Anda di halaman 1dari 15

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DALAM UPAYA PENCEGAHAN HAZARD KIMIA

Disusun Oleh:Kelompok 3

1. Putri Yunita Sari (1801045)


2. Raju Fredy Hati Wijaya (1801046)
3. Refiana Angelina (1801047)
4. Reski Putri Remayang (1801048)
5. Wahyu antika (1801064)
6. Widya astuti (1801065)
7. Yeni krisdiana (1801066)
8. Yesi dwi anggara (1801067)

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU


LAMPUNG
2019
Kata Pengantar

Ucapan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yanag
maha pengasih dan yang maha penyanyang karena kita masih di berikan nikmat
kesehatan, kekuatan dan kesempatan menyusun Makalah “Upaya Pencegahan
Hazard Kimia” Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam penulisan makalah ini banyak pihak yang
terlibat dan membantu. Oleh karena itu perkenankanlah kami menyampaikan
ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah ini.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi teman-teman.

Kami menyadari di dalam makalah ini jauh dari kata sempurna.Oleh


karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca.Kami berharap
semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca.

Pringsewu,November 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

C. Tujuan

1. Umum

Mahasiswa dapat mengetahu dan memahami tentang upaya untuk


pencegayan dari bahayanya bahan kimia.

2. khusus

a.Apa itu Hazard kimia?


b.Apa aja Resiko hazard kimia?
c.Bagaimaana upaya Pengendalian resiko bahaya kimia?
d.Mengetahui Bahaya faktor kimia?
e.Apa saja Bahan kimia di tempat kerja.?

Bab II Pembahasan

Bab III Kesimpulan Dan Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengapa tempat kerja yang aman dan sehat penting?
Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan
pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak
terorganisir dan banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit tak
terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan produktivitas
berkurang bagi perusahaan. Meskipun kenyataannya, para pengusaha di seluruh
dunia telah secara hati-hati merencanakan strategi bisnis mereka, banyak yang
masih mengabaikan masalah penting seperti keselamatan, kesehatan dan kondisi
kerja. Biaya untuk manusia dan finansial dianggap besar.
Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat
kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja.
Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat
kerja. Angka menunjukkan, biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi.
Dalam istilah ekonomi, diperkirakan bahwa kerugian tahunan akibat kecelakaan
kerja dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di beberapa negara dapat
mencapai 4 persen dari produk nasional bruto (PNB). Biaya langsung dan tidak
langsung dari dampak yang ditimbulkannya meliputi:
1. Biaya medis
2. Kehilangan hari kerja
3. Mengurangi produksi
4. Hilangnya kompensasi bagi pekerja
5. Biaya waktu / uang dari pelatihan dan pelatihan ulang pekerja
6. kerusakan dan perbaikan peralatan
7. Rendahnya moral staf
8. Publisitas buruk
9. Kehilangan kontrak karena kelalaian.
Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja
dipandang sebagai bagian tak terhindarkan dari produksi. Namun, waktu telah
berubah. Sekarang ada berbagai standar hukum nasional dan internasional tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipenuhi di tempat kerja. Standar-
standar tersebut mencerminkan kesepakatan luas Antara pengusaha/pengurus,
pekerja dan pemerintah bahwa biaya sosial dan ekonomi dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja harus diturunkan.

B.Rumusan Masalah
Bagaimana bahaya dan faktor resiko yang dapat terjadi akibat bahan
kimia yang beresiko tinggi.serta seberapa tinggi resiko terhadap tubuh.

C.Tujuan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana bahaya hazard kimia bahaya akibat bahan


kimia jika terpapar di tubuh.
2. Untuk mengetahui cara pengobatan dan penanganan hazard kimia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hazard Kimia
Suatu bahaya kimia adalah jenis bahaya pekerjaan yang disebabkan oleh
paparan bahan kimia di tempat kerja. Paparan bahan kimia di tempat kerja dapat
menyebabkan efek kesehatan yang merugikan baik akut maupun jangka panjang.
Terdapat banyak jenis bahan kimia berbahaya, seperti neurotoksin, zat imun, zat
dermatologi, karsinogen, racun reproduksi, racun sistemik, asmagen, zat
pneumokoniotik, dan pemeka. Bahaya ini dapat menyebabkan risiko fisik
dan/atau kesehatan. Berdasarkan bahan kimianya, bahaya yang terlibat dapat
bervariasi, sehingga penting untuk mengetahui dan menerapkan APD terutama
pada laboratorium.

B. Resiko Hazard Kimia


1. Resiko dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi yang
meliputi:
a. Desinfektan yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi
lingkungan dan peralatan di rumah sakit seperti; mengepel lantai,
desinfeksi peralatan dan permukaan peralatan dan ruangan, dan lain-
lain.
b. Antiseptik yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan
mencuci permukaan kulit pasien seperti alkohol, iodine povidone, dan
lain-lain.
c. Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan
peralatan lainnya.
d. Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium klinik dan patologi anatomi.
e. Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk
pengobatan pasien.
f. Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan
penunjang pengobatan pasien seperti oksigen, karbon dioxide, nitrogen,
nitrit oxide, nitrous oxide, dan lain-lain.

Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan


seluruh satuan kerja. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah pengadaan B3,
penyimpanan, pelabelan, pengemasan ulang /repacking, pemanfaatan dan
pembuangan limbahnya.
Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan
yang berlaku di Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet / MSDS), petugas yang
mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan pengelolaan B3, serta mempunyai
prosedur penanganan tumpahan B3.
Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, diletakkan
diatas palet atau didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan, tersedia
MSDS, safety shower, APD sesuai resiko bahaya dan Spill Kit untuk menangani
tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan Kecelakaan Kerja akibat B3.
Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang
kompeten untuk memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan.
Dilarang melakukan pelabelan tanpa kewenangan yang diberikan oleh pimpinan
rumah sakit.
Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke
lingkungan serta kondisi kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki
pelatihan teknis pengelolaan B3, jika belum harus segera diusulkan sesuai
prosedur yang berlaku.
Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang
akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3 padat harus
dibuang ke Tempat Pengumpulan Sementara Limbah B3 (TPS B3), untuk
selanjutnya diserahkan ke pihak pengolah limbah B3.
2. Resiko Bahaya Fisiologi / Ergonomi
Resiko ini terdapat pada hampir seluruh kegiatan di rumah sakit
berupa kegiatan: angkat dan angkut, posisi duduk, ketidak sesuaian
antara peralatan kerja dan ukuran fisik pekerja. Pengendalian dilakukan
melalui sosialisasi secara berkala oleh Unit K3.
3.Resiko Bahaya Psikologi
Resiko ini juga dapat terjadi di seluruh rumah sakit berupa
ketidak harmonisan hubungan antar manusia didalam rumah sakit, baik
sesama pekerja, pekerja dengan pelanggan, maupun pekerja dengan
pimpinan.

C. Pengendalian Resiko Bahaya Kimia


1.InherentlySaferAlternative(ISA).
ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan
baku atau proses berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tingkat
bahayanya lebih rendah. Saat yang paling tepat melakukan ISA adalah pada saat
awal pengembangan produk atau proses (development stage). Ada empat strategi
yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:

a.Miminize: menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil,


baik selama penyimpanan, proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi
jumlah bahan kimia maka risiko dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil
jika dibandingkan dengan jumlahyanglebihbesar.
b.Subtitute: mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia
yang kurang berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar
diganti denga air.
c.Moderate: jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat
melakukan proses atau penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya
pengenceran, penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah, proses yang lebih
sederhana dan sebagainya. Sehingga laju reaksi atau energi yang reaksi yang
dihasil lebih rendah jikadibandingkandengankondisinormal.
d.Dilution: melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik
pada saat prosesproduksimaupunpenyimpanan.

2. PassiveControl(PC)
Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang
proses dan peralatan yang lebih aman. Passive control dapat mengurangi frekuensi
atau konsekuensi dari bahaya tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun,
misalnya tempat penampungan (contaiment), dinding tahan api, pipa atau tangki
yang tahan terhadap tekanan tinggi.

3.ActiveControl(AC)
Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safety
interlock, emergency shutdown system, smoke detector dan lain sebagainya.

4.ProceduralControl(PC)
Procedural control disebut juga administrative control, yaitu proses
pengendalian dengan cara membuat prosedur administratif menggurangi bahaya
dan resiko dari bahaya kimia. Misalnya work instruction, safe operating limit,
work permit dan sebagainya.

D. Bahaya Faktor Kimia


Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak
bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan
menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia
berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan
dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain:

1.Inhalasi (menghirup):
Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat
masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup
sekitar lima liter udara per menit yang mengandung debu, asap, gas atau
uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat langsung melukai
paruparu.Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke bagian
lain dari tubuh.

2.Pencernaan (menelan):
Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di
lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat
dihirup, karena bercampur dengan lendir dari mulut, hidung atau
tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama sebagai makanan
bergerak melalui usus menuju perut.

3.Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif:


Beberapa di antaranya adalah zat melewati kulit dan masuk ke
pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang,
zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan (misalnya
kecelakaan medis).
Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja akibat bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan
pengendalian lingkungan kerja secara teknis sehingga kadar bahan-bahan
kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui nilai ambang batas
(NAB).

E.Bahan Kimia Di Tempat Kerja

Bahan-bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat kerja.


Bahan bahan kimia tersebut dapat berupa suatu produk akhir atau bagian bentuk
bahan baku yang digunakan untuk membuat suatu produk. Juga dapat digunakan
sebagai pelumas, untuk pembersih, bahan bakar untuk energi proses atau produk
samping. Banyak bahan kimia yang digunakan di tempat kerja mempengaruhi
kesehatan kita dengan cara-cara yang tidak diketahui. Dampak kesehatan dari
beberapa bahan kimia bisa secara perlahan atau mungkin membutuhkan waktu
bertahuntahun untuk berkembang.
Apa yang perlu diketahui untuk mencegah atau mengurangi bahaya kimia?
1.Kemampuan bahan kimia untuk menghasilkan dampak kesehatan negatif
(sifat beracun). Semua bahan kimia harus dianggap sebagai sumber potensi
bahaya sampai dampak bahan kimia tersebut sepenuhnya diketahui.
2.Wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu
untukmenentukan bagaimana mereka bisa kontak atau masuk ke dalam
tubuhdan bagaimana paparan dapat dikendalikan.
3.Bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia
misalnya dengan
Memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber polutan,
menggunakanrotasi pekerjaan untuk mempersingkat pajanan pekerja terhadap
bahaya.
4.Jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi
pekerja,seperti sarung tangan.
5.Bagaimana mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang
sesuai melalui
lembar data keselamatan (LDK) dan label dan bagaimana
menginterpretasikan LDK
dan label tersebut.

Lembar Data Keselamatan (LDK)dan Pelabelan Bahan Kimia:

Pelabelan merupakan pemberian tanda berupa gambar/simbol,


huruf/tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk pernyataan lain yang
disertakan pada bahan berbahaya, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, atau
merupakan bagian kemasan bahan berbahaya, sebagai keterangan atau
penjelasan yang berisi nama sediaan atau nama dagang, nama bahan aktif,
isi/berat netto, kalimat peringatan dan tanda atau simbol bahaya, petunjuk
pertolongan pertama pada kecelakaan. Pelabelan bahan kimia merupakan
salah satu cara penting untuk mencegah penyalahgunaan atau penanganan
yang dapat menyebabkan cedera atau sakit.
Dalam transportasi, bila kemungkinan terjadi kecelakaan, maka
sangat penting dalam keadaan darurat untuk mengetahui risiko dari zat-zat
tersebut. Sebagian besar negara memiliki sistem pelabelan untuk
menginformasikan isi yang ada di dalam wadah/kontainer dan untuk
memperingatkan bahaya. Untuk memastikan bahwa peringatan dimengerti
oleh lintas batas dan termasuk bahasanya, PBB telah mengembangkan
Sistem Harmonisasi Global (Globally Harmonized System - GHS) tentang
klasifikasi dan pelabelan bahaya bahan kimia. Idenya adalah bahwa setiap
negara akan mengadopsi rambu yang sama,
Meskipun hal ini tidak wajib. Ini telah diadopsi di 67 negara sejauh
ini, termasuk negara-negara Uni Eropa, Cina, Amerika Serikat, Kanada,
Uruguay, Paraguay, Vietnam, Singapura, Nigeria, Ghana, Federasi Rusia
dan banyak lainnya.
Beberapa contoh label GHS untuk Transportasi
Sedangkan lembar data keselamatan bahan adalah lembar petunjuk
yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis
bahaya yang dapat Di timbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus
yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan
berbahaya.
Di Indonesia, selain lembar data keselamatan, penyediaan
pelabelan bahan kimia merupakan salah satu kewajiban
pengusaha/pengurus dalam mengendalikan bahan kimia di tempat kerja.
Adapun lembar data keselamatan bahan dan pelabelan beserta klasifikasi
bahaya bahan kimia yang berdasarkan sistim global harmonisasi telah juga
diadopsi oleh Pemerintah Indonesia.
Di pabrik Anda, atau ketika pengangkutan bahan kimia, maka perlu
diikuti pedoman
nasional tentang pelabelan. Jika tidak ada, label GHS menyediakan
cara yang jelas dan berguna dalam memberikan peringatan dan informasi
untuk informasi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan
Bahwa hazard kimia ini dapat menyebabkan faktor dan resiko yang bahaya
yaitu:resiko bahaya fisiologis dan resiko bahaya fsikologis serta dapat
menimbulkan yang Dapat menyebabkan inhalasi,pencernaan, Penyerapan ke
dalam kulit atau kontak invasif dapat terganggu

B.Saran
Diharapkan selalu menggunakan APD saat bekerja yang berhubungan
dengan kimia dan selalu waspada agar tidak menimbulkan faktor faktor potensi
bahaya.
DAFTAR PUSTAKA

International Labour Office.2013.Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di


Tempat Kerja.Jakarta:ILO.

Nur Tri Harjanto,Dkk.2011.Manajemen Bahan Kimia Berbahaya Dan


Beracun.Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir:Batan

Http://Ejournal.Unp.Ac.Id/Index.Php/Bioscience.

Anda mungkin juga menyukai