Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya

tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur.Resiko

untuk menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan

darahnya prehipertensi sebelum mereka didiagnosis hipertensi terjadi pada

umur di antara dekade ketiga dan dekade kelima.Sampai dengan umur 55

tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan.Dari

umur 55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang

menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk

hipertensi sebesar 65,4% (Triyanto, 2014). Di Amerika, diperkirakan 30%

penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥ 140/90

mmHg); dengan presentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya

(Triyanto, 2014)

Menurut National HealthandNutrition Examination Survey (NHNES),

insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 2010-2012 adalah

sekitar 39-51%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita

hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III.Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, World Health Organization), mencatat

pada tahun 2012 sedikitnya sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan

menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk
dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria

(29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di negara-

negara berkembang (Triyanto,2014).

Penderita hipertensi juga menyerang Thailand sebesar 17% dari total

penduduk, vietnam 34,6%, singapura 24,9%, malaysia 29,9%, dan indonesia

memiliki agka yang cukup tinggi, yaitu 15% dari 230 juta penduduk Indonesia

terkena hipertensi(Susilo dkk, 2011). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga

kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang

minum obat sebesar 9,5%. Jadi ada 0,1% yang minum obat sendiri.

Responden yang mempunya tekanan darah normal tetapi sedang minum obat

hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%

(25,8% + 0,7%) (Riskesdas, 2013).

Penanganan hipertensi secara garis besar menurut Lewis (2000) dalam

Triyanto, dibagi menjadi 2 jenis yaitu nonfarmakologis dan

farmakologis.Terapi farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang

dalam kerjanya dapat mempengaruhi tekanan darah pasien. Pengelompokan

terapi farmakologis yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah pada

pasien hipertensi adalah Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor,

angiotensin receptor Blocker (ARBs), Beta-Blocker, direct renin inhibitor,

diuretic, vasodilator. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa


menggunakan agen obat dalam proses terapinya. Oleh karena penggunaan

obat antihipertensi modern dapat menimbulkan efek samping, maka obat

tradisional bisa menjadi pilihan, salah satunya buah mentimun (Soeryoko

2010, dalam Marbun dkk, 2012).

Buah mentimun sangat baik di konsumsi untuk pembuluh darah dan

jantung, dimana kandungan pada mentimun yang mampu membantu

menurunkan tekanan darah, kandungan pada mentimun diantaranya kalium

(potassium), magnesium, dan fosfor efektif mengobati hipertensi (Dewi. S &

Familia.D, 2010, dalam Kusnul & Munir, 2013).

Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang utama, dalam kenyataan,

98% kalium tubuh berada di dalam sel, 2% sisanya berada di luar sel, yang

penting adalah 2% ini untuk fungsi neuromuskuler, kalium mempengaruhi

aktivitas baik otot skelet maupun otot jantung (Brunner & Suddarth 2001,

dalam Kusnul & Munir, 2013). Selain itu mentimun juga mempunya sifat

diuretik yang terdiri dari 90% air mampu mengeluarkan kandungan garam dari

dalam tubuh. Mineral yang kaya dalam buah mentimun memang mampu

mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin (Kholish 2001, dalam Marbun,

Marpaung & Samosir, 2012).

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang banyak diderita bukan

hanya oleh usia lanjut saja, bahkan saat ini juga menyerang orang dewasa

muda (Darmojo, 2001). Bahkan, diketahui bahwa 9 dari 10 orang yang

menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah


sebabnya hipertensi dijuluki sebagai “pembunuh diam-diam” (silent killer)

(Saraswati. S, 2009). Hipertensi mempunyai hubungan erat dengan resiko

kejadian penyakit kardiovaskuler, dengan tekanan darah yang lebih tinggi,

maka akan lebih besar pula kemungkinan terjadinya penyakit ginjal, stroke,

serangan jantung, dan gagal jantung. Kandungan pada mentimun yang mampu

membantu menurunkan tekanan darah, kandungan pada mentimun diantaranya

kalium (potassium), magnesium, dan fosfor efektif mengobati hipertensi.

Selain itu, mentimun juga bersifat diuretik karena kandungan airnya yang

tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah (Dewi. S & Familia. D,

2010).

Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang utama, dalam kenyataan,

98% kalium tubuh berada di dalam sel, 2% sisanya berada di luar sel, yang

penting adalah 2% ini untuk fungsi neuromuskuler. Kalium mempengaruhi

aktivitas baik otot skelet maupun otot jantung. (Brunner & Suddarth, 2001).

Dikalangan masyarakat umum, mentimun sudah lazim dikonsumsi untuk

sekedar pelengkap hidangan maupun dengan maksud khusus untuk

menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

penurunan tekanan darah yang ditimbulkan oleh pemberian jus mentimun.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil judul “Pengaruh Pemberian Jus

Mentmun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada

Lansia di Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan Semaka Kabupaten

Tanggamus Tahun 2019”.


B. Rumusan Masalah

Adakah Pengaruh Pemberian Jus Mentmun Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Kacapura

Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Tahun 2019?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Jus

Mentmun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada

Lansia di Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan Semaka Kabupaten

Tanggamus Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemberian jus mentimun di

Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan Semaka Kabupaten

Tanggamus Tahun 2019

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penurunan tekanan darah di

Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan Semaka Kabupaten

Tanggamus Tahun 2019.

c. Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Mentmun Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia di

Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan Semaka Kabupaten

Tanggamus Tahun 2019 .


D. Manfaat Penelitiaan

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai pihak,

antara lain :

1. Bagi penulis

a. Sebagai bahan bacaan diperpustakaan atau sumber data bagi peneliti lain

yang memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian

dengan judul yang sama demi kesempurnaan penelitian ini.

b. Sebagai sumber informasi pada institusi Universitas Aisyah Pringsewu

Lampung agar dijadikan dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat

peneliti selanjutnya.

c. Bagi Ilmu profesi

1) Sebagai masukan bermakna demi pengembangan profesi kebidanan.

2) Masukan bagi profesi kebidanan pada lahan penelitian terkait untuk

menentukan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan

kesehatan.

d. Bagi Tempat Penelitian

Membantu memberikan informasi kepada pasien yang mengalami

peningkatan tekanan darah, dan bagi pasien yang mengalami peningkatan

tekanan darah agar meminum jus mentimun, demi kesehatan, dan

mengurangi risiko terjadinya hipertensi


E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dibatasi dengan jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian quasy

eksperiment. Subjek penelitian ini adalah peningkatan tekanan darah

dengan pemberian jus mentimun. Objek penelitian ini adalah pasien yang

mengalami peningkatan tekanan darah. Penelitian ini akan dilakukan pada

bulan Januari tahun 2020. Tempat penelitian ini akan dilakukan di

Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan Semaka Kabupaten

Tanggamus Tahun 2019.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan masalah yang di teliti

1. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah pembuluh darah arteri secara terus menerus

lebih dari suatu periode. Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan

darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90

mmHg (Udjianti, 2011)

Hipertensi sering mengakibatkan keadaan yang berbahaya

karena keberadaannya sering kali tidak disadari dan kerap tidak

menimbulkan keluhan yang berarti; sampai suatu waktu terjadi

komplikasi jantung, otak, ginjal, mata , pembuluh darah, atau

organ-organ vital lainnya. Namun demikian penyakit hipertensi

sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi masyarakat.

Pola hidup sehat dan pola makan sehat merupakan

pilihan tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi. Semuanya

dilakukan secara terus menerus, tidak boleh temporer. Sekali

kita lengah menjaga diri dengan tidak mengikuti pola hidup

sehat, dipastikan kita akan mudah terkena hipertensi dan

penyakit lainnya (Susilo, 2011).


Istilah hipertensi digunakan untuk penigkatan tekanan darah sistolik

atau diastolik di atas nilai normal. Tekanan arteri disebut normal

tekanan sistolik <120 mmHg (tapi >90 mmHg) dan tekanan darah

diastolik <80 mmHg (tapi >60 mmHg) (Klabunde, 2015)

b. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi pada usia > 18 tahun oleh The
Joint National Committee
8 on Detection, evaluation, and Treatment
Of Blood Pressure (1988)

Batasan Tekanan Kategori


Darah (mmHg)
Diastolik
< 85 TD Normal
85-89 TD Normal-Tinggi
90-104 Hipertensi Ringan
105-114 Hipertensi Sedang
≥ 115 Hipertensi Berat
Sistolik
< 140 TD Normal
140-159 Garis Batas Hipertensi Sistolik Terisolasi
≥ 160 Hipertensi Sistolik Terisolasi

Sumber : (Udjianti, 2011)

c. Patofisiologi Hipertensi

Hal yang mempengaruhi pengaturan tekanan darah adalah hasil

dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahan

perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara

stroke volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan

perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.

Empat sisrem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan


10

darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume

cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular.

Baroreseptor arteri terutama di temukan di sinus carotid, tapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor meniadakan

peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung

oleh resfons vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan

penurunan tonus simpatis. Hal ini ditunjukan untuk menaikan re-

setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara

tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada. Perubahan

volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh

mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui

mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik ke vena

jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung (Udjianti,

2011)

Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung pencentus

keadaan hipertensi (Wijaya, 2013)

Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang

mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh konstan. Jika aliran


11

berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahan vaskular

dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan

meningkatkan tahan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran.

Autoregulasi vaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam

menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air

(Udjianti, 2011)

d. Etiologi / Penyebab

Penyebab penyakit hipertensi sebagai berikut :

1) Hipertensi Primer

a) Genetik

Peran faktor genetik terhadap timbunya hipertensi terbukti

dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak

pada kembar monozigot (satu sel telur) dari pada heterozigot

(berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat

genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara

alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan

menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu

sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi

dengan kemungkinan komplikasinya. Orang (orang dengan

riwayat keluarga yang mempunyai penyakit tidak menular

lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat

keluarga dekat yang mempunyai faktor keturunan hipertensi

maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25%


12

terkena hipertensi. Walaupun sepertinya hipertensi merupakan

penyakit keturunan namun hubungannya tidak sederhana

sehingga tidak ada tes genetik yang dapat membuktikan orang

yang berisiko hipertensi secara konsisten. Meskipun belum ada

tes genetik secara konsisten mengenai penyakit hipertensi

tetaplah harus hati-hati karena dalam garis keturunan keluarga

mempunyai genetik yang sama (Triyanto, 2014)

Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua

kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu

yang tidak mempunyai riwayat hipertensi (Susilo &

Wulandari, 2011). Faktor keturunan, jika salah seorang orang

tua ada memiliki penyakit ini, anda atau saudara kandung anda

memiliki 50% peluang akan mengalaminya. Jika kedua orang

tua memiliki hipertensi dasar, peluang seorang anak

mengalaminya meningkat hingga 90% (Wade, 2016)

Keturuan atau genetik juga merupakan salah satu faktor resiko

terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah. Resiko terkena

hipertensi akan lebih tinggi pada orang dengan keluarga dekat

yang memiliki riwayat hipertensi. Selain itu, faktoer keturunan

juga dapat berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam

(NaCl) dan renin membran sel (Sari, 2017)

b) Jenis kelamin
13

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang

berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki, laki-

laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi

lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar

terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskular (Susilo &

Wulandari, 2011).

Jenis kelamin merupakan salah satu fakttor resiko terjadinya

hipertensi yang tidak dapat di ubah. Dalam hal ini, pria

cenderung lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan

dengan wanita. Hal itu terjadi karena adanya dugaan bahwa

pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika di bandingkan

dengan wanita (Sari, 2017).

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause

berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi (Udjianti, 2011).

Di antara orang-orang kulit hitam, 25,7% pria dan 28% wanita

mengalami hipertensi. Hipertensi di temukan pada 12,7% pria

kulit putih dan 17,3% wanita kulit putih (Wade, 2016)

c) Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi

d) Berat badan
14

Obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi

e) Gaya hidup

Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan

darah, bila gaya hidup menetap (Udjianti, 2011)

2) Hipertensi Sekunder

a) Penggunaan kontrasepsi hormonal

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated

volume expansion. Dengan penghetian oral kontrasepsi

tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan

(Udjianti, 2011)

b) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder, dengan

penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung

membawa ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien

hipertensi disdebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous

displasia (Udjianti, 2011)

c) Gangguan endokrin

Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebakan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated


15

hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol,

dan ketokolamin (Udjianti, 2011)

d) Penyempitan aorta kongenital

Kelainan arteri yang biasanya mengalami kelaianan adalah

arteri yang menyuplai darah ke ginjal (arteri renal) (Wade,

2016)

e) Neurogenik

Gangguan ini meliputi infeski otak (ensefalitis) dan tumor otak

(Wade, 2016)

f) Kehamilan

Sekitar 10% wanita hamil menderita hipertensi. Mekanisme

hipertensi akibat kehamilan (pregnancy induced-hypertension,

PIH) tidak jelas. Ini adalah penyebab signifikan kesakitan dan

kematian ibu dan janin (LeMone, 2016)

g) Merokok

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi,

yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah

(Udjianti, 2011)

3) Alat Ukur Tekanan Darah


16

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat atau batasan tekanan darah

seseorang normal, sedang, atau berat menggunakan alat ukur

Spigmomanometer (Tensimeter).

e. Manifestasi Klinis / Tanda Gejala

Biasanya hipertensi tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan

dan sering disebut dengan silent killer. Pada kasus hipertensi berat,

gejala yang dialami klien antara lain: sakit kepala (rasa berat di

tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat

berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau

ganda, telinga berdenging, serta kesulitan tidur (Udjianti, 2011)

Pusing atau kepala terasa ringan, menyertai rasa penat di kepala

dan sesak di kulit kepala. Kemungkinan besar menandakan hipertensi.

Kebas dan kesemutan di lengan dan jemari tangan juga di hubungkan

dengan peningkatan tekanan darah. Vertigo perasaan seakan-akan

dunia di sekitar anda berputar, atau seakan-akan anda sedang

melayang di luar angkasa, merupakan gejala yang pasti (Wade, 2016)

f. Komplikasi Hipertensi

Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan akibat menderita

hipertensi antara lain di serebrovaskular seperti stroke, transient

ischemic at tacks, demensia vaskular. Di mata seperti retinopati

hipertensif untuk kardiovaskular seperti penyakit jantung hipertensif,

disfungsi atau hipertropi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, dan


17

bagian ginjal seperti nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal

kronis, adapun arteri perifer seperti klaudikasio intermiten (Tanto,

2014)

Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskular, saraf,

dan ginjal. Laju aterosklerosis meningkat, meningkatkan resiko

penyakit jantung koroner dan stroke. Sebagian besar kematian

hipertensi disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan infark

miokardium akut atau gagal ginjal (LeMone, 2016)

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gagal jantung dan

penyakit jantung koroner, menimbulkan resiko stroke, kerusakan

ginjal, dan dapat mengakibatkan retinopati hipertensi dan dapat

menimbulkan kebutaan (Wijaya, 2013). Ensefalopati hipertensi, suatu

sindrom yang di tandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi,

perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial,

papiledema, dan kejang dapat berkembang (LeMone, 2016)

Hipertensi berkepanjangan bisa menyebakan penyakit jantung.

Oleh karena itu, tekanan darah yg lebih tinggi memerlukan kerja

keras, serabut jantung menebal dan menguat secara abnormal. Cedera

otak, tekanan darah tinggi seringkali menyebabkan kerusakan

terhadap otak, pembuluh darah yang melemah bisa pecah,

mengakibatkan perdarahan di berbagai tempat, gangguan penglihatan

(Wade, 2016)
18

g. Pencegahan Hipertensi

1) Pemeriksaan rutin tekanan darah di Pelayanan Kesehatan

2) Tidak merokok, minum minuman alkohol

Merokok yang menahun dapat merusak endoteal arteri dan nikotin

menurunkan HDL yang baik untuk tubuh. Alkohol yang dapat

merusak hepar dan sifat alkohol mengikat air, mempengaruhi

viskositas darah dan mempengaruhi tekanan darah (Hariyanto,

2015)

3) Diet garam

Konsumsi NaCl yang di sarankan adalah <6 gram per hari (Tanto,

2014)

Konsumsi garam kerap mempersemit lorong arteri kecil, garam

juga membebani kerja kelenjar penghasil hormon tertentu yang

juga memepersempit arteri, sehingga meningkatkan tekanan darah

(Wade, 2016)

4) Hindari obesitas

Dapat meningkatkan LDL yang buruk untuk tubuh manusia

pencetus aterosklerosis (Hariyanto, 2015)

Walaupun terdapat korelasi jelas antara kegemukan dan hipertensi,

faktor genetik tampak berperan penting dalam trias umum

kegemukan, hipertensi, dan resistensi insulin (LeMone, 2016)


19

5) Lakukan olahraga

Latihan fisik teratur (seperti berjalan, bersepeda, berlari, atau

berenang) menurunkan tekanan darah dan berperan pada

penurunan berat badan, penurunan stres, dan perasaan terhadap

kesejahteraan keseluruhan. Pasien yang sebelumnya banyak duduk

di anjurkan untuk ikut dalam senam aerobik selama 30 sampai 45

menit per hari setiap hari kerja (5 sampai 6 hari) (LeMone, 2016)

6) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan

jumlah natrium yang terbuang bersama air kencing. Dengan

setidaknya mengkonsumsi buah-buahan 3 sampai 5 kali dalam

sehari, seorang bisa mencapai asupan potasium yang cukup

(Wijaya, 2013)

7) Penurunan stres

Menghindari stres yang menciptakan suasana yang menyenangkan

bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode

relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem

saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah (Wijaya,

2013)

Latihan fisik sedang dan teratur adalah penanganan pilihan untuk

menurunkan stres pada pasien hipertensi. Teknik relaksasi seperti

umpan balik biologis, sentuhan terapi, yoga, dan meditasi untuk


20

menenangkan pikiran dan tubuh juga dapat menurunkan tekanan

darah (LeMone, 2016)

8) Terapi masase (pijat)

Pijat yang di lakukan pada pederita hipertensi adalah untuk

memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan

hipertensi dan komplikasinya dapat di minimalisir (Wijaya, 2013)

9) Jus mentimun

Jus mentimun memiliki kandungan yang kaya mineral, dan

memiliki manfaat diuretik, sehingga dapat menurunkan tekanan

darah.

h. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan

menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya

hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi

asupan garam tidak lebih dari sendok teh (6 gram/hari), menurunkan

berat badan, menghindari minuman berkafein, merokok, dan minuman

beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat

berupa berjalan, berlari, bersepeda, atau berenang. Di anjurkan untuk

ikut senam aerobik selama 30 sampai 45 menit per hari setiap hari

kerja (5 sampai 6 hari) (LeMone, 2016)

Penting juga untuk cukup istirahat (6 sampai 8 jam) dan

mengendalikan stres. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan


21

hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga

anda.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita

hipertensi adalah:

1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,

minyak kelapa, gajih).

2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium

(biscuit, crackers, keripik kentang, popcorn dan makanan kering

yang asin).

3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,

sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan

asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta

sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah

(sapi/kambing), kuningtelur, kulitayam, daging ham (paha babi),

kalkun, daging babi asap)

6) Bumbu-bumbu seperti kecap, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco

serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung

garam natrium

7) Alkohol dan makanan yang mengandung alcohol seperti durian,

tape dan baking soda (soda kue), baking powder (bubuk


22

pengembang), maupun minuman bersoda kalori rendah (Wade,

2016)

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah

pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui

mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai

menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan

mengetahui gejala dan factor resiko terjadinya hipertensi diharapkan

penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan

modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi

yang terjadi dapat dihindarkan (Kemenkes, 2014).

2. Mentiumun

a. Definisi

Mentimun adalah jenis tumbuhan dari famili Cucurbitaceae

yang mempunyai nama ilmiah Cucumis sativus L yang bersifat

menjalar atau merambat dengan perantara alat pemegang yang

berbentuk spiral (Ir.Budi Samadi, 2002).

b. Deskripsi Mentimun

a. Batang

Batang mentimun berwarna hijau, lunak, dan berbulu dengan panjang

yang bias mencapai 1,5 m.

b. Daun

Tanaman mentimun memiliki daun yang berbentuk bulat lebar,

dengan bagian ujung yang meruncing menyerupai bentuk jantung.


23

Kedudukan daun pada batang tanaman berselang-seling antara satu

daun dengan daun diatasnya.

c. Bunga

Bunga mentimun berumah satu, karena bunga jantan dan bunga betina

letaknya terpisah tetapi masih dalam satu pohon yang sama.Bunga

mentimun berbentuk mirip terompet, dengan mahkota bunga yang

berwarna kuning cerah. Hal yang membedakan antara bunga jantan

dan bunga betina adalah bunga betina memiliki bakal buah yang

membengkak di bawah mahkota bunganya, sedangkan bunga jantan

tidak mempunyai bagian yang membengkak (Sumarjono dan

Rismunandar, 2001).

d. Buah

Buah mentimun tumbuh dari ketiak daun dengan posisi menggantung,

bila tanaman dirambatkan pada turus bambu. Buah mentimun

berbentuk bulat pendek hingga bulat panjang, dengan kulit buah yang

berwarna hijau keputihan hingga hijau gelap, ada yang berbintil dan

ada yang tidak.

e. Biji

Biji mentimun tersebut berbentuk pipih mirip dengan biji

semangka, berwarna putih hingga putih kekuningan. Pada

permukaan bijinya terdapat lender, sehingga bila akan digunakan

sebagai benih harus dikeringkan terlebih dahulu.

f. Akar
24

Tanaman mentimun memiliki akar tunggang dengan bulu-bulu

akarnya. Namun, akar tersebut hanya mampu menembus hingga

kedalaman 60 cm dari permukaan tanah. Oleh karena itu, untuk

membantu pertumbuhannya penggemburan tanah harus dilakukan

minimal hingga kedalaman tersebut.

g. Kandungan MentimunMentimun mengandung berbagai zat yang

berguna bagi tubuh, kandungan tersebut dapat kita temukan pada

daging buah dan biji buah.

h. Daging buah

Daging buah mentimun mengandung zat-zat saponin

(mengeluarkan lendir), protein 0,70 g, lemak 0,10 g, kalsium

10,00 mg, fospor 21,00 mg, zat besi 0,30 mg, vitamin A 0 Sl,

vitamin B1 0,03 mg, dan vitamin C 8,00 mg.Kandungan

mineral dari mentimun yaitu potassium, magnesium dan fospor.

Selain itu daging buahnya juga banyak mengandung air 96,10 g,

vitamin C dan asam kafeat untuk meredakan iritasi kulit dan

penumpukan cairan dibawah kulit.

i. Biji mentimun

Biji mentimun banyak mengandung banyak vitamin E untuk

menghambat penuaan dan menghilangkan keriput.

j. Daya Guna Mentimun

Dalam mentimun terdapat kandungan mineral yaitu potassium,

magnesium dan fospor inilah yang dapat mengobati hipertensi.


25

Selain itu juga mentimun bersifat diuretik karena kandungan air

yang tinggi juga berfungsi sebagai penurun tekanan darah.

Mengkonsumsi mentimun juga dapat menurunkan berat badan

karena kandungan kalorinya yang rendah dan kaya akan serat.

k. Cara Membuat Jus Mentimun

Cara penyajian mentimun sangat mudah sekali yaitu makan buah

segar setiap hari kurang lebih 400 gr sehari dua kali. Selain

memakannya secara langsung juga dapat disajikan dalam bentuk

lain yaitu dengan cara dijus atau diparut. Kemudian cuci

mentimun dan blender hingga halus, lalu tuang ke dalam

gelas blimbing (200 cc), setelah itu minum hingga habis. Minum

dua kali sehari maksimal 1 minggu. Kemudian kontrol dahulu

tensinya, bila sudah normal hentikan sehari setelah itu minum

lagi satu kali sehari ½ gelas.


26

B. Kerangka Teori

Kerangka Teori merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang

digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (amati)

yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2010)

Gambar 2.1 KerangkaTeori

Sumber: (Udjianti, 2011)

Penderita Hipertensi

Adanya faktor Kemudahan dalam


pencetus : melaksanakan
Genetik prilaku kesehatan
Jenis Kelamin
Diet
Berat Badan
Gaya Hidup

Pencegahan Hipertensi

- Pemeriksaan rutin tekanan darah


- Tidak merokok dan minum alkohol
- Diet garam
- Hindari obesitas
- Melakukan olah raga
- Asupan nutrisi K dan Ca
- Penurunan stress dan therapi masase
(pijat)
- Jus mentimun
27

C. Kerangka konsep

Dari hasil tinjauan kepustakaan serta masalah penelitian yaitu suatu uraian

dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep lain

nya, atau variable yang satu terhadap variable yang lain dari masalah yang

akan diteliti (Notoatmodjo 2010)

Gambar 2.2 KerangkaKonsep

Variable Independen Variable Dependen

Jus mentimun Penurunn tekanan darah

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan,

atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini

dapat benar atau salah, data diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha: Ada Pengaruh Pemberian Jus Mentmun Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Kacapura

Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Tahun 2019.

Ho: Tidak ada Pengaruh Pemberian Jus Mentmun Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa

Kacapura Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Tahun 2019.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah metode

yang digunakan untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-

angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diteliti/diukur dengan

menggunakan skala-skala, indeks-indeks atau tabel-tabel yang kesemuanya

lebih banyak menggunakan ilmu pasti (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperiment.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pre test post test one group

adalah suatu penelitian dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan

data tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan pemberian jus mentimun

(Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau yang didapat oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini

memiliki 2 (dua) Variabel. Variabel dependen yaitu penurunan tekanan darah

dan Variabel independen yaitu jus mentimun

28
29

C. Definisi Oprasional Variabel

Variabel Definisi Hasil Ukur Skala


Alat Ukur Cara Ukur
Operasional Ukur

Hipertensi Peningkatan Tensimete Cara ukur 0 : Tidak Nominal


darah sistolik r : Hipertensi
dan diastolik (Sfigmoma Mengukur (< 140/90
dengan nometer) Tekanan mmHg)
konsistensi Darah 1:
> 140/90 Hipertensi
mmHg (> 140/90
mmHg)

Jus Jus mentimun Demontras Memberik


mentimun yang diberikan i an jus
kepada mentimun
responden sebelum
dan
sesudah

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang di teliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi yang diambil adalah Lansia di Posyandu

Lansia Desa Kacapura Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Tahun

2019 sebanyak 63 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari objek yang akan diteliti dan dianggap

dapat mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Apabila jumlah

populasi kurang dari 100 maka pengambilan sampel dilakukan dalam


30

tehnik total sampling atau semua populasi dijadikan sampel dalam

penelitian. Untuk populasi lebih dari 100 maka pengambilan sampel

dengan menggunakan rumus atau formula (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan ketentuan diatas, maka sampel yang diambil adalah total

populasi, yaitu sebanyak 63 orang.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bersedia menjadi responden

2) Lansia di Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan Semaka

Kabupaten Tanggamus

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah karakteristik atau ciri-ciri anggota populasi

yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Responden di luar Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan

Semaka Kabupaten Tanggamus


31

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Januari 2020.

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Kacapura Kecamatan

Semaka Kabupaten Tanggamus.

F. Etika Penelitian

Etika peneliti yaitu hak obyek penelitian dan yang lainnya harus dilindungi

(Nursalam, 2013). Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi: Bebas

eksplorasi, kerahasiaan, bebas dari penderita, babas menolak menjadi

responden, dan perlu surat persetujuan (Informed Consent).

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada setiap responden yang

menjadi subyek peneliti dengan memberikan penjelasan tentang maksud

dan tujuan dari peneliti serta menjelaskan akibat-akibat yang akan terjadi

bila bersedia menjadi subyek peneliti. Apabila responden tidak bersedia

maka peneliti wajib menghormati hak-hak responden tersebut (Nursalam,

2013). Peneliti yang baik, mempertimbangkan aspek etika dalam

pelaksanaan, dimana perlindungan terhadap subyek peneliti dan

menghargai hak-hak subyek merupakan hal yang mutlak dilakukan.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah dalam etika penelitian merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama resfonden pada lembar alat ukur


32

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian (Notoatmojo, 2012)

3. Confidentiality (Kebiasaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya klompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasilriset

(Alimun, 2009). Penulis melindungi privasi dan kerahasiaan identitas atau

jawaban yang diberikan. Subyek berhak untuk tidak mencantumkan

identitasnya dan berhak mengetahui kepada siapa saja data tersebut

disebarluaskan.

4. Respect For Justice an Inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa

semua subyek penelitian memperoleh perlakuan dan keutamaan yang

sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2012).

5. Balancing Harm and Benefits (memperhitungkan manfaat dan kerugian

yang ditimbulkan).

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya dan subyek penelitian pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan

bagi subyek. Oleh karna itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah
33

atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress maupun kematian

subyek (Notoatmodjo, 2010).

6. Respect For Human Dignity (menghormati harkat dan martabat manusia).

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek penelitian untuk

mendapat informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.

Peneliti juga meberikan informasi atau tidak memberikan informasi

(berpartisipasi) (Notoatmodjo, 2010).

G. Instrument dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Lembar Kuisoner

Data karakteristik responden diperoleh menggunakan kuisoner dengan

cara wawancara langsung dengan responden, yang isinya menekankan

pada informasi karakteristik yaitu: nama, usia, riwayat keluarga yang

hipertensi dan lain-lain.

Lembar Observasi

Pemantauan observasi dilakukan melalui lembar observasi yang berguna

untuk mengetahui tekanan darah responden.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan pre test post test one

group yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikan

jus mentimun (Notoatmodjo, 2010).


34

Cara pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan data primer.

Peneliti mendapatkan data langsung dari responden dengan cara wawancara

di PuskesmasAir Naningan dan peneliti juga melakukan metode door to door

(kunjungan ke rumah) yang bertujuan untuk mendapatkan informasi/data

yang di perlukan oleh peneliti dalam proses penelitian.

H. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), data yang telah dikumpulkan kemudian

diolah, pengolahan data dilakukan dengan editing, coding, entry data dan

tabulating

1. Editing

Setelah data terkumpul baik dari wawancara atau pun hasil dari

pengamatan secara langsung. Peneliti melakukan dan memeriksa ulang

kelengkapan pengisian, kesalahan dan kelengkapan jawaban dari

responden

2. Coding

Peneliti melakukan pengkodingan dengan merubah data dalam bentuk

huruf ke dalam bentuk angka atau bilangan. Kode pada setiap responden

untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengolahan data dan

analisa data.

Untuk coding pada Hipertensi di berikan nilai (0) bila tidak Hipertensi

dan di berikan nilai (1) bila Hipertensi dan untuk Genetik memberi nilai

(0) bila resfonden tidak mempunyai riwayat Hipertensi, bila resfonden


35

mempunyai riwayat Hipertensi diberi nilai (1). Untuk jenis kelamin

diberikan nilai (0) untuk laki-laki dan perempuan di berikan nilai (1).

3. Processing

Peneliti melakukan proses analisa setelah semua data selesai sampai

pengkodingan, selanjutnya dilakukan entry data untuk dianalisis. Seluruh

data wawancara di-entry dalam computer menggunakan program

computer.

4. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan ulang dan pembersihan data-data

sebelum pengolahan lebih lanjut untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan dalam memberikan kode, membaca kode maupun kesalahan

pada saat entry data sehingga data dapat dianalisis.

2. Analisa Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis Univariat dan Bivariat.

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variable

dari hasil penelitian berupa distribusi dan presentase dari tiap variable

(Notoatmodjo, 2010)

Rumus yang digunakan dalam analisa ini adalah :


𝐹
P = 𝑁x 100%

Keterangan:
36

P: presentasi

F: frekuensi

N: jumlah seluruh observasi

(Notoatmodjo, 2010)

2. Analisa bivariat

Untuk mengetahui antara variable dependen dan indepnden. Uji statistic

yang digunakan yaitu t test dependent test, dengan menggunakan SPSS.

Anda mungkin juga menyukai