SALURAN TRANSMISI
13
Abstrak Kompetensi
Materi ini akan membahas tentang Setelah membaca modul ini diharapkan :
Komunikasi fiber optik. 1. Mahasiswa dapat memahami komunikasi fiber
optik.
.
KOMUNIKASI FIBER OPTIK
13.1 PENDAHULUAN
Perkembangan dan penerapan teknologi dunia yang berkembang dengan cepat, secara
langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan sistem telekomunikasi
Indonesia. Beroperasinya satelit telekomunikasi Palapa dan kemudian pemakaian SKSO (Sistem
Komunikasi Serat Optik) di Indonesia merupakan bukti bahwa Indonesia juga mengikuti dan
mempergunakan teknologi ini di bidang telekomunikasinya.
Tak disangkal lagi bahwa serat optik akan mmberikan kemungkinan yang lebih baik bagi
jaringan telekomunikasi. Serat optik adalah salah satu media transmisi yang mampu menyalurkan
informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Berlainan dengan media transmisi
lainnya, maka pada serat optik gelombang pembawanya bukan gelombang listrik ataupun
gelombang elektromagnetik akan tetapi cahaya, baik cahaya tampak maupun cahaya tak tampak.
Sistem telekomunikasi ini sebenarnya sudah diteliti sejak lama,tetapi karena banyaknya
kesulitan atau hambatan yang timbul terutama didalam usaha menghilangkan kotoran dalam
pembuatan serat optik. Kotoran dalam serat optik dapat mengakibatkan rugi-rugi transmisi dan
disperse yang tidak sempurna.
Sebagaimana namanya maka serat optik dibuat dari gelas silika dengan penampang
berbentuk lingkaran atau berbentuk lainnya. Pembuatan serat optic dilakukan dengan cara menarik
bahan gelas kental cair sehingga dapat diperoleh serabut/serat gelas dengan penampang
tertentu.Proses ini dikerjakan dalam keadaan bahan gelas yang panas. Yang penting dalam
pembuatan serat optic adalah menjaga agar perbandingan relatifantara bermacam lapisan tidak
berubah sebagai akibat tarikan.Prosespembungkusan seperti pemberian bahan pelindung atau
prosespembuatan satu ikat kabel yang terdiri atas beberapa buah hingga ratusan kabel
pengerjaannya tidak berbeda dengan pembuatan kabel biasa.
Serat optik dapat dibuat dari silika (SiO2), polimer1 (Plastic Optical Fiber, POF), atau campuran
keduanya. Pada dasarnya serat optik disusun oleh bagian-bagian:
Bagian dalam silinder yang memiliki indeks bias tinggi yaitu inti (core);
Bagian tengah silinder yang memiliki indeks bias lebih rendah yaitu selimut (cladding);
1
Polimer merupakan bahan hasil turunan dari minyak bumi. Hasil jadi dari polimer antara lain karet sintetis dan
plastik.
Untuk serat optik umumnya diameter core berkisar 10 – 600 mikron, ketebalan cladding
berkisar 125 – 630 mikron, dan jaketnya bervariasi antara 250 – 1040 mikron. Sedangkan untuk POF
diameter keseluruhannya berkisar antara 750 – 2000 mickron. Dengan adanya perbedaan diameter
tersebut membuat serat optik POF lebih mudah ditangani daripada serat optik yang berasal dari
silika.
Pembuatan serat optik apakah menggunakan silika, plastik, ataupun kombinasi keduanya
mempertimbangkan berbagai faktor seperti kualitas dan harga. POF memiliki keuntungan pada
harga yang lebih murah dan penggunaannya pada spektrum cahaya tampak. Akan tetapi
kelemahannya adalah besarnya rugi-rugi. Oleh karena itu POF hanya digunakan pada jarak yang
pendek. Pada aplikasinya POF umum digunakan pada bidang medis dan instrumen industri. Dan
menurut penelitian terakhir, serat jenis ini digunakan pada sistem transmisi data pada mobil.
Kemudian jika bahan yang digunakan adalah kaca silika maka bahan tersebut harus memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi supaya rugi-rugi cahaya yang melewati serat tersebut minimal.
Mungkin timbul pertanyaan mengenai bagaimana kaca silika murni diperoleh, sebagaimana
diketahui, bahwasanya kaca terbuat dari pasir? Bagaimana cara membuat indek bias core dan
cladding berbeda, padahal berasal dari bahan yang sama?
Untuk pertanyaan pertama, terdapat reaksi kimia yang dapat menerangkan cara pembuatan
kaca selain dengan jalan meleburkan pasir untuk mendapatkan benih kaca yan terkandung di
dalamnya. Dimulai dengan SiO4 dan O2 dalam keadaan gas, kemudian digunakan panas atau katalis
agar terjadi reaksi:
Dalam MCVD, oksigen ditiupkan dalam senyawa silikon klorida (SiCl 4), germanium klorida
(GeCl4) dan senyawa-senyawa lainnya. Keluaran dari peniupan senyawa-senyawa tersebut kemudian
masuk ke tabung pembentuk. Dalam tabung berputar yang dipanasi tersebut terjadi dua hal:
Silikon dan germanium bereaksi dengan oksigen, membentuk silikon dioksida (SiO 2) dan
germanium dioksida (GeO2).
Silikon dioksida dan germanium dioksida melebur membentuk kaca silika.
Bahan dasar yang diperoleh dari proses sebelumnya dimasukkan ke tungku (furnace) grafit
yang dipanasi hingga 1900 – 2200 derajat Celcius. Karena panas itu bahan (preform) meleleh dan
jatuh karena tarikan gravitasi. Dalam proses tersebut pula terjadi pendinginan sehingga membentuk
benang dan ukuran diameter benang diukur oleh mikrometer laser. Kemudian benang tersbut
dimasukkan ke tungku pelapis pertama (Coating Cup I) untuk dilapisi dengan lapisan penyangga dan
dipanaskan pada UV Curing Oven I. Selanjutnya serat melalui Coating Cup 2 dan UV Curing Oven 2
untuk lapisan selanjutnya. Sedangkan Tracktor digunakan untuk menggulung serat optik yang
dihasilkan dengan kecepatan 10 – 20 m/s.
13.2.1 Pengujian
Setelah proses pembuatan serat selesai, diperlukan pengujian terhadap serat tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah:
Kekuatan tarik / rentang, setidaknya harus memenuhi 100.000 lb/in 2.
Profil indek bias, untuk menentukan tingkap (aperture) numeris.
Seperti gambar di atas, jika ada sinar yang masuk ke core serat optik maka sebenarnya sinar
tersebut akan dipantul-pantulkan oleh lapisan antara core dan cladding sehingga sinar tetap pada
core. Kejadian tersebut akan terjadi jika sudut datang lebih besar dari sudut kritis. Jika sudut datang
kurang dari sudut kritis2 maka sinar akan dibiaskan ke cladding, kejadian tersebut membuat atenuasi
yang sangat besar pada kuantitas sinar yang dilewatkan. Besarnya sudut kritis dirumuskan:
n2
ΘC =cos−1
n1
Misalkan jika n1=1,446 dan n2=1,430 maka diperoleh sudut kritis 8,53 derajat.
2
Perlu dicatat bahwa sudut kritis pada serat optik mengacu pada sumbu serat optik, hal ini berbeda dengan
fisika umum dimana pengukuran sudut bias / kritis diacukan pada garis normal.
n1
Θext =cos−1
( n0
⋅sin ΘC
)
Karena n0=1 maka melanjutkan contoh di atas diperoleh Q ext=12,4 derajat. Berikut digambarkan
kedatangan sinar dari berbagai sudut:
Gambar 13.6 Tanggapan lapisan core-cladding terhadap sinar dari berbagai sudut
Gambar 13.7 Penampang lintang ukuran serat optik yang umum, dalam mikron
Contoh 2 :
1. Inti polysterene (n1 = 1,60)
Selubung methyl methacrylate (n2=1,47)
NA = 0,60
2. Inti polymethyl methacrylate (n1=1,49) selubung copolymer NA = 0,50
Tabel 13.1 Karekteristik atenuasi dan bandwidth pada berbagai macam serat optik
Index of
Mode Size Atten. Bandwidth
Material Refraction
microns (microns) dB/km MHz/km
Profile
Multi-mode Glass Step 800 62.5/125 5.0 6
Multi-mode Glass Step 850 62.5/125 4.0 6
Multi-mode Glass Graded 850 62.5/125 3.3 200
Multi-mode Glass Graded 850 50/125 2.7 600
Multi-mode Glass Graded 1300 62.5/125 0.9 800
Multi-mode Glass Graded 1300 50/125 0.7 1500
Multi-mode Glass Graded 850 85/125 2.8 200
Multi-mode Glass Graded 1300 85/125 0.7 400
Multi-mode Glass Graded 1550 85/125 0.4 500
Multi-mode Glass Graded 850 100/140 3.5 300
Multi-mode Glass Graded 1300 100/140 1.5 500
Multi-mode Glass Graded 1550 100/140 0.9 500
Multi-mode Plastic Step 650 485/500 240 5 @ 680
Multi-mode Plastic Step 650 735/750 230 5 @ 680
Multi-mode Plastic Step 650 980/1000 220 5 @ 680
Multi-mode PCS Step 790 200/350 10 20
Single-mode Glass Step 650 3.7/80 or 125 10 600
Single-mode Glass Step 850 5/80 or 125 2.3 1000
Contoh 3:
Fiber dengan panjang 100m memiliki Pin = 10 µw dan P out = 9 µw . Hitung rugi-rugi dalam
db /km.
Jawab :
Pout
Pin db = 10 log 9/10 = - 0,458 db
db/km = 0,458/ 0,1 = - 4,58 db/km
rugi-rugi = 4,58 db/km
Contoh 4:
1. Ditemukan rugi-rugi absobs absorsi 3% dari daya masukan ke fiber dengan panjang daya masukan
ke fiber dengan panjang 10M . Hitung rugi-rugi dalam db/km
Pout 0,97Pin
Pin (db) = 10 log Pin
= - 0,132 db / 10 m
= - 13,2 db/km
rugi-rugi = 13,2 db/km
Contoh 5:
2. Sistem komunikasi serat optic memiliki panjang 10 km dan rugi-rugi 2,5 db/km. Hitung daya
keluaran jika daya masukan 400 µm
Pout
10 log Pin (db) = - 25
Pout
Pin = anti log -2,5 = 0,00316
P out = 0,00316 x 400 µm
P out = 1,264 µm
13.2.7 Dispersi
Dispersi digunakan untuk menjelaskan 2 fak pelebaran pulsa.Jika lebar pulsa input tp1 , lebar
pulsa tp2 dispersi ∆t dapat didefinisikan sebagai berikut: ∆t = √ (tp2² - tp1² ). Dispersi diukur dalam
unit waktu umumnya orde monoseconds ( 10 -9 s) atau pikoscon (10 -12 s)
n1−n2
Untuk ∆ << 1 dimana ∆ = n1
Didapat
∆t = (L x n1 / c) x ∆
dengan menggunakan NA
∆t = [ L x (NA)²] / (2xn1xc)
13.5 KESIMPULAN