Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TUMOR COVUM ORIS


A. Anatomi dan Fisiologi
1. Rongga mulut
Rongga mulut atau mulut merupakan titik masuknya makanan dan
udara ke dalam tubuh dan mulut dan bibir sangat penting bagi manusia
untuk memungkinkan pembicaraan dengan memodifikasi perjalanan
udara. Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk
secara anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah.
Pipi membentuk dinding bagian lateral masing'masing sisi dari rongga
mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan
pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa,yang terdiri
dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot
yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun diantara kulit dan

membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian
bibir (Tortoraet al., 2009).

2. Bibir dan Palatum


Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang
mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot
orbicularis oridan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membrane
mukosa pada bagian internal.

1
Secara anatomi bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian
atas dan bibir bagian bawah, Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari
hidung pada bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian
lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferor. Bibir bagian
bawah terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian
komisura pada bagian lateral dan kebagian mandibular pada bagian

inferor. Kedua bagian bibir tersebut secara histologi tersusun dari


epidermis, jaringan subkutan, serat otot orbicularis oris, dan membrane
mukosa yang tersusun dari bagian superfisial sampai ke bagian paling
dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang tersusun atas epitel pipih
yang tidak terkeratinasi.

3. Lidah
Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapsi oleh membrane mukosa.
Lidah beserta otot-otot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian
yang menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian
yang lateral simetris oleh septum median yang berada di sepanjang lidah.
Lidah menempel pada tulang hyoid pada bagian inferor, prosesus styloid
dari tulang temporal dan mandibula.
Lidah ditutupi oleh papilla pada bagian permukaan atas lidah dan
permukaan lateral lidah. Papila adalah proyeksi dari lamina popria yang

2
ditutupi oleh epitel ipih berlapis. Terdapat empat jenis papilla pada lidah,
yaitu :
a. Papila Filiformis
Jumlahnya sangat banyak di lidah. Bentuknya kerucut memanjang dan
terkeratinasi, hal tersebut menyebabkan arna keputihan atau keabuan
pada lidah. Papila jenis ini tidak mengandung kuncup perasa.
b. Papila Fungiformis
Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan papilla filiformis. Papila
ini sedikit terkeratinasi dan berbentuk menyerupai jamur dengan
dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ni memiliki beberapa kuncup
perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini tersebar di antara
papilla filiformis.
c. Papila Foliata
Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi mengandung
lipatan-lipatan pada bagian tepi dari lidah dan mengandung kuncup
perasa.
d. Papila Sirkumfalata
Merupakan papilla dengan jumlah paling sedikit, namum memiliki
ukuran papilla yang paling bear dan mengandung lebih dari setengah
jumlah keseluruhan papilla di lidah manusia.

Gambar 3. Penampang Lidah

3
4. Gigi
Manusia memiliki dua bah perangkat gigi , yaitu:
a. Gigi susu : gigi susu berjumlah 24 buah yaitu 4 buah gigi seri
(insisivus), 2 buah gigi taring (caninum) dan 4 buah gigi geraham pada
setiap rahang.
b. Gigi permanen : gigi permanen berjumlah 32 buah yaitu 4 buah gigi
seri, 2 buah gigi taring, 4 buah gigi premolar, dan 6 buah gigi geraham
pada setiap rahang.
Gigi melekat pada gusi dan yang tampak dari luar adalah bagian mahkota
dari gigi. Mahkota gigi memiliki lima buah permukaan pada setiap gigi.
Kelima permukaan tersebut adalah bakal ( menghadap kearah pipi atau
bibir), lingual (menghadap kearah lidah), mesial (menghadap kearah gigi),
distal (menghadap kearah gigi), dan bagian pengunyah.

Gambar 4. Gigi Susu dan Gigi Permanen

4
I Kanker Rongga Mulut
I. Definisi
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok
besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah
lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur
mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal
yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat
menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini
disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat
kanker (WHO, 2009).
Menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker rongga
mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang melibatkan
beberapa jenis jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai jenis
kanker.
Sedangkan kanker rongga mulut adalah kegananasan yang terjadi
didalam rongga yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus
faringeus anterior dibagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi
kanker bibir gingival, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus
faringeus anterior ( Muttaqin, 2011 ).
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut
yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang
sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain
dan sering asimtomatik pada tahap awal.

II. Etiologi
Eiologi dari kanker rongga mulut adalah :
a. Multifaktor
Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup,
umumnya kebiasaan gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet
(terutama tembakau atau tembakau yang digunakan dalam sirih, dan
penggunaan alkohol), meskipun faktor lain seperti bahan infeksius,
kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan enzim yang

5
memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga
berperan dalam terjadinya kanker rongga mulut.
b. Pajaan sinar matahari
Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar ultraviolet.
c. Mutasi Gen
Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel .
mutasi TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam
karsinogenesis karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan
onkogen dapat merusak kontrol pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan
kanker yang tak terkontrol.
d. Alkohol
Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko terkena kanker
mulut. Penggunaan alkohol terbukti mengalami peningkatan risiko
terkena kanker rongga mulut karena alkohol mengandung karsinogen
atau prokarsinogen , termasuk kontaminan dari nitrosamin dan uretan
selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh alkohol-dehidrogenase dan
oleh sitokrom P450 menjadi asetalhedid yang bersifat karsinogen.
e. Tembakau dan alkohol
Alkohol memudahkan kerja tembakau dengan berfungsi sebagai
pelarut sehingga memudahkan bahan kanker untuk berpenetrasi ke
dalam jaringan mulut. Efek kombinasi penggunaan alkohol dan
tembakau menjadi berlipat ganda, lebih besar dari kumulatif efek
masing-masing bahan, sehingga risiko berkembangnya kanker rongga
mulut pada pasien pengguna alkohol dan perokok meningkat 80 kali
lebih tinggi.
f. Tembakau
Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak
langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa
rongga mulut. Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan
perubahan-perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut
yang terkena, yang bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel

6
mulut (smoker’s keratosis) sampai bercak putih keratotik yang
menandai leukoplakia dan kanker mulut.
g. Nikotin
Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat
dihisap nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari
penggunaan obat IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf
pusat dengan mengubah kadar neurotransmiter dan bahan kimiawi
yang mengatur temperamen, belajar, dan kemampuan berkosenterasi.
Nikotin dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada kadar nikotin
dalam tubuh dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan
endorfin yang membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun
yang dalam dosis besar dapat mematikan.
h. Diet
Buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kanker
mulut dan kanker lainnya. Buah dan sayuran mengandung antioksidan
yang mengikat molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga
dapat mencegah terjadinya kanker.
i. Obat Kumur
Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan
efek penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah.
j. Kesehatan Gigi Mulut.
Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu
dari logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu
atau tambalan yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak
atau hilang dapat merupakan faktor resiko penyebab kanker.
k. Bahan infeksius
Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan
virus papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma sel
skuamosa. HPV terutama berperan dalam kanker orofaring

7
III. Manifestasi Klinis
Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia)
di dalam mulut ataupun pada bibir.
1) Leukoplakia : Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut.
Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn, 2000),
yaitu sebagai berikut.

a. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap


berubah menjadi keabuan.
b. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi
c. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi,
mungkin ada kerutan
d. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-
kadang permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka.
Pada pemeriksaan mikroskopis nampak perubahan keganasan
dini.
2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur
seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta histopatologi
tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini,
terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan
pilar faucial anterior memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga
sebagai lesi awal kanker rongga mulut. Jarang ditemukan karena tidak
mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus
dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti.
3) Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah
a) Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
b) Perdarahan pada rongga mulut.
c) Kehilangan gigi.
d) Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
e) Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
f) Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Manifestasi klinis dari kanker rongga mulut jika dibedakan berdasarkan
tempat terjadinya kanker, yaitu :

8
1. Kanker pada Bibir
a. Warna bibir tidak nampak merah muda
b. Bibir nampak kering
c. Adanya ketidaksimetrisan antara bibir atas dan bawah
d. Adanya ulserasi fisura
e. Nyeri pada daerah sekitar bibir
f. Adanya bintik putih atau merah pada bibir
g. Jika terjadi luka, maka sulit sembuh
2. Kanker pada Lidah
a. Adanya bintik putih yang berbentuk V pada bagian dorsal lidah
b. Ada lesi pada mukosa lidah sehingga vena superficial di bawah
lidah terlihat
c. Nyeri tekan
d. Kadang disertai mati rasa
e. Warna lidah terlihat kemerahan
f. Papila terlihat tipis
3. Kanker pada Gusi
a. Terjadinya perdarahan gusi yang hebat
b. Kehilangan gigi
c. Kesulitan untuk mengunyah
d. Timbul rasa sakit ketika mengunyah
4. Kanker di sekitar faring
a. Sulit menelan
b. Sulit berbicara
c. Batuk disertau sputum yang mengandung darah
d. Kemungkinan terjadinya pembesaran nodus limfe servikal

9
IIV. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang memicu terjadinya
karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker).
Karsinogenesis terbagi menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak pertama sel
normal dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut
menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing tersebut
membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi).
3. Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah mengalami
poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma
ganas.
Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi
yang sangat kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun
akan mencapai ukuran yang besar.

10
merokok, perawatan mulut kurang dan etiologi lainnya

Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak

lesi yang terus menetap

menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel

bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan


memperlihatkan gejala-gejala klinis

it atau pada waktu kotortimbulnya rasa Bintik putih atau merah di dalam
mengunyah
sakit
mulut ataupun pada bibir

Kanker rongga mulut

V. Klasifikasi

a) Kanker pada bibir


Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya
kerusakan karena cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga bibir
tampak pecah dan kemerahan, keputihan atau campuran merah dan
putih. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering terjadi pada daerah
beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas
dan memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan
putih di bagian dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh menjadi squamous
cell carcinoma (Williams, 1990).
b) Kanker pada lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan
epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma

11
(sel epitel gepen berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga
beberapa penyakit- penyakit tertentu (premalignant) seperti sifilis dan
plumer vision syndrome, leukoplakia, serta eritoplakia. Kanker ganas ini
dapat menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya, disamping itu dapat
melakukan metastasis secara limfogen dan hematogen (Sciubba, 1999).
c) Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan
alkohol dan tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan
gejala. Bila lesi berkembang, pasien akan mengeluhkan adanya
gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi
berupa nodul dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat
frenulum lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang
kemerah- merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari
leukoplakia.
d) Kanker pada mukosa pipi
Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah
campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikan
risiko peningkatan kanker pada mukosa pipi. Dengan kondisi material
yang melakukan kontak langsung dengan mukosa pipi kiri dan kanan
selama beberapa jam dan trauma pada mengunyah memberikan dampak
terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary, 1992). Pada pemeriksaan
fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya lesi ulserasi,
nodular dan infiltratif.
e) Kanker pada gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien
mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering
pada gusi bawah (mandibular) daripada gusi atas (maksila) (Daftary,
1992).
Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma
kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang
dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia inflamatori (Daftary,

12
1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau
pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik
terlihat seperti bunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative
biasanya tumbuh invasive pada tulang mandibula dan menimbulkan
dekstruktif (Tambunan, 1993).
f) Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan
dasar yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang
mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat
menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung
(Daftary, 1992).
Menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) klasifikasi
kanker rongga mulut menggunakan sistem TNM. Sistem TNM ini terdiri
atas :
T (Tumor) : gambaran dari level pembesaran tumor
N (Nodus) : sejauh mana keterlibatan nodus limfe sebagai sistem imun
tubuh
M (Metastasis) : kondisi metastasis menggambarkan keterlibatan organ
lain pada bagian distal.
Tabel 1. Sistem TNM dalam menilai klasifikasi stadium kanker rongga mulut
Stadium T Stadium N Stadium M
T0 Tidak ada tampilan N0 Tidak ada keterlibatan M0 Tidak ada
tumor nodus limfe penyebaran
Tis Carcinoma in situ. N1 Terdapat keterlibatan
Terdapat massa pada limfatik regional, tetapi
jaringan ukuran nodus 3 cm
T1 Ukuran tumor 2 cm N2 Keterlibatan pembesaran
T2 Ukuran tumor 4 cm nodus limfe satu atau M1 Kanker
T3 Ukuran tumor >4 cm lebih dengan ukuran 6 menyebar ke
cm organ bagian
T4 Ukuran tumor >4 cm N3 Keterlibatan homolateral distal

13
dan tertanam kuat pada atau bilateral nodus limfe
otot atau tulang atau dengan ukuran > 6 cm
struktur lainnya.

Table 2. Stadium kanker rongga mulut


Stadium TNM Keterangan
Stage I TI, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran pada jaringan
masih belum dianggap kanker dan tumor < 2 cm
Stage II T2, N0, M0 Pada stadium ini tumor < 4 cm
Stage IIIA T3, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran >4cm, tetapi tidak
didapatkan pembesaran nodus limfe dan tidak
ada metastasis ke organ lainnya
Stage IIIB T1, T2, T3, N1, M0 Pada stadium ini tumor dapat berukuran kurang
dari 2 cm, dibawah 4 cm atau lebih tetapi kanker
belum mempengaruhi nodus homolateral
limfatik.
Stage IVA T4, N0, M0 Pada stadium ini tumor melebihi 4 cm dan
tertanam dalam pada otot, tulang, atau struktur
jaringan di bawahnya.
Stage IVB Any T, N2 or N3, M0 Pada stadium ini tumor bisa berbagai ukuran,
tetapi tertanam dalam pada otot, tulang atau
struktur jaringan di bawahnya serta terdapat
keterlibatan dari nodus homolateral atau bilateral
limfatik
Stage IVC Any T, any N, any M Pada stadium ini terjadi berbagai situasi berat
baik ukuran tumor, keterlibatan nodus limfatik
dan metastasis ke organ lain.

VI. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut
adalah :

14
1. Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan
keras. Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan
tenggorokan, tetapi dapat juga dilakukan pada kanker rongga mulut.
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk
mencegah terjadinya penyebaran sel kanker pada nodul limfa,
pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk mengangkat sel
kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta
meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Radiasi
Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion.
Terapi radiasi ini dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan
sel-sel kanker, dengan menghancurkan sel DNA pada sel kanker
tersebut sehingga sel kanker tersebut tidak dapat berkembang lagi.
Radiasi jarang digunakan sebagai pengobatan yang utama. Radiasi
sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum dilakukan
pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau
untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang tidak terambil
keseluruhannya ketika pembedahan.
Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi ini
dilakukan lima hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua hari
untuk istirahat. Waktu yang digunakan untuk terapi radiasi ini antara
10-15 menit. Terapi ini dilakukan antara 2-8 minggu, agar sel yang baru
dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul akibat radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif, digunakan
apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau telah terjadi
metastase. Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bahan
kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker. Terdapat enam
jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, di antaranya alkylating

15
agent, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor antibiotic, plant
alkoloid, dan steroid hormone.
Bahan alkylating agent bekerja dengan mengikat DNA di inti sel,
sehingga sel-sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan
ini adalah Cyclophosphamide dan Mechlorethamine. Bahan
nitrosoureas bekerja seperti alkylating agent yaitu menghalangi
perubahan pada sel DNA, misalnya Carmustine dan Lomustine. Bahan
anti metabolite dapat bekerja langsung pada molekul basal inti sel, yang
berakibatmenghambat sintesis DNA, misalnya 6-mercaptopurine dan 5-
fluorouracil.
Sementara bahan anti tumor antibiotik bekerja dengan
menghambat sintesis RNA, misalnya Doxorubicin dan Mitomycin-C.
Bahan plant alkoloid bekerja dengan menghalangi pembelahan sel,
antara lain Vincristine dan Vinblastine. Sementara bahan steroid
hormone bekerja dengan memodifikasi pertumbuhan hormon yang
menyebabkan terjadinya kanker. Contoh bahan ini adalah Tamoxifen
dan Flutamide.
4. Terapi Kombinasi
Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau
telah terjadi regional metastase dapat dilakukan terapi kombinasi yang
terdiri dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
5. Edukasi
Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut
melalui dokter gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang
sering merokok, mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar mengurangi
atau menghentikan kebiasaan tersebut. Di India, beberapa kampanye
yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan tembakau berhasil
mengurangi resiko terjadinya kanker. Beberapa peneliti dari University
of Harvard membuktikan bahwa lelaki yang banyak mengkonsumsi
buah-buahan sitrus, vitamin C, dan sayur-sayuran, 30-40% dapat
mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kanker.

16
6. Perawatan pemulihan setelah operasi
a. Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan cair,
setelah satu minggu kemudian berubah menjadi semi-cair.
b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien
kanker rongga mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan
warna hijau keunguan dan semakin memburuk, segera melaporkan
ke dokter.
c. Secara tepat waktu menghisap keluar sekresi dimulut, hidung dan
kerongkongan pasien kanker rongga mulut, demi menjaga
kelancaran saluran pernafasan.
Apabila pasien kanker rongga mulut setelah operasi tidak dapat
berbicara, tidak dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan,
perlu secara teliti mengamati ada tidaknya gejala dysphoria (cemas,
gelisah, tidak tenang), nasal inflamasi dan gejala penyumbatan saluran
pernafasan lainnya pada pasien kanker rongga mulut dan segera
melaporkan kepada dokter.
VII. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki
berbagai macam penyakit mulut, dimana prosedurnya paling
bermanfaat dalam evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai
sebagai suatu keganasan, khususnya bila keadaan tersebut merupakan
suatu lesi merah yang tidak berkeratin (Lynch, 1994).
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan
suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan
interpretasi yang digunakna dalam laporan sitologi mulut adalah:
a. Kelas I: gel-gel normal
b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan
c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas,
tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang
menyimpang dari normal

17
d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan
e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas
Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan kemudian,
bila hasil sama dapat dilakukan biopsi. Untuk kelas IV dan V indikasi
untuk dilakukan biopsi.
2. Biopsi
Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun
sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen,
1996; Coleman dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang
penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari
lesi-lesi mulut yang dicurigai (Bolden, 1982).
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari
tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara
insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi
permukaan besar (>1cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secata intoto
apabila lesi kecil (Pedersen, 1996; Bolden, 1982; Coleman dan Nelson,
1993). Untuk memenuhi kebutuhan yang lebih seksama dalam
mengidentifikasi kanker rongga mulut pada tahap ini, telah
dikembangkan suatu cara biopsi dengan menggunakan sikat (Oral
CDx). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sciubba (1999) dengan
menggunakan biopsi dengan cara sikat menunjukkan bahwa cara ini
dapat memberikan bantuan yang tidak terhingga nilainya dalam
memeriksa lesi di rongga mulut. Pada penelitian tersebut, biopsi
dengan memakai sikat merupakan alat deteksi yang sepadan dengan
biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus ditekankan bahwa
Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan memakai skalpel
(Sciubba, 1999).
3. Pemeriksaan Toluidine Blue
Pemeriksaan Touluidine Blue dilukakan dengan cara berkumur
menggunakan suatu larutan. Larutan ini akan memberikan warna biru
pada sel kanker dan pada jaringan yang normal tidak akan menyerap.
Teknik memberikan warna rongga mulut adalah :

18
1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik
2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali
3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc
4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit
5) Kumur dengan air
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian.
4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non
invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari
tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan
radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan
radiofarmaka FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel
tubuh, seperti sel-sel kanker yang mempunyai aktivitas metabolik
berlebih.
Cara kerja PET CT ini ialah dengan menyuntikkan
radiofarmaka FDG ke dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka
akan ditangkap sel-sel kanker, karena sel kanker membutuhkan banyak
glukosa dan metabolisme dalam pertumbuhannya. Ketika sel kanker
berkumpul, PET akan mengambil citra dari seluruh tubuh pasien.
Pencitraan ini akan menunjukkan lokasi radiofarmaka berkumpul.
Artinya, di situlah lokasi sel-sel kanker yang hidup.
5. Pemeriksaan Fine Needle Aspirasi Biopsi (FNAB)
Menurut WHO 2007, Fine Needle Aspirasi Biopsi (FNAB) atau
aspirasi jarum halus adalah pemeriksaan langsung pada benjolan
penderita tumor menggunakan jarum kecil, mulai ukuran 23 sampai
dengan 27 tergantung pada ukuran, lokasi serta sifat tumor. Syarat dari
pemeriksaan FNAB ini adalah tumor harus teraba dan dapat dijangkau
jarum. Apabila tumor terlalu dalam atau tidak terlihat dari luar,
sebagai contoh tumor paru, maka dapat dilakukan FNAB dengan
tuntunan CT scan atau USG. Khusus untuk tumor kulit atau berupa
ulkus, maka akan dilakukan scrapping atau kerokan.

19
Jarum yang digunakan pada pemeriksaan FNAB, jarum halus dengan
panjang yang berbeda tergantung pada lokasi dan sifat tumor

Kelebihan dari pemeriksaan FNAB adalah cepat (selesai dalam 1 hari),


tidak perlu puasa sehingga bisa dilakukan kapan saja, tidak terlalu
sakit, dan bisa memberikan diagnosa yang akurat untuk penanganan
lanjutan. Penderita dengan benjolan di leher, baik struma ataupun
limfadenopati tercatat paling banyak dikirim ke laboratorium Patologi
Anatomi (PA) untuk dilakukan FNAB, disusul benjolan payudara.
Usia pasien beragam, mulai dari bayi sampai dewasa. Jenis kelamin
didominasi oleh wanita.

Hasil pemeriksaan FNAB dapat membantu klinisi dalam menegakkan


diagnosa untuk kelanjutan terapi. Karena itulah bisa disebut sebagai
triple diagnosis, berdasar diagnosa klinik dari klinisi, pemeriksaan
modalitas lain seperti radiologi, dan akhirnya ditegakkan dengan
diagnosa PA (FNAB), walaupun golden standard tetap adalah dengan
pemeriksaan histopatologi jaringan.

Langkah – langkah pemeriksaan FNAB adalah setelah melalui meja


pendaftaran, pasien masuk ruang pemeriksaan. Dokter spesialis
patologi anatomi akan memeriksa, menentukan target yang akan
ditusuk / puncture, melakukan puncture dan aspirasi sampel benjolan.
Kemudian dibuat hapusan di obyek glass dari sampel tersebut,
dilakukan pengecatan, dan diperiksa oleh dokter PA di bawah
mikroskop.

20
Langkah pengambilan sampel FNAB

Hasil dari pemeriksaan FNAB cukup akurat dalam penegakkan


diagnosa, namun pada tumor yang kistik, maupun terlalu besar
terkadang sulit untuk didapatkan sel yang representatif , sehingga
tetap perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi jaringan dari bahan
operasi.

Hasil pengecatan sampel FNAB dan contoh sel yang akan terlihat di
mikroskop

Efek samping dari FNAB hampir tidak ada, kemungkinan nyeri


pasca pemeriksaan terkadang ditemukan. Akan tetapi FNAB tidak
membuat tumor makin menyebar seperti yang dikuatirkan penderita,
dikarenakan jarumnya yang sangat kecil.

Karena itulah sangat penting pemeriksaan FNAB untuk penegakan


awal diagnosa tumor, dapat ditentukan apakah tumor tersebut bersifat
jinak, ganas, atau hanya radang saja. Bila diagnosa tumor sudah tegak,
maka setelah FNAB biasanya akan diikuti pemeriksaan histopatologi

21
jaringan dari bahan operasi, untuk memastikan diagnosa akhir dan
pada kasus tumor ganas bisa menetukan staging/ stadium.

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging


memiliki sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk deteksi
kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.

VIII. Komplikasi
a. Efek samping pembedahan
Pembedahan untuk kanker yang besar atau sulit dijangkau mungkin
sangat rumit, efek samping dapat berupa infeksi, gangguan luka, masalah
dengan makan dan berbicara, atau kematian sangat jarang terjadi selama
atau segera setelah prosedur. Operasi juga dapat berbekas terutama
operasi tulang wajah atau rahang.
b. Efek samping terapi radiasi
Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping
jangka pendek termasuk:
1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang perlahan
menghilang
2) Suara serak
3) Kehilangan indra pengecap
4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan
5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan,
sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.
Radiasi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang atau
permanen:

1) Kerusakan kelenjar ludah. Kerusakan permanen pada kelenjar ludah


dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan masalah
makan dan menelan
2) Kerusakan pada tulang rahang yang dikenal sebagai osteoradionecrosis
rahang. Lebih umum terjadi setelah infeksi gigi, ekstraksi, atau trauma,

22
dan sulit diobati. Gejala utama adalah nyeri pada rahang. Dalam
beberapa kasus dapat menyebabkan tulang rahang retak dan jika berat
diperlukan terapi pembedahan untuk mengatasinya.
3) Kerusakan pada kelenjar pituitary atau tiroid. Jika kelenjar hipofisis
atau tiroid terkena radiasi, produksi hormon dapat menurunkan dari
waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan masalah metabolisme
yang mungkin perlu dikoreksi dengan obat. Radiasi Efek samping ini
biasanya akan lebih parah pada orang yang mendapatkan kemoterapi
pada saat yang sama. Untuk mengurangi efek samping tersebut
diperlukan perawatan sebelum diradiasi ataupun kemoterapi.
c. Efek samping kemoterapi
Kemoterapi adalah obat yang menyerang sel-sel yang membelah
dengan cepat. Tetapi sel lain didalam tubuh seperti yang di sumsum
tulang, lapisan mulut dan usus, dan folikel rambut juga terpengaruh.
Hal ini dapat menyebabkan efek samping. Efek samping
darikemoterapi tergantung pada jenis, dosis, dan berapa lama obat
diberikan. Efek samping tersebut adalah :
1) Rambut rontok
2) Mulut luka
3) Kehilangan nafsu makan
4) Mual dan muntah
5) Diare
6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih
berkurang)
7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah
rendah)
8) Kelelahan (karena rendahnya jumlah sel darah merah)

23
I.X. WOC TUMOR COVUM ORIS

Faktor Lokal Faktor Host Faktor Luar

Rongga mulut Genetik Karsinogen Kimia

Memicu tumbuhnya Sel turunan yang Rokok


bakteri/jamur abnormal

Kontak sel normal dengan


Infeksi Fungsi sistem imun zat karsinogenik
menurun

Terjadi lesi yang


berulang Membentuk Klon melalui
pembelahan

Sel membelah secara


berlebihanAgen infeksi, PoliferasiSul

24
Muncul karakteristik neoplasma ganas
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR COVUM ORIS

I. Asuhan Keperawatan Kanker Rongga Mulut


1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, nomor rekam
medic, tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama : nyeri saat menelan atau massa yang tidak sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Memungkinkan untuk menentukan kebutuhan penyuluhan dan
pembelajaran pasien mengenai hyegine oral prefentif, serta untuk
mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis. Pertanyaan
yang diajukan mencakup :
1. Memar dan aktivitas flossing
2. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
3. Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pasa mulut, lidah
atau tenggorok

25
4. Kebutuhan menggunakan gigi palsu atau lempeng parsial
5. Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
6. Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
7. Masukan makanan yang dicerna setiap hari
8. Penggunaan alkohol dan tembakau
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tumor atau kanker
sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga klien mengalami riwayat tumor atau kanker pada
mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat melakukan inspeksi dan palpasi pada
rongga mulut dengan panduan pemeriksaan penting meliputi hal-hal
berikut :
1. Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut
berwarna abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan
pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi atau
keadaan prakanker mulut, seperti leukoplakia, eritoplakia,
submukus fibrosisi dan lain-lain
2. Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar,
ulserasi, asimetri, atau pembengkakan. Seringkali awal dari
keganasan diawalai ditandai adanya ulkus. Apabila terdapat
ulkus tidak sembuh selama dua minggu maka keadaan ini sudah
dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda lain dari
ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi
bergulung lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih keras)
dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas. Pertumbuhan
karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut pertumbuhan endofitik.
3. Palpasi tentang konsistensi apakah jaringan keras kenyal, lunak,
fluktuan atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap dini
tidak menimbulkan gejala diameter kurang dari 2 cm kebanyakan

26
berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih,
licin, halus, dan memeperlihatkan evelasi yang minimal.
4. Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan
sempurna
5. Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi
kerusakan pada sistem anatomi
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi
fisologis ditandai dengan susahnya berbicara

3. Intervensi Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat.
Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hasil: nutrisi
Nutritional Status (1004) 2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien
1. Asupan nutrisi atau intoleransi terhadap makanan
2. Asupan makanan 3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan
diet untuk tingkat penyakit tertentu
4. Monitor asupan kalori dan diet

27
5. Monitor pola penurunan atau peningkatan
berat badan klien

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem


anatomi
Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in
oral, pharyngeal, or esophageal structure of function
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy (1860)
keperawatan selama 2x24 jam 1. Memantau hidrasi tubuh (misalnya intake,
kemampuan menelan klien dapat output, turgor kulit, membran mukosa)
ditingkatkan, dengan kriteria hasil: 2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan
Swallowing Status (1010) 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter
1. Kemampuan menelan untuk secara bertahap meningkatkan
2. Produksi saliva konsistensi makanan pasien.
3. Waktu reflek menelan 4. Membantu pasien untuk menempatkan
makanan di belakang mulut dan di sisi yang
tidak terganggu (yang tidak sakit).

Enteral Tube Feeding (1056)


1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal,
atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur
2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa rongga mulut,
memeriksa residu lambung, atau mendengarkan
udara yang disuntikkan sementara dan ditarik
sesuai dengan prosedur
3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam
sesuai dengan kondisi

28
4. Pantau status cairan dan elektrolit
5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan
kekuatan makanan enteral
6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan
muntah
7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali
seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai


dengan susahnya berbicara
Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use
a system of symbols
Domain 5. Perception/Cognition
Class 5. Communication
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Communication Enhancement : Speech Deficit
keperawatan selama 2x24 jam (4976)
komunikasi verbal klien dapat 1. Memberikan metode alternatif komunikasi
meningkat, dengan kriteria hasil: bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip
Communication (0902) mata, papan komunikasi dengan gambar
1. Menggunakan bahasa dan huruf, kode tangan atau gerakan
berbicara lainnya, dan komputer)
2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan
3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi
untuk menyusun rencana komunikasi
efektif

29
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C,. JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal-


Bedah dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Gloria M. Bulechek et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).
St Louis, Missouri. Mosby
Hasibuhan, Sayuti. 2004. Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosa Kanker
Rongga Mulut. Melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1159/1/fkg-sayuti2.pdf diakses
pada tanggal 20 April 2016 pukul 14.00
John Wiley & Sons. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and
Classification 2015-2017. UK Wiley Blackwell.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal:
aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC

30
Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma
Mulut. Jakarta : EGC
Sue Moorhead et al . 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) :
Measurement of Health Outcomes. St Louis, Missouri. Mosby.
Vermey A, 1988. Treatment of parotid tumors and cancer of the oral
cavity. Head and Neck Oncology. Dutch Foundation For Post Graduate Courses
In Indonesia, FK Unair-RSU Dr. Soetomo : 91-130

3.1 Asuhan Keperawatan Klien dengan Kasus Kanker Rongga Mulut


Pada hari Senin 11 April 2016, Tn. A (50 tahun) datang ke Rumah Sakit
Universitas Airlangga dengan keluhan munculnya plak putih disekitar rongga
mulut (leukoplakia) disertai lesi ulserasi yang mengeras pada rongga
mulutnya. Lesi tersebut sebenarnya sudah muncul sejak tiga bulan yang lalu,
akan tetapi karena semakin lama semakin nyeri maka dibawa ke rumah sakit.
Tn. A sekarang bekerja sebagai tukang bangunan. Karena kondisi pada
mulutnya tersebut, pasien menolak untuk makan, karena mulutnya perih dan
terasa kering. Pasien mengungkapkan secara verbal ataupun dengan isyarat
tentang nyeri yang dirasakan, sehingga dia malu akan kondisinya saat ini.
Keluarga mengatakan pasien kesulitan dalam berbicara dan dulu nenek pasien
menderita kanker mulut.

3.1.1 Pengkajian
a. Biodata/Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Surabaya

31
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Tnggal MRS : Senin 11 April 2016
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri karena munculnya plak putih disekitar rongga
mulut (leukoplaking). Pasien juga mengeluh nafsu makannya menurun
karena mulutnya perih dan terasa kering.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Munculnya plak putih disekitar rongga mulut (leukoplakia) disertai lesi
ulserasi yang mengeras pada rongga mulutnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak pernah masuk rumah sakit, klien hanya pernah menderita
penyakit ringan seperti demam, batuk, pilek.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Nenek pasien menderita kanker mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 (breathing) : Tidak ditemukan/normal
B2 (blood) : Tidak ditemukan/normal
B3 (brain) : Cemas akibat manifestasi klinis
B4 (bladder) : Tidak ditemukan/normal
B5 (bowel) :
Sistem pengkajian fisisk, baik struktur internal dan eksternal mulut dan
tenggorok diinspeksi dan palpasi. Secara umum, pemeriksaan dapat
diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang (penlight) dan
depressor lindah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah dan
adanya abnormalitas.
1. Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk
kelembaban, hidrasi warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya
ulserasi atau fisura. Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan
simetris.
2. Gusi

32
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan retraksi, dan
perubahan warna. Bau napas juga dicatat.
3. Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papilla
tipis lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal
dorsal lidah, selanjutnya dibagian permukaan ventera lidah dan
dasar mulut lidah. Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan
vena superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel
lidah digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan
visualisasi adekuat terhadap faring.
4. Rongga Oral
Pengkajian rongga oral sangat penting, karena banyak gangguan
seperti kanker, diabetes, dan kondisi imunosupresi dari terapi
obat atau AIDS dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga
oral. Leher diperiksa terhadap pembesaran nodus limpa.
B6 (bone) : Kelemahan tonus otot, Malaise

3.1.2 Analisa Data

MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Pasien menolak untuk Kanker rongga mulut
makan
DO : Tonus otot buruk,
membrane mukosa Kerusakan pada sistem
pucat, inflamasi rongga anatomi
Nutrisi kurang dari
mulut.
kebutuhan

Intake nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan

DS : Pasien mengeluh Kanker rongga mulut Ketidakmampuan menelan

33
mulutnya perih dan
terasa kering Kerusakan pada sistem
DO : Rongga mulut terluka anatomi
(inflamasi)
Ketidakmampuan menelan

DS : Keluarga mengatakan Kanker rongga mulut


pasien kesulitan dalam
berbicara Benjolan pada rongga mulut
DO : Pasien lebih banyak
diam, pasien meminta
Gangguan komunikasi
tolong bantuan dengan Benjolan semakin besar dan
verbal
isyarat memenuhi rongga mulut

Mempengaruhi fungsi lidah

Gangguan komunikasi verbal

3.1.3 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat.
2. Ketidakmampuan menelan berhubungan dengan terjadi kerusakan
pada sistem anatomi.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kondisi fisologis
ditandai dengan susahnya berbicara.

3.2.4 Intervensi dan Rasional

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat.
Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs
Domain 2. Nutrition

34
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hasil: nutrisi
Nutritional Status (1004) 2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien
1. Asupan nutrisi atau intoleransi terhadap makanan
2. Asupan makanan 3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan
diet untuk tingkat penyakit tertentu
4. Monitor asupan kalori dan diet
5. Monitor pola penurunan atau peningkatan
berat badan klien.

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem


anatomi
Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in
oral, pharyngeal, or esophageal structure of function
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy (1860)
keperawatan selama 2x24 jam 1. Memantau hidrasi tubuh (misalnya intake,
kemampuan menelan klien dapat output, turgor kulit, membran mukosa)
ditingkatkan, dengan kriteria hasil: 2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan
Swallowing Status (1010) 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter
1. Kemampuan menelan untuk secara bertahap meningkatkan
2. Produksi saliva konsistensi makanan pasien.
3. Waktu reflek menelan 4. Membantu pasien untuk menempatkan
makanan di belakang mulut dan di sisi yang
tidak terganggu (yang tidak sakit).

35
Enteral Tube Feeding (1056)
1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal,
atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur
2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa rongga mulut,
memeriksa residu lambung, atau
mendengarkan udara yang disuntikkan
sementara dan ditarik sesuai dengan prosedur
3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam
sesuai dengan kondisi
4. Pantau status cairan dan elektrolit
5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan
kekuatan makanan enteral
6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan
muntah
7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali
seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai


dengan susahnya berbicara
Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use
a system of symbols
Domain 5. Perception/Cognition
Class 5. Communication
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Communication Enhancement : Speech Deficit
keperawatan selama 2x24 jam (4976)
komunikasi verbal klien dapat 1. Memberikan metode alternatif komunikasi
meningkat, dengan kriteria hasil: bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip

36
Communication (0902) mata, papan komunikasi dengan gambar dan
1. Menggunakan bahasa huruf, kode tangan atau gerakan lainnya, dan
berbicara komputer)
2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan
3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi
untuk menyusun rencana komunikasi efektif.

BAB 4
KESIMPULAN

Kanker rongga mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada
mulut yang melibatkan beberapa jenis jaringan dan sel sehingga
mengakibatkan berbagai jenis kanker (Lippincott dan wilkins, 2012). Kanker
rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh
secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah
endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering
asimtomatik pada tahap awal.
Etiologi dari kanker rongga mulut adalah bersifat multifaktor,
pajaan sinar matahari, mutasi gen, alkohol, tembakau dan alkohol, tembakau,
nikotin, diet, obat kumur, kesehatan gigi dan mulut dan bahan infeksius.
Manifestasi dari kanker rongga mulut antara lain bintik putih atau
merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakidi dalam mulut ataupun
pada bibir, luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh,

37
perdarahan pada rongga mulut, kehilangan gigi, sulit atau timbulnya rasa
sakit pada waktu mengunyah, kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan,
pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga. Kanker rongga mulut
dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat kecil. Dengan
berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai ukuran yang
besar.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sitolgi mulut,
biopsi, pemeriksaan Toluidine blue, dan pemeriksaan Positron Emission
Tomography (PET).
Sedangkan penatalaksanaannya dapat bervariasi sesuai dengan sifat
lesi, pilihan dokter, dan pilihan pasien, diantaranya yaitu pembedahan,
radiasi, kemoterapi, terapi kombinasi, edukasi, dan perawatan pemulihan
setelah operasi.

38

Anda mungkin juga menyukai