Otomasi Industri
menganalisa kestabilan
sistem kontrol Kendali
PID menggunakan PLC
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
13
Fakultas Teknik Teknik Elektro Agus Dendi Rochendi, S.Si., MT.
Abstract Kompetensi
Sistem Otomasi Industri dapat diartikan sebagai sistem Mampu
dengan mekanisme kerja dikendalikan oleh peralatan merancang dan
elektronik (electronic hardware) berdasarkan urutan-urutan menganalisa
perintah dalam bentuk program perangkat lunak (electronic kestabilan sistem
software) yang disimpan di dalam unit memori kontroler kontrol Kendali PID
elektronik. menggunakan PLC
Diagram blok untuk perumusan diatas diperlihatkan pada gambar (2.12) berikut:
Salah satu kelebihan struktur PI alternatif pada gambar 2.14 tersebut adalah dapat
disisipkannya model saturasi dalam kontroler yang berfungsi sebagai antiwindup
(lihat subbab 2.4 AntiWindup)
pengaruh kontrol proporsional setelah selang waktu TI (lihat gambar 2.14). Seperti
halnya dengan gain Proporsional, pemilihan parameter waktu (atau gain) integral
pada kontrol PI secara praktis akan sangat mempengaruhi dinamika keluaran
variabel output proses yang sedang dikontrol. Jika kedua parameter kontrol (KP dan
TI) ini dipilih secara tepat, maka respon yang didapat akan optimal (sesuai harapan).
menyebabkan respon menjadi terlalu lambat atau terlalu berosilasi. Gambar 2.15
dibawah memperlihatkan pengaruh pembesaran (pengecilan) Kp dan Ti dari nilai
proses.
Berdasarkan ilutrasi gambar 2.15 tersebut, dapat dilihat bahwa untuk nilai KP
yang tetap, pengecilan nilai TI (atau pembesaran KI) dari nilai optimalnya akan
nilai optimalnya, maka hal tersebut akan menyebabkan respon proses akan semakin
lambat (slugish) dalam menanggapi perubahan SetPoint (atau merespon gangguan).
Terkait dengan metode tuning yang akan digunakan atau dipilih dari tabel, terlebih
dulu perlu diketahui problem yang dihadapi oleh proses : Jika selama operasi
berlangsung, beban yang dikontrol sering berubah (atau proses sering mengalami
gangguan) maka untuk tuning awal sebaiknya dipilih metode tuning yang memang
dikhususkan untuk problem regulator, dan begitu juga sebaliknya, jika selama
operasi berlangsung, titik kerja sering mengalami perubahan maka untuk tuning awal
sebaiknya digunakan metode tuning untuk problem servo. Tetapi walaupun
demikian, untuk sebuah proses tertentu, nilai parameter kontrol (KP dan TI) yang
didapat untuk setiap metode tuning pada dasarnya tidak jauh berbeda, hal tersebut
disebabkan perumusan setiap metode hanya berbeda dalam faktor pembobotannya
saja.
Cara praktis untuk melihat unjuk kerja hasil perhitungan tiap metode tuning yang
tersaji pada tabel diatas adalah dengan mengujinya secara langsung lewat tool
Simulink. Gambar 2.16 dan 2.17 berikut berturut-turut memperlihatkan blok simulink
kontrol PI untuk sistem Heat Exchanger tersebut dan salah satu hasil simulasinya
(Sebagai bahan perbandingan, dalam simulasi ini disajikan respon proses untuk dua
metode yang berbeda: metode Chien servo 1 dan metode Ziegler-Nichols --lihat
tabel 2.6).
2. Respon transien yang terjadi sebagai akibat perubahan Setpoint atau input
gangguan sangat ditentukan oleh metode tuning yang digunakan. Relative terhadap
metode Chien servo 1, dalam menanggapi perubahan setpoint nampak tuning
metode Ziegler-Nichols menghasilkan overshoot yang terlalu berlebih, tetapi disisi
lain ketika terjadi gangguan, metode tuning Ziegler - Nichols ini menghasilkan waktu
pemulihan yang relative cepat (Berdasarkan kenyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa metode Ziegler-Nichols cocok digunakan untuk kasus kontrol problem
regulator).
Dalam modul kontrol PID, Kontrol PD diperoleh dengan cara men-setting penguatan
integral pada struktur PID sama dengan nol:
Sifat utama dari aksi kontrol PD adalah mendahului sinyal masukan (error): Dalam
hal ini waktu derivative (TD) adalah waktu yang diperlukan sehingga keluaran Kontrol
Proporsional besarnya sama dengan keluaran dari Kontrol Derivative (lihat gambar
respon transien.
Gambar 2.19 dan 2.20 berikut berturut-turut memperlihatkan blok diagram kontrol
PID ideal bentuk dependent dan bentuk independent (lihat algoritmanya
dalam persamaan 2.3 dan 2.4):
Seperti nampak pada gambar 2.19 dan 2.20 diatas, semua komponen pada
kontroler PID jenis ideal ini bekerja pada masukan error penggerak. Hubungan
antara masukan error penggerak dengan output kontroler PID tersebut dapat dilihat
pada gambar 2.21.
Selain gambar 2.19 atau gambar 2.20, kontrol PID ideal juga dapat direalisasikan
dengan mengacu pada gambar 2.22 berikut:
Terkait dengan nilai parameter kontroler yang harus dipilih, tabel 2.7 dan 2.8
dibawah berturut-turut memperlihatkan beberapa metode tuning empiris yang dapat
digunakan pada pengontrolan model proses FOPDT dan model proses IPDT.
Contoh Soal dan Penyelesaian Contoh 2.1. Tuning PID untuk model Kontrol
Proses FOPDT Diketahui sebuah proses FOPDT dengan fungsi alih :
Metode Astrom-Haglung
Tuning PID untuk model Kontrol Proses IPDT Berikut ini adalah persamaan
dinamika sistem pengontrolan level fluida dalam tangki dengan menggunakan
penggerak pompa disekitar titik kerjanya (lihat gambar 2.55)