Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem endokrin merupakan sistem dan organ yang memproduksi hormon. Kelenjar
endokrin adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran keluar (ductus exkretorius). Yang
termasuk susunan endokrin ialah: hipotalamus, kelenjar hipofisis (pituitaria), kelenjar
pineal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar timus, pulau-pulau langerhans pankreas,
korteks dan medula anak ginjal, ovarium, testis dan sel endokrin di saluran cerna yang
disebut sel amine precursor uptake and decarboxylation (sel APUD). Hormon yang
dihasilkan hipofise dapat bersifat tropik. Hormon ini tidak langsung mempengaruhi sel-sel
tubuh tapi mempengaruhi hormon endokrin lain (target gland). Ilmu bedah endokrin adalah
ilmu bedah yang mempelajari pemeriksaan, diagnosis, teknik pembedahan, dan perawatan
pasca bedah kelenjar.
Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem endokrin. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal,
merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel ditubuh, mengatur metabolisme
lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Fungsi
tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone = TSH =
Tirotropin) dari hipofisis anterior.
Kelenjar tiroid merupakan organ terbesar dari sistem endokrin. Gangguan organ ini
memberikan manifestasi klinik tersering dibandingkan dengan organ lainnya dari sistem
endokrin.
Epidemiologi
Kelenjar tiroid termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan yaitu
sekitar 3-5 % dari semua tumor maligna. Tetapi diantara kelenjar endokrin, keganasan tiroid
termasuk jenis keganasan kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan (90%).
Insidensnya lebih tinggi di negara dengan struma endemik, terutama jenis yang tidak
berdiferensiasi. Kanker tiroid didapat 1% dari seluruh penyakit keganasan dan menempati
urutan petama keganasan kelenjar endokrin. Insidens kanker tiroid sampai saat ini di
Indonesia belum didapati, hanya saja pada registerasi patologi menempati urutan ke 9 (4%)
dari 10 keganasan tersering. Di Amerika didapati 14000 penderita baru dan Republik
Federal German 3000 penderita setiap tahunnya
Tabel 1.
Pola kanker pada kelenjar endokrin
Tipe Jumlah penderita Persentase

Thyroid 13.900 87
Endocrine pancreas 800 5
Adrenal 550 3.4
Thymus 425 2.6
Pineal gland 128 0.8
Pituitary gland 77 0.5
Parathyroid 65 0.4
Carotid body or paraganglia 33 0.2

Tabel 2.
Pola penyakit kanker
No ICD Lokasi Jumlah Kasus Frek. Relative
1 180 Leher rahim 3.110 25.57 %
2 174 Payudara wanita 1.925 15.83 %
3 196 Limfoid sekunder 1.523 12.52 %
4 173 Kulit 1.394 11.46 %
5 147 Nasofaring 950 7.80 %
6 183 Ovarium 803 6.60 %
7 154 Rectum 735 6.04 %
8 171 Jaringan ikat 708 5.82 %
9 193 Tiroid 539 4.43 %
10 153 Kolon 476 3.91 %

Sumber data: bulletin badan registrasi kanker Indonesia BRK – IAPI, No 4, 1989

Karsinoma tiroid didapat pada semua usia dengan puncak pada usia muda (7-20
tahun) dan usia setengah baya (40-60 tahun). Insidens pada pria sekitar 3/100.000/th dan
wanita sekitar 8/100.000/th.
Berbagai perubahan neoplasma dapat terjadi pada kelenjar tiroid, baik jinak maupun
ganas. Secara klinis antara nodul jinak maupun yang ganas sulit dibedakan. Dari berbagai
penelitian, terdapat beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga
kecenderungan nodul tiroid tersebut ganas atau tidak, antara lain riwayat terekspos sinar
radiasi, usia saat timbul nodul, konsistensi nodul, dan lain-lain.
Insiden kanker di Indonesia diperkirakan 180 per 100.000 penduduk. Struktur umur
pada suatu populasi besar pengaruhnya terhadap suatu kanker. Nodul tiroid ditemukan
lebih dari 7 % populasi dan 4-6 % nodul tersebut adalah ganas. Nodul yang teraba pada
kelenjar tiroid sangat sering ditemukan pada pemeriksaan fisik, terutama pada wanita
muda. Insidens nodul tiroid yang teraba di Amerika Serikat dilaporkan pada 4 - 7% dari
populasi dewasa.
The American Cancer Society memperkirakan terdapat 20.700 kasus baru dari
karsinoma tiroid pada tahun 2002 di Amerika Serikat. Kematian akibat karsinoma tiroid
tersebut diperkirakan mencapai angka 1300 jiwa.
Distribusi histiologik dari karsinoma tiroid primer adalah kanker tiroid jenis papilar
(71,4%); kanker tiroid jenis folikular ( 16,7%); kanker tiroid jenis anaplastik (8,4%); dan
kanker tiroid jenis medular (1,4%).
Dengan berbagai kemajuan teknologi kedokteran, seperti aplikasi biopsi jarum halus
(BAJAH), ultrasonografi (USG), thyroid stimulating hormone (TSH) sensitive dan terapi
supresi L-tiroksin, telah memungkinkan para peneliti melakukan evaluasi nodul tiroid
secara lebih cermat hingga sampai pada diagnosis nodul junak atau ganas.
Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif
baik. Umumnya tergolong pada slow growing tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan
penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah. Perjalanan klinis
karsinoma tiroid sering sukar diramalkan. Kadang-kadang nodul tiroid baru muncul dalam
beberapa bulan dan timbul mendadak seperti pada karsinoma tiroid anaplastik. Tetapi dapat
pula mengalami nodul tiroid berpuluh tahun dan memberi gejala klinis yang ringan saja
seperti pada karsinoma tiroid papiler.
Modalitas terapi karsinoma tiroid, khususnya yang berdiferensiasi adalah operasi,
ablasi iodium radioaktif dan terapi supresi L-tiroksin. Agresivitas terapi didasarkan atas
faktor resiko prognostik pada masing-masing pasien. Untuk evaluasi hasil pengobatan,
parameter yang digunakan adalah pencitraan dan petanda keganasan.
Walaupun hingga saat ini belum ada kesepakatan tentang bagaimana bentuk terbaik
pengobatan karsinoma tiroid, telah disepakati bahwa tiroidektomi adalah langkah pertama
yang harus dilakukan pada karsinoma tiroid atau pada struma yang dicurigai ganas.
Angka kematian akibat karsinoma tiroid hanya 0,4% dari semua kematian akibat
kanker, yang merupakan angka yang cukup rendah. Tetapi yang menjadi permasalahan
adalah bagaimana mengenal nodul tiroid sebagai suatu proses keganasan, karena banyak
kelainan atau nodul tiroid yang lain yang bukan merupakan karsinoma. Dengan demikian
tidak akan terlewat adanya nodul ganas yang memerlukan tindakan bedah, sekaligus dapat
terhindar dari tindakan operasi yang seharusnya tidak perlu pada nodul yang jinak.
Ruang lingkup bahasan tulisan ini adalah karsinoma tiroid meliputi penanganan
karsinoma tiroid secara terpadu melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan klinis yang teliti,
pemeriksaan stadium klinik dan klasifikasi histopatologik yang benar sehingga dicapai
pemilihan cara pengobatan yang tepat.
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI

II.1.Anatomi Kelenjar Tiroid


II.1.1.Embriologi
Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada akhir
bulan pertama. Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm yang berasal dari sulcus
pharyngeus pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum, yang kemudian
membesar, tumbuh dan mengalami migrasi ke bawah yang akhirnya melapaskan diri dari
faring. Sebelum lepas, ia berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berasal dari foramen
sekum di basis lidah. Jaringan endodermal ini turun ke leher sampai setinggi cincin trakea
kedua dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobi. Pada umumnya duktus ini akan
menghilang pada usia dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih menetap, sehingga
dapat terjadi kelenjar di sepanjang jalan tersebut, yaitu antara kartilago tiroid dengan basis
lidah. Dengan demikian kegagalan tertutupnya duktus akan mengakibatkan terbentuknya
kelenjar tiroid yang letaknya abnormal yang disebut persistensi duktus tiroglosus.
Persistensi duktus tiroglosus dapat berupa kista duktus tiroglosus, tiroid lingual, atau tiroid
servikal. Sedangkan desensus yang terlalu jauh akan menghasilkan tiroid substernal. Sisa
ujung kaudal duktus tiroglosus ditemukan pada lobus piramidalis yang menempel pada
ismus tiroid. Brachial pouch keempatpun ikut membentuk bagian kelenjar tiroid, dan
merupakan asal mula sel-sel parafolikular atau sel-C yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar
tiroid janin secara fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intrauterin.

II.1.2.Anatomi
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang kecil, berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak
di leher tepat di bawah jakun ( adam’s apple ), yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis dengan banyak pembuluh darah. terdiri atas dua lobus, terletak setinggi
tulang vertebra servikal kelima sampai vertebra torakalis pertama. Kelenjar tiroid
dihubungkan oleh istmus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Setiap lobus tiroid yang
berbentuk lonjong berukuran panjang 2,5 - 4 cm, lebar 1,5 – 2 cm dan tebal 1 – 1,5 cm. Berat
kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium. Pada orang dewasa
beratnya bervariasi sekitar 25 –30 gram (lebih berat pada wanita). Kelenjar tiroid membesar
saat menstruasi dan hamil.

Di daerah leher juga terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf.
Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrachealis, dan melingkari trakea dua
pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran.
Dibawah lapisan tengah dari fasia bagian dalam servikal, kelenjar tiroid memiliki
kapsul dalam yang sesungguhnya, yang tipis dan melekat erat pada kelenjar. Kapsul ini
membagi kelenjar tiroid menjadi lobus dan lobulus. Lobulus terdiri dari folikel dengan epitel
yang sederhana yang berisi koloid. Koloid mengandung glikoprotein teriondinasi,
iodotiroglobulin, dan precursor hormon tiroid. Folikel bervariasi dalam ukuran tergantung
derajat keaktifannya dan mereka dikelilingi oleh pleksus yang berisi kapiler yang menyusup,
pembuluh limfe, dan saraf simpatis.
Kelenjar tiroid terdiri dari dua tipe sel, yaitu sel principal (folikuler tiroid) yang
bertanggung jawab terhadap formasi dari koloid dan sel parafolikuler (C-cell) yang
menghasilkan hormon kalsitonin (bertanggung jawab terhadap homeostasis kalsium).

Kelenjar tiroid dilapisi oleh fasia viseralis yang membagi lapisan tengah dari fasia
servikal bagian dalam yang melekat secara halus pada tulang laryngeal. Ligamentum
suspensorim anterior dimulai dari bagian superior-medial dari kelenjar tiroid yang melekat
pada krikoid dan kartilago tiroid.
Bagian postero-medial dari kelenjar melekat pada samping dari kartilago krikoid,
cincin trakea pertama dan kedua oleh ligamentum suspensorium posterior (ligamentum
Berry). Melalui cara ini menuju laring, nervus laringeal rekuren biasanya melewati
ligamentum Berry atau antara ligament utama dengan sisi lateralnya.
Lapisan-lapisan inilah yang bertanggung jawab pada pergerakan dari kelenjar tiroid
dan struktur yang berhubungan dengan proses menelan. Pada setiap gerakan menelan selalu
diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah cranial, yang merupakan ciri khas
kelenjar tiroid. Sifat inilah yang digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu
bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak.
Sisi lateral tiroid ditutupi oleh m. sternotiroid dan ini melekat pada garis oblik dari
kartilago tiroid untuk mencegah bagian superior tiroid menonjol ke superior dibawah
muskulus tirohyoid. Lebih anterior terdapat sternohyoid dan superior belly dari otot
omohyoid. Saling tumpang tindih pada bagian bawah dengan m.sternokleidomastoideus.

m.sternohyoid dan m.sternotiroid /bergabung pada garis tengah oleh fasia avaskuler.

Kelenjar tiroid adalah kelenjar dengan banyak pembuluh darah yang terletak
dibagian bawah leher.
Vaskularisasi dari kelenjar tiroid berasal dari 4 arteri yang utama,yaitu :
 2 dari atas yaitu dari a. tiroidea superior kanan dan kiri, (cabang a. karotis eksterna)
 2 dari bawah yaitu a. tiroidea inferior kanan dan kiri (cabang a.subclavia)
Sistem vena berasal dari plexus perifolikular terdiri atas:
 v. tiroidea superior
 v.tiroidea media
 v. tiroidea inferior
Vaskularisasi kelenjar tiroid amat baik. Arteri karotis komunis, vena jugularis interna
dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di laterodorsal tiroid.
Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus
simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis. Vaskularisasi
kelenjar tiroid berasal dari empat sumber; arteri karotis superior kanan dan kiri, cabang
arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri,
cabang arteri brakhialis. A tiroidea superior berasal dari A. karotis komunis atau A. karotis
eksterna; A. tiroidea inferior berasal dari A. subklavia. Ternyata setiap folikel tiroid
diselubungi oleh jala-jala kapiler (beranastomosis secara ipsilateral maupun kolateral; dan
jala-jala limfatik; Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus
brakiosefalika. Sistem vena berasal dari pleksus perifolikuler yang menyatu di permukaan
membentuk vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di
sebelah lateral, dan vena tiroidea inferior. Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5
ml/gram kelenjar/ menit.
Distribusi arteri tiroid dari penempang Distribusi arteri tiroid dari penampang belakang
depan
Distribusi vena tiroid

The thyroid gland and its arterial supply. (Drs. L. J. Rizzolo and W. B. Stewart, Section of Anatomy. Department of Surgery, Yale University School of Medicine,
New Haven, Connecticut, are acknowledged for providing the figure. From parathyroid and thyroid anatomy, in Surgery of the thyroid and parathyroid
glands, 1e. Oertli D, and Udelsman R, eds. Berlin-Heidelberg—New York: Springer, with permission.)

Persarafan yang terdapat di sekitar kelenjar tiroid adalah cabang dari Nervus Vagus
yaitu N. laryngeus superior dan N. laryngeus inferior atau N. laryngeus recurrens.Terdapat
dua macam saraf yang mempersarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus
rekurens dan cabang dari nervus laringeus superior.
Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring dan terdapat pada
kedua sisi. Fungsi motorik dari nervus rekurens adalah untuk mengabduksi pita suara dari
garis tengah. Kerusakan nervus rekurens menyebabkan kelumpuhan pita suara dan apabila
nervus rusak pada kedua sisi mengakibatkan hilangnya suara dan obstruksi dari saluran
udara sehingga memerlukan intubasi dan tracheostomy.
Nervus laryngeal superior mempersarafi lobus atas tiroid walaupun kerusakan dari
nervus ini tidak menyebabkan gangguan yang terlalu besar seperti yang dialami pada
kerusakan nervus recurens pada orang-orang yang membutuhkan kualitas suara yang
bagus.

Kelenjar tiroid kaya akan sistem limfatik. Drainase sistem limfatik perlu diketahui
karena hubungannya dalam pembedahan karsinoma tiroid, karena pembuluh getah bening
kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan plexus trakealis, terdapat nodus
paratrakea, nodus tracheoesophageal, nodus mediastinal di posisi anterior dan superior.
Nodus jugular pada posisi atas tengah dan bawah. Nodus retropharyngeal dan esophageal
pada posisi lateral. Nodus cervical pada segitiga posterior dan nodus limfatik pada segitiga
submaxillary berhubungan dengan metastase kanker tiroid.
Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid, sepasang kelenjar paratiroid
menempel dibelakang lobus superior tiroid dan sepasang lagi di lobus medius, sedangkan
nervus laringeus rekurens berjalan di sepanjang trakea dibelakang tiroid. Pembuluh getah
bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari
pleksus ini ke arah nodus pralaring yang tepat berada di atas ismus menuju ke kelenjar getah
bening brakiosefalik dan sebagian ada langsung ke duktus torasikus. Hubungan getah bening
ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid.

II.2. Fisiologi Kelenjar Tiroid


Fungsi utama hormon tiroid adalah mempertahankan derajat yang lebih tingggi.
Kelenjar tiroid termasuk salah satu alat tubuh yang sensitif dan dapat bereaksi terhadap
berbagai rangsang..
Pada masa pubertas, kehamilan, dan stress, kelenjar dapat membesar dan berfungsi
lebih aktif. Fungsi tiroid juga dipengaruhi oleh hipofise. Yodium dari makanan dan minunan
diabsorpsi oleh usus halus bagian atas dan lambung dan kira-kira sepertiga hingga
setengahnya ditangkap oleh kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan melalui urin. Tiroid
mempunyai daya yang kuat untuk menarik yodida secara selektif, kemudian dikonsentrasi.
Yodium yang ditangkap oleh sel tiroid akan diubah menjadi hormon melalui 7 tahap
yaitu: (1) tahap trapping, (2) tahap oksidasi, (3) tahap coupling, (4) tahap penimbunan
storage, (5) tahap deidonasi, (6) tahap proteolisis, (7) tahap pengeluaran hormon dari
kelenjar tiroid.
Dalam keadaan fisiologik, trapped iodine akan dioksidasi menjadi bentuk dengan
valensi yang lebih tinggi. Yodium dengan cepat terikat pada tirosin, membentuk MIT (mono-
yodo-tirosin ) dan DIT ( di-yodo-tirosin ). Dua DIT atau satu MIT dan satu DIT digabung
dalam reaksi oksidatif kedua sehingga terbentuk tiroksin dan T3. Tetapi T3 juga dapat dibuat
dengan jalan deiodinasi thyroxin dalam jaringan non tiroid. Tiroksin dan T3 disimpan dalam
folikel tiroid sebagai tiroglobulin yang pada keadaan fisiologik tidak termasuk dalam
sirkulasi darah. Enzim proteolitik akan menghidrolisis tiroglobulin menjadi MIT, DIT, T3,
dan T4.
T4 yang beredar, diproduksi dan diseksresikan secara primer oleh kelenjar tiroid,
dan T3 , yang kebanyakan berasal dari perubahan T4 menjadi T3 di hati, diikat oleh protein
plasma, sebagian besar ikatan tersebut adalah tiroksin yang berikatan dengan globulin
(throxine binding-globulin, TBG) dan sebagian kecil menjadi tiroksin yang berikatan dengan
prealbumin (thyroxine binding pre-albumin TBPA), dan sebagian kecil lagi hormon yang
dalam keadaan bebas inilah yang secara fisiologis berperan penting, termasuk yang
berfungsi dalam proses umpan balik.
Pada kelenjar tiroid juga didapatkan sel parafolikuler, yang menghasilkan kalsitonin.
Kalsitonin adalah suatu polipeptida yang turut mengatur metabolism kalsium, yaitu
menurunkan kadar kalsium serum, melalui pengaruhnya terhadap tulang.
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang terkandung (tiga untuk
T3 dan empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang dilepaskan ke dalam
darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3 maupun T4 dibawa ke
sel-sel sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid


Ada 7 tahap, yaitu:
1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel
folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K
tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan
membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat
mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara
dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk
aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin
membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin
(proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam
plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula
iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat
akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.
3. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang
terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan
membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta
tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi
molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk
oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis granula.
4. Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan
T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian
akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida.
Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel
yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan
mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan
pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.
7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian
ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid
Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total
dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang
kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total
menggambarkan

Anda mungkin juga menyukai