BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah saluran pernafasan baik
itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut atau kronis salah satunya
penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terjadi pada orang
dewasa. Pada anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun
Di Amerika Serikat, menurut National Center for health Statistics, kira-kira ada 14 juta orang
menderita bronchitis. Lebih dari 12 juta orang menderita Bronchitis pada tahun 1994, sama
Frekuensi Bronchitis lebih banyak pada status ekonomi rendah dan pada kawasan
industri.Bronchitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding perempuan (Samer, 2007).
Menurut data statistik Belanda, tujuh kali pada pasien anak-anak dibawah usia 1 tahun masuk
rumah sakit dengan diagnosis bronchitis. Jumlah pasien tersebut meningkat dari 1500 menjadi
5000 antara tahun 1981 – 2005, dengan rata-rata 35% pasien pada usia 0 – 1 tahun. Di kelompok
umur tersebut juga terjadi peningkatan sebanyak tujuh kali di periode tersebut. Antara tahun 1981
– 2005, pasien dengan diagnosis bronchitis meningkat dari 29 menjadi 147 per 10.000 orang usia
0 – 1 tahun, separuh pasien tersebut adalah bayi dibawah usia 4 bulan (Ploemacher, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan Bronchitis
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan adanya suatu
Sebetulnya ada dua pengertian bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli rontgen, bronkhitis
merupakan gambaran foto paru-paru dengan kelainan pada saluran napas. Pada gambaran tersebut
cirinya akan tampak “sangat ramai” dan jelas. Berbeda bila dalam keadaan normal, gambaran
saluran napas tak begitu jelas terlihat karena berisi udara. “Tapi pada kasus bronkhitis akan muncul
Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis merupakan kelainan pada saluran napas yang ditandai
dengan adanya bunyi napas penuh lendir, seperti bunyi ‘grok-grok’, bisa terdengar di bagian dada
maupun punggung.
Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada anak,
bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun ia dapat juga
Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi bronkus.
Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik
dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang
peran.(Ngastiyah, 2006)
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya
merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran
pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan
Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan
ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering
ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya
merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran
pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan
sebagainya.
Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan
ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering
ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai
hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih
sangat kurang.
2. Klasifikasi
a. Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis, merupakan penyakit
infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini
adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dank arena batuk berhubungan dengan ISNA
atas. Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini sering
juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah mengenai batuk
kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh
berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-
turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai gejala
respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa
bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan
penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya.
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis kronik, tetapi
kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi
sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar
untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien
3. Etiologi
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya
a. Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau factor pertumbuhan
dan factor perkembangan fetus memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini
1) Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak
kembar satu telur (anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita
bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak adanya
b. Kelainan didapat
1) Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan
berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita
2) Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab : korpus
Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus,
Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan
Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan
infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan
penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini
Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi, perubahan cuaca, polusi udara, dan
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
a. Spesifik
1) Asma
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis,
tuberkulosis, fungi/jamur.
5) Sindrom aspirasi.
7) Benda asing
13) Psikis
b. Non-spesifik
1) Asap rokok
2) Polusi udara
4. Patofisiologi
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia -
Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering
kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah
atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu -
Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya dengan
genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang
didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor
infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada bronkus atau
paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal obstruksi dan terjadi
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan
yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul erat dengan :
luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang
terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai
akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya
Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi yang
mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi yang
Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat (misalnya adenovirus tipe
b. Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum pasien yang
semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau
berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya : fusifomis
fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan
ozaena.
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas akut (ISNA) atas yang
disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan
menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan karena sering
ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi
bakteri sekunder. Anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat
timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2-3
minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin telah terjadi kolaps paru segmental
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis. Mengi dapat murni merupakan
tanda bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut,
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (2001), tanda dan gejala yang ada yaitu:
Menurut Ngastiyah (2006), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat
a. Batuk membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap diwaspadai karena bila
keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan berlendir sampai sesak napas.
b. Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih dari seminggu
Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya ‘grok-grok’ bahkan sampai
muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang pagi. “Atau habis lari-lari, ia kemudian batuk-
b. Demam ringan
d. Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada, suprasternal, interkostal dan subkostal pada
inspirasi
e. Cuping hidung
f. Nafas cepat
h. Batuk-batuk
i. Wheezing
j. Iritabel
k. Cemas
6. Komplikasi
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi
f. Pneumonia
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1) Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender/secret.
3) Banyak minum.
4) Inhalasi.
5) Nebulizer
6) Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum
Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang menurut dokter
perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan sebagai petunjuk
kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama dan resiko
terjadi komplikasi.
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan malam terutama
pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan terganggu rasa
aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh pasien yang menurun,
anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang terus
menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah banyak
dengan memberikan obat secara benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar
banyak keringat, karena jika baju basah akan menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk
mengurangi batuk pada malam hari berikan obat batuk yang terakhir sebelum tidur. Anak yang
batuk apalagi bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau memakai kipas angin.
Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang tertutup leherya. Obat gosok
membuat anak merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk tidak segera berhenti berikan
Pada anak yang sudh agak besar jika ada dahak di dalm tenggorokannya beritahu supaya
dibuang karena adanya dahak tersebut juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi batuk dengan
memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan dengan air hangat.
2) Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronchitis kronik, sedangkan
bronchitis kronik memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan pernafasan secara
langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan
menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan menambah penderitaan
dan perawatan yang benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan banyak
minum untuk membantu mengencerkan lendir; berikan buah dan makanan bergizi untuk
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia sedang batuk dan apa yang
perlu dilakukan. Pada bayi batuk-batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah; biasanya
bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan,
maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan daya
tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu
b. Tindakan Medis
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal. Antibiotik tidak
berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-
buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi
banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai
adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya
asma atau pertusis. Pemberian antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae
sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid.
Antibiotik diberikan 7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk
menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda sing dalam saluran napas,
dan tuberkolusis.
a. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register, diagnose medis
b. Riwayat kesehatan:
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi pernapasan
sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma.
c. Pemeriksaan Fisik:
1) B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa pucat dan
cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya
disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan,
dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi,
emfisema.
Gejala:
c) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
Tanda:
a) Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
c) Cuping hidung
2) B2 (Blood)
Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup(karena cairan
3) B3 (Brain)
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel)
Gejala:
a) Mual/muntah
e) Nyeri abdomen
Tanda
b) Edema
c) Berkeringat
6) B6 (Bone)
Gejala
a) Keletihan, kelelahan
d) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
a) Keletihan
b) Gelisah
c) Insomnia
2. Pemeriksaaan diagnostik
a. Rongent
c. Volume residu
Meningkat
d. GDA
Memperkirakan progresi penyakit (Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau normal)
e. Bronkogram
f. Sputum
g. EKG
Disritmia arterial
h. EKG latihan
3. Prioritas perawatan
4. Diagnosa perawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Rencana Tindakan:
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya
Rasional: Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan
udara.
Rasional: Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau
kelemahan
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA
Rencana Tindakan:
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
Rasional: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
3) Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas. Auskultasi bunyi
nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
5) Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih
besar/kecil.
Rencana Tindakan:
Rasional: Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
Rasional: Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Rasional: Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi
maksimal.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Rencana Tindakan:
1) Awasi suhu.
terhadap infeksi.
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
Rencana tindakan:
selanjutnya.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit
yang dialami.
Rasional: Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang
dirasakan
Rasional: Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam
Rasional: Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada
perawatan di rumah
Intervensi :
Rasional: Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.
2) Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan
3) Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret
jalan nafas.
5. Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif
maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap
6. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan
keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang
mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan
nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak
7. Penkes
Menurut Ngastiyah (2006), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat
g. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi lendirnya.
Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang
1. Rokok
2. Infeksi
3. Polusi
4. Faktor genetik
6. Lingkungan kerja
Manifestasi Klinis:
1. Batuk
2. Haemaptoe
4. Demam berulang
5. Kelainan fisis
Komplikasi:
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan supaya lebih memahami tanda dan gejala bronchitis pada bayi/anak
Doenges, Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi
3, Jakarta : EGC
Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakrta : Buku Kedokteran EGC
Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
Ngastiyah, 2006. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
dr.Rusepno Hasan. 2003. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak
Gunadi Santoso dan Makmuri. 2004. Keperawatan
Poskan Komentar
Arsip Blog
▼ 2014 (1)
o ▼ Februari (1)
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS PADA ANAK
► 2013 (1)
I Komang Mahardika
dika amuba
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.