sekret-sekret berbentuk serum).
c). Membran timpani
Selaput gendang telinga batas antara telinga luar & telinga tengah.
2). Telinga bagian tengah
a). Kavum timpani
Rongga didalam tulang temporalis terdapat 3 buah tulang pendengaran (maleus,
inkus dan stapes).
b). Antrum timpani
Rongga tidak teratur terletak di bawah samping dari kavum timpani.
c). Tuba auditiva eustaki
Saluran tulang rawan yang berjalan miring ke bawah agak kedepan.
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral
dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah
bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan
jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran
kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela
bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam
dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat
terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
3). Telinga bagian dalam
a). Labirin osseus
Serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan (perilimfe).
(1) Vestibulum.
(2) Koklea.
(3) Kanalis semi sirkuler.
b). Labirintus membranosus
(1) Utrikulus.
(2) Sakulus.
(3) Duktus semi sirkularis
g. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat adanya migrasi agen penginfeksi dari rongga mastoid menuju
jaringan tulang atau aliran darah di sekitarnya, contohnya : Ke bagian periosteum dari
tulang temporal menyebabkan subperiosteal abscess. Meluas ke bagian posterior
menyebabkan septic thrombosis di sinus lateral. Menyerang ke bagian ujung mastoid
(tip of mastoid) menyebabkan deep neck abscess
Laporan Kasus
A. Identitas Klien
Nama : Nn. U
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 24 Agustus 2016
Berat Badan : 30 kg
Agama : Islam
Alamat : Gombong, Kebumen
Diagnosa Medis : Mastoiditis
Tanggal Masuk : 18 November 2018
Tanggal Pengkajian : 19 November 2018
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan Klien : Ibu
C. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama :
Deman, Telinga terasa sakit dan berwarna merah, terdapat benjolan pada
belakang telinga serta terdapat nanah.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan dapat melakukannya dengan normal,
BAB 1kali sehari pada pagi hari, dan BAK 5-6 kali sehari
Saat dikaji : ibu klien mengatakan dapat bereliminasi degan normal, BAB
1kali sehari dipagi hari, dan BAK 5-6 kali sehari.
a. Rambut
Inspeksi : Berbau, kusam, mudah rontok, tidak ada scalp
Palpasi : Rambut Kering, tidak ada nyeri tekan,
b. Mata
sclera ananemis, tampak bersih
c. Hidung
Tidak ada secret, bentuk simetris, fungsi penciuman normal ditandai
dengan klien dapat mencium bau
d. Mulut
Bentuk simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada karies, fungsi
pengecapan normal di tandai dengan klien mampu merasakan manis
dan asin
e. Telinga
Bentuk simetris, tampak ada serumen , terdapat nyeri tekan , terdapat
pembengkakakn pada bagian belakang telinga, terdapat secret dan
daun telinga tampak berwarna merah.
5. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, bentuk simetris, tidak ada gangguan
menelan.
6. Dada
a. Paru – paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, warna kulit sama dengan
anggota tubuh lain, tidak ada jejas, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan, pengembangan dada simetris
Palpasi : vokal premitus teraba
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis intercosta 5 mid
clavicula sinistira tidak terdapat pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis
intercosta 5 mid clavicula sinisutra
Perkusi : Bunyi redup atau pekak
Auskultasi : Suara normal S1 dan S2 lub dub lub dub, dan
tidak ada suara tambahan.
7. Abdomen
Inspeksi : warna sama dengan kulit lain, turgor kulit elastic,
simetris.
Auskultasi : Peristaltik usus 20x/menit
Perkusi : Bunyi timpani, redup di kuadran bawah
Palpasi : Tidak ada benjolan, dan tidak ada nyeri tekan
9. Ekstremitas
Inspeksi : Kanan dan kiri sama anatomis, tidak ada
luka
Palpasi : Akral hangat , tidak ada nyeri tekan pada
ekstremitas atas maupun bawah.
ANALISA DATA
Ds : pasien mangatakan
mengalami gangguan pendengaran
dan tidak dapat mendengar seperti
biasanya
Do : pasien terlihat kurang dalam
penderangannya
Hambatan Perubahan
komunikasi persepsi
verbal sensori
auditoris
h. berikan pendidikan
2
kesehatan
Setelah dilakukan tindakan
Rencana Tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Keperawatan :
diharapkan masalah dapat teratasi
dengan indikator: a. berespon segera
sehingga menunjukkan
1. Komunikasi
pemahaman terhadap
Indikator Saat Target pesan yang diterima
sakit
b. monitor akumulasi
Mengenali 2 4
serumen (nanah) yang
pesan yang
berlebihan
diterima
Pertukaran 2 4
pesan yang
akurat dengan
orang lain
IMPLEMENTASI
Do : klien tampak
meringis menahan nyeri.
Do : klien tampak
meringis kesakitan.
P : pasien mengatakan
nyeri pada bagian
belakang telinganya.
Q : pasien mengatakan
nyeri terasa cekot - cekot
R : pasien mengatakan
nyeri pada belakang
telinga
S : skala nyeri 5
T : nyeri datang kapan
saja
Do : klien tampak
kebingungan saat latihan
skrinning. Harus
berbicara lebih keras.
Do : klien tampak
meringis kesakitan.
P : pasien mengatakan
nyeri pada bagian
belakang telinganya.
Q : pasien mengatakan
nyeri terasa cekot - cekot
R : pasien mengatakan
nyeri pada belakang
telinga
S : skala nyeri 5
T : nyeri datang kapan
saja
Do : klien tampak
kebingungan saat latihan
skrinning. Harus
berbicara lebih keras.
EVALUASI
Dx. Tanggal/ja Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan m
nyeri akut b.d 17 S : klien mengatakan masih merasakan nyeri
peradangan, November pada telinga bagian belakang
Mengenali 4 2
kapan nyeri
terjadi
Menggunakan 4 2
tindakan
pencegahan
Melaporkan 4 2
nyeri yang
terkontrol
Keterangan :
1. tidak pernah menunjukkan
2. jarang menunjukkan
3. kadang kadang menunjukkan
4. sering menunjukan
5. secara konsisten menunjukkan
B. Tingkat nyeri
Indikator Saat Target
ini
Menggosok 4 2
area yang
terkena
dampak
Mengerang dan 4 2
menangis
Kehilangan 4 2
nafsu makan
Keterangan :
1. berat
2. cukup berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji secara komphrehensif tentang nyeri.
2. Gali bersama pasien factor factor yang
dapat menurunkan atau memperberat
nyeri.
3. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi ( seperti biofeedback, TENS,
hypnosis,relaksasi, bimbingan antisipatif,
terapi music, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan, sebelum,
sesudah dan jika memungkinkan ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkannyeri; sebelum nyeri terjadi
atau meningkat; dan bersamaan dengan
tindakan menurun rasa nyeri lainnya).
4. Pemberian Analgesik.
- Kolaborasikan dengan dokter
apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan
interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus berdasarkan
prinsip analgesik.
5. Monitor TTV
Mengarahkan 2 4
pesan yang
diterima dengan
cepat
Pertukaran 2 4
pesan yang
akurat dengan
orang lain
P : lanjutkan intervensi
a. berespon segera sehingga menunjukkan
pemahaman terhadap pesan yang diterima
Mengenali 4 2
kapan nyeri
terjadi
Menggunakan 4 2
tindakan
pencegahan
Melaporkan 4 2
nyeri yang
terkontrol
Keterangan :
6. tidak pernah menunjukkan
7. jarang menunjukkan
8. kadang kadang menunjukkan
9. sering menunjukan
10. secara konsisten menunjukkan
D. Tingkat nyeri
Indikator Saat Target
ini
Menggosok 4 2
area yang
terkena
dampak
Mengerang dan 4 2
menangis
Kehilangan 4 2
nafsu makan
Keterangan :
6. berat
7. cukup berat
8. sedang
9. ringan
10. tidak ada
P : Lanjutkan Intervensi
6. Kaji secara komphrehensif tentang nyeri.
7. Gali bersama pasien factor factor yang
dapat menurunkan atau memperberat
nyeri.
8. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi ( seperti biofeedback, TENS,
hypnosis,relaksasi, bimbingan antisipatif,
terapi music, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan, sebelum,
sesudah dan jika memungkinkan ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkannyeri; sebelum nyeri terjadi
atau meningkat; dan bersamaan dengan
tindakan menurun rasa nyeri lainnya).
9. Pemberian Analgesik.
- Kolaborasikan dengan dokter
apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan
interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus berdasarkan
prinsip analgesik.
10. Monitor TTV
Mengarahkan 2 4
pesan yang
diterima dengan
cepat
Pertukaran 2 4
pesan yang
akurat dengan
orang lain
P : lanjutkan intervensi
a. berespon segera sehingga menunjukkan
pemahaman terhadap pesan yang diterima