Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan pada pasien Ny. R dengan post sectio caesaria indikasi
oligohidramnion RSUD Nyi Ageng Serang. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas Semester V, pada:

Hari :

Tanggal :

Tempat : Poli Kandungan

Praktikan

(Tanti Asriza)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

( ) (Apri Nur Wulandari, M.Kep)

2
BAB I
KONSEP DASAR MEDIK

A. Tinjauan Tentang Etiologi (Oligohidramnion)


1. Definisi
Oligohidramnion adalah kondisi volume air ketuban sangat
sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena janin sedikit sekali dalam
memproduksi air ketuban. Selain itu bisa juga disebabkan air ketuban
merembes keluar. Air ketuban yang merembes ini biasanya karena
selaput ketuban yang membungkusnya robek (Rahmatullah, 2016).
Oligohidramnion adalah menunjukkan pengurangan jumlah
cairan amnion yang tidak memungkinkan fetus untuk cukup bergerak
di uterus (Megasari, 2015)

2. Etiologi
Menurut Sinclare (2009) etiologi oligohidramnion adalah sebagai
berikut:
a. Insufisiensi placenta pada PJT
b. Obstruksi ginjal janin atau agenesis
c. Kebocoran cairan amnion yang kronis
d. Atau etiologi yang diketahui menyebabkan oligohidranion

3. Tanda dan Gejala


Menurut Marni, dkk (2015) mengatakan tanda gejala dari
oligohidramnion diantaranya yaitu:
a. Perut ibu kelihatan kurang membuncit
b. Ibu merasa nyeri diperut pada tiap pergerakan anak
c. Persalinan lebih lama dari biasanya
d. Sewaktu his akan terasa sakit sekali

3
e. Bila ketuban pecah air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada
yang keluar
Namun, menurut Rukiyah & Yulianti (2010) mengatakan pada ibu
yang mengalami oligohidramnion biasanya akan tampak uterus
tampak lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri diperut
pada setiap pergerakan anak. Sering berakhir dengan partus
prematurus atau melahirkan janin yang belum saatnya dilahirkan,
bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu
his akan sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali
bahkan tidak ada yang keluar.

4. Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi
secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan (Prawirohardjo,
2010).
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion
adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT),
ketuban pecah, kehamilan postterm, insufiensi plasenta dan obat-
obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan
kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah
kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom
(Prawirohardjo, 2010).
Pada insufiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan
hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi

4
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion (Prawirohardjo, 2010).

Penyebab

-Penyumbat pada saluran kemih janin membran ketuban


-Janin menelan cairan amnion

Oligohidramnion

Bayi Ibu

-Kelainan kongenital Hipoksia Janin Insufisiensi Plasenta KPD


-PJT
-Terjadi penurunan darah ke ginjal
-Produksi urin berkurang

Oligohidramnion

5
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bagi klien oligohidramnion menurut Rukiyah &
Yulianti (2010) mengemukakan tindakannya adalah:
a. Tirah baring
b. Hidrasi dengan kecukupan cairan
c. Perbaikan nutrisi
d. Pemantauan kesejahteraan janin
e. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
f. Pemberian infuse amnion

B. Tinjauan tentang Tindakan (Sectio Caesarea)


1. Definisi
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Hanifa, 2010).
Sectio Caesarea biasanya dilakukan karena beberapa indikasi
diantaranya komplikasi kehamilan (preeklampsia), disproporsisefalo
pelvic, partus lama, rupture uteri, cairan ketuban yang tidak normal,
kepala panggul (Padilla, 2013).

2. Indikasi/kontraindikasi
Menurut Rasjidi (2009) indikasi dan kontraindikasi dari Sectio
Caesarea sebagai berikut.
a. Indikasi mutlak
Indikasi ibu
1) Panggul sempit absolute
2) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang
adekuatnya stimulasi
3) Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
4) Stenosis serviks/ vagina

6
5) Placenta previa
6) Disproporsi sefalopelvik
7) Rupture uteri membangkat
Indikasi janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
c. Prolapsus plasenta
d. Perkembangan bayi yang terhambat
e. Mencegah hipoksia janin
b. Indikasi relative
1) Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya
2) Presentasi bokong
3) Distosia
4) Fetal distress
5) Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
6) Ibu dengan HIV positif inpartu
c. Indikasi sosial
1) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya
2) Wanita yang ingin melakukan Sectio Caesarea elektif
karena takut bayinya mengalami cedera
3) Wanita yang takut terjadi perubahan pada tubuhnya setelah
melahirkan

Kontra indikasi
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
d. Kelainan kongenital berat

7
C. Tinjauan Masa Nifas
1. Definisi
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2010).
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat dengan tidur
telentang selama 8 jam pascapersalinan. Setelah itu, ibu boleh miring
ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli, hari kedua ibu diperbolehkan duduk. Pada hari ketiga
ibu dianjurkan berjalan-jalan dan pada hari keempat atau hari kelima
diperbolehkan pulang. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya
mengandung protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Mochtar,
2013).

2. Klasifikasi
Adapun tahapan masa nifas adalah :
a. Puerperium dini : Masa pemulihan, yakni saat-saat ibu
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial : Masa pemulihan menyeluruh dari organ
- organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau bersalin
mempunyai komplikasi. Sebagai catatan, waktu untuk sehat
sempurna bisa cepat bila kondisi sehat prima, atau bisa juga

8
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan, bila ada gangguan-
gangguan kesehatan lainnya (Suherni,2009).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a. Involusi alat alat kandungan
Dalam masa nifas, alat alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan perubahan alat genetal ini dalam keseluruhanya disebut
involusi
b. Uterus
Isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikelurkan oleh hipofise.
Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah
involusi uteri akan lebih sempurna
c. Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
1) Lokhea Rubra
Berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2
hari pasca peralinan.
2) Lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-
7 pasca persalinan.
3) Lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke
7-14 pasca persalinan
4) Lokhea alba
Berwarna putih, setelah 2 minggu.

9
Lokhea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk (Ambarwati, 2009).
d. Servik
Serviks mengalami involusi bersama sama dengan uterus.
Warna serviks sendiri merah kehitam hitaman, karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Bentuknya seperti corong karena
disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada perbatasan
antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks
yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara
bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dimasukkan 2-3 jari, pada minggu ke 6
postpartum serviks menutup (Ambarwati, 2009).
e. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6 sampai 8 minggu postpartum. Penurunan
hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan
mukosa vagina (Ambarwati, 2009).

4. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Menurut Suherni (2009), proses adaptasi psikologi pada
seorang ibu sudah dimulai sejak hamil. Wanita hamil akan mengalami
perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi.
Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering
sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari

10
emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan
ibu yang lain.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang
dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,
kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk
mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti
mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati
fase ini dengan baik.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk

11
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada
fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan
berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan
ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara
menyusu yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas,
memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti
gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri denga
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami
dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang
cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk
dapat merawat bayinya.

12
5. Data Fokus Masa Nifas
Menurut Mitayani (2009) pengkajian keperawatan adalah sebagai
berikut.
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling menonjol dan yang paling dirasakan oleh
klien dengan post partum seksio sesarea. Pada saat dilakukan
pengkajian pada umumnya klien mengeluh nyeri luka operasi
di daerah abdomen.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Didalamnya terdapat keluhan dan keadaan pasien dari rumah
hingga dirawat di rumah sakit, sehingga diberikan tindakan
berdasarkan Paliatif (P) yaitu faktor utama keluhan, Q
(kualitatif) yaitu kualitas, Region (R) atau daerah penyebaran
nyeri, Safety (S) yaitu kenyamanan klien, Time (T) yaitu waktu
terjadinya keluhan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengenai penyakit dahulu yang dirasakan dan dialami oleh
klien yang dapat mempengaruhi keadaan sekarang.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah terdapat anggota keluarga yang mengidap penyakit
menular dan diturunkan, seperti penyakit diabetes melitus,
hipertensi, dan lain - lain.
b. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
1) Riwayat Obstetri
2) Riwayat Ginekologi
Mengkaji tentang kelainan atau keluhan pada waktu hamil
yang dapat mempengaruhi keadaan sekarang.

13
c. Riwayat Menstruasi
Umur pertama mengalami haid, lama haid, banyaknya perdarahan,
siklus, HPHT, taksiran persalinan, dan usia kehamilan.
d. Riwayat Perkawinan
Umur klien dan suami pada waktu nikah, lama menikah, berapa
kali menikah.
e. Riwayat Kontrasepsi
Mengenai jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu
dan lamanya penggunaan, masalah yang dihadapi dengan
menggunakan kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang direncanakan
setelah persalinan sekarang.
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat yang berisi tentang keadaan klien selama kehamilan
sekarang yaitu: keluhan saat kehamilan, pergerakan janin, keadaan
janin, kebiasaan memeriksakan kehamilan, tempat pemeriksaan,
immunisasi.
g. Riwayat Persalinan Sekarang.
Riwayat klien dari mulai merasakan tanda – tanda persalinan
kemudian diperiksa oleh dokter atau bidan dan diketahui hasil
pemeriksaannya yang apabila keadaan gawat, langsung dirujuk ke
rumah sakit untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
h. Riwayat Nifas Sekarang
Di kaji ada tidaknya perdarahan, bau, dan keluhan pada daerah
luka post operasi pada saat bergerak.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Reproduksi
a) Mamae
Bentuk, keadaan puting susu, keluhan.
b) Genetalia

14
Bentuk, loche dan warna, bau dan kebersihan.
c) Uterus
Tinggi Fundus Uteri.
j. Aspek Spiritual
Mengkaji apa agama klien, keadaan ibadah klien sebelum sakit
dan sesudah nifas.
k. Pengetahuan Klien dan Keluarga Mengenai:
1) Imunisasi
2) Perawatan payudara
3) Teknik pemberian ASI
4) KB

6. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa yang mungkin muncul menurut Mitayani (2009) adalah
sebagai berikut.
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glomerolus sekunder terhadap penurunan cardiac output.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.

15
7. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang popok atau 1. Penimbangan popok atau pembalut
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 pembalut jika perlu digunakan untuk mengukur
kerusakan fungsi jam klien dapat Terbebas 2. Pertahankan cairan seberapa banyak keluaran darah post
glomerolus sekunder dari edema, efusi, anasarka, intake dan output partum
terhadap penurunan bunyi nafas bersih tidak ada yang akurat 2. Pertahanan cairan intake akan
cardiac output (domain dispneu, memeliharan 3. Pasang urine kateter membantu menstabilkan kondisi
2,kelas 5, kode 00026) tekanan vena sentral dan jika diperlukan klien
terbebas dari kelelahan 4. Monitoring hasil HB 3. Pemasangan kateter urin dapat
Kriteria Hasil : yang sesuai dengan menurunkan volume cairan
1. Gangguan elektrolit retensi cairan (BUN, 4. Monitor HB digunakan untuk
2. Ansietas Hmt, osmolitas, urin) mengetahui apakah perlu dilakukan
3. Perubahan tekanan 5. Monitor vital sign transfusi darah
darah
6. Monitor status nutrisi 5. Monitor vital sign dipakai untuk
4. Dispneu cairan
7. Kolaborasi diuretik memantau kondisi klien
0601(Keseimbangan )
sesuai instruksi 6. Monitor status nutrisi dipakai untuk
(Manajemen Cairan mengetahui tingkat nutrisi klien
4120) 7. Kolaborasi deuretik dipakai untuk
membantu proses penyembuhan
klien melalui obat.

16
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian 1. Pengkajian nyeri dipakai untuk
dengan agen cidera fisik keperawatan 3 x 24 jam nyeri secara mengetahui tingkat nyeri pada klien
(domain 12, kelas 1, kode nyeri klien berkurang. komprehensif 2. Observasi reaksi nonverbal dapat
00132) Kriteria Hasil : termasuk lokasi, digunakan untuk mengetahui
1. Skala nyeri 0-1 karakteristik, durasi, tindakan selanjutnya untuk
2. Ibu mengatakan frekuensi, kualitas, mengurangi nyeri
nyerinya berkurang dan faktor presipitasi 3. Penanganan nyeri dapat
sampai hilang , 2. Observasi reaksi menurunkan nyeri
3. Tidak merasa nyeri saat nonverbal dari 4. Pengkajian nyeri dipakai untuk
mobilisasi , ketidaknyamanan mengetahui tindakan yg akan
4. Tanda vital dalam batas 3. Pilih dan lakukan dilanjutkan selanjutnya
normal (Kontrol nyeri penanganan nyeri 5. Analgetik merupakan obat anti nyeri
1605) (farmakologi, non 6. Istirahat dapat membantu klien
farmakologi dan melupakan nyeri
interpersonal)
4. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
5. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
6. Tingkatkan istirahat
(Mamajemen nyeri

17
1400)
3 Resiko infeksi (Domain Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau catatan 1. Peninjauan catatan persalinan
11, kelas 1, kode 00004) keperawatan selama 3 x persalinan dan dipakai untuk mengetahui angka
. 24 jam diharapkan infeksi kelahiran terkait kejadian infeksi yang dapat terjadi
tidak terjadi. infeksi yang sudah 2. Penggantian pembalut dapat
Kriteria Hasil : ada sebelumnya atau menjaga kebersihan area perineum
Tidak ada tanda-tanda pajanan terhadap untuk mengurangi angka bakteri
infeksi (Status imunitas organisme infeksi. 3. Pemantauan TTV untuk mengetahui
0702) 2. Lakukan penggantian keadaan umum
pembalut dan 4. Pemantauan warna dan lochea
perawatan perineal digunakan untuk mengetahui
dengan sering, keadaan klien terkait pengeluaran
gunakan teknik dari darah
depan kebelakang,
hingga ibu dapat
melakukannya sendiri.
3. Pantau tanda-tanda
vital, khususnya suhu
dan nadi.
4. Pantau warna dan bau
lokia (pascapartum)
(Kontrol infeksi 6540)

18
4 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 4. Kaji tingkat 1. Pengkajian kemampuan digukanan
berhubungan dengan nyeri keperawatan 3 x 24 jam kemampuan untuk mengetahui tingkat
(Domain 4, kelas 2, kode mobilisasi klien tidak pasien dalam kemampuan klien dalam mobilisasi
00085) tergantung keluarga. melakukan 2. Alih baring dapat membantu klien
Kriteria Hasil : aktivitas tiap hari. dalam latihan perpindahan posisi
1. Klien mampu miring 5. Lakukan alih 3. Dengan aktivitas yang sesuai
kanan dan kekiri. baring tiap 2 -4 kemampuan klien akan lebih
2. Klien mampu jam mengerti aktivitas yang dilakukan
melakukan aktivitas 6. Anjurkan pasien dengan bertahap
yang ringan untuk melakukan 4. Fisioterapi akan membantu dapat
3. Klien mampu aktivitas sesuai peningkatan kekuatan otot
melakukan aktivitas kemampuanya
sehari-hari tanpa 7. Kolaborasi
kesulitan (Ambulasi dengan fisioterapi
0220) (Terapi
Ambulasi:Latihan
0221)

19
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, W. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia

Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Marni, A. Retno Murti Suryaningsih. Fatmawati Ery. 2015. “Asuhan Kebidanan


Patologi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Megasari, Miratu, dkk. 2015. “Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I”. Yogyakarta:
Deepublish

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Mochtar. 2013. Sinopsis Obsetric. Jakarta: EGC

Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Pratiwi. 2012. Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post SC. Skripsi: Undip

Rahmatullah, Irfan. Kurniawan, Nurcholid Umam. 2016. “9 Bulan Dibuat Penuh


Cinta Dibuai Penuh Harap MENJALANI KEHAMILAN & PERSALINAN
YANG SEHAT”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rasjidi. 2009. Manual Seksio Sesarea & Laparatomi. Jakarta: EGC

Rukiyah, Ai Yeyeh. Lia, Yulianti. 2010. “Asuhan Kebidanan 4 (Patologi)”. Jakarta:


Trans Info Media

Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta: Tridasa Printer

Sinclare, Constance. 2009. “Buku Saku Kebidanan”. Jakarta: EGC

Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

20

Anda mungkin juga menyukai