Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika
merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa
malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.
Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang
kecemasan yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang
mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik
tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan
berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa
khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan.
(Menurut Jurnal Medula Unila Volume 5 Nomor 2 Agustus 2016 oleh Okta Diferiansyah
dkk)
Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan
biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh
kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan merupakan
keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati
berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas.
Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan ketidakberdayaan
neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas
(lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Kartini Kartono (1989:
120) bahwa cemas adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak
jelas. Senada dengan itu, Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 251) menjelaskan kecemasan merupakan
takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.
Adapun ciri - ciri dari kecemasan :
1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya: 1) kegelisahan, kegugupan, 2) tangan atau
anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, 3) sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi,
4) kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, 5) banyak berkeringat, 6) telapak tangan yang
berkeringat, 7) pening atau pingsan, 8) mulut atau kerongkongan terasa kering, 9) sulit berbicara,
10) sulit bernafas, 11) bernafas pendek, 12) jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, 13)
suara yang bergetar, 14) jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, 15) pusing, 16) merasa
lemas atau mati rasa, 17) sulit menelan, 18) kerongkongan merasa tersekat, 19) leher atau punggung
terasa kaku, 20) sensasi seperti tercekik atau tertahan, 21) tangan yang dingin dan lembab, 22)
terdapat gangguan sakit perut atau mual, 23) panas dingin, 24) sering buang air kecil, 25) wajah
terasa memerah, 26) diare, dan 27) merasa sensitif atau “mudah marah”
2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: 1) perilaku menghindar, 2) perilaku
melekat dan dependen, dan 3) perilaku terguncang
3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya: 1) khawatir tentang sesuatu, 2) perasaan
terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, 3) keyakinan
bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, 4) terpaku
pada sensasi ketubuhan, 5) sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, 6) merasa terancam oleh
orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, 7) ketakutan
akan kehilangan kontrol, 8) ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, 9) berpikir
bahwa dunia mengalami keruntuhan, 10) berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, 11)
berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, 12) khawatir terhadap
hal-hal yang sepele, 13) berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, 14)
berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, 15) pikiran terasa
bercampur aduk atau kebingungan, 16) tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, 17)
berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis, 18)
khawatir akan ditinggal sendirian, dan 19) sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran
(Menurut Jurnal Konselor Volume 5 No 2 Tahun 2016 oleh Dona Fitri Annisa)
Secara internasional, penggolongan gangguan jiwa mengacu pada DSM IV. DSM IV ini
dikembangkan oleh para expert dibidang psikistri di Amerika Serikat. DSM IV ini telah dipakai
secara luas terutama oleh para psikiater dalam menentukan diagnosa gangguan jiwa. Di indonesia
para ahli kesehatan jiwa menggunakan PPDGJ 3 sebagai acuan dalam menentukan diagnosa
gangguan jiwa. Secara umum gangguan jiwa dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu gangguan
jiwa ringan dan gangguan jiwa berat.
Yang termasuk kedalam gangguan jiwa ringan antara lain cemas, depresi, psikosomatis dan
kekerasan sedangkan yang termasuk kedalam gangguan jiwa berat seperti skizofrenia, manik
depresif dan psikotik lainnya. Menurut Hawari (2001), tanda dan gejala gangguan jiwa ringan
(cemas) adalah sebagai berikut:
• Perasan khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung
• Merasa tegang,tidak tenang, gelisah, mudahterkejut
• Takut sendirian,takut pada keramaian,dan banyak orang
• Gangguan pola tidur,mimpi-mimpi yang menegangkan
• Gangguan konsentrasi dan daya ingat
• Keluhan-keluhan somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging
(tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit
kepala.
Menurut saya, Tia mengalami gangguan jiwa ringan yaitu cemas dimana ia merasa cemas saat
berada di ruang dokter gigi karena ia akan merasa cemas jika bertemu dengan orang baru dan ia
juga mengatakan Bahwa ia berpikir jika ia berbuat kesalahan ia akan dipermalukan yang
merupakan ciri kecemasan dimana ia takut akan pikirannya sendiri.
3. Faktor - faktor apa sajakah yang dapat menimbulkan gangguan mental tersebut?
Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 51)
menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki
seseorang mengenai situasi yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau
tidak memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan diri untuk
mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus kepermasalahannya). Kemudian Adler
dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 145- 146) menyatakan terdapat
dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu.
1. Pengalaman negatif pada masa lalu
sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-kanak, yaitu timbulnya
rasa tidak menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang,
apabila individu menghadapi situasi yang sama dan juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti
pengalaman pernah gagal dalam mengikuti tes
2. Pikiran yang tidak rasional
pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu :
a.Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
pada dirinya. Individu mengalami kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan
ketidaksanggupan dalam mengatasi permaslaahannya.
b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk berperilaku sempurna dan tidak
memiliki cacat. Individu menjadikan ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yang
dapat memberikan inspirasi.
c. Persetujuan
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini terjadi pada orang yang
memiliki sedikit pengalaman.
(Menurut Jurnal Konselor Volume 5 No 2 Tahun 2016 oleh Dona Fitri Annisa)
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Salah satunya adalah dengan
terapi relaksasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Hasan (2010) menunjukkan bahwa
klien yang menjalani terapi relaksasi mengalami penurunan drastis pada tingkat kecemasan dan
depresi, karena terjadi pengurangan ketegangan otot, nyeri, gangguan tidur, pekerjaan dan fungsi
sosial. Selain itu terapi musik juga dapat mengurangi kecemasan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan adalah:
1) Relaksasi
Menurut Goldfried dan Davidson relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku yang
dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
Ditambahkan Walker teknik ini dapat digunakan oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka
dapat menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari
dirumah (dalam Ramadhani dan Aulia, 2011).
2) Pengendalian pernafasan
Pengendalian pernafasan merupakan suatu teknik untuk mengendalikan nafas yang sifatnya cepat
dan memfokuskan diri pada pernafasan. Orang yang sedang mengalami kecemasan cenderung
bernafas dengan cepat dan dangkal karena adanya perasaan panik atau khawatir. Padahal hal ini
dapat meningkatkan rasa cemas. Menurut Wayne (2003) pernafasan yang lebih lambat dan dalam
hampir selalu memiliki efek menenangkan. Hal ini merupakan salah satu cara yang paling cepat
untuk menghentikan serangan panik.
3) Cognitif Behavior Therapy
Cognitif Behavior Therapy adalah suatu pendekatan belajar teradap terapi yang menggabungkan
teknik kognitif dan behavioral. Terapi ini berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapiutik
yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada
perilaku yang nyata, tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan, dan sikap yang mendasarinya (Nevid
& Neal, 2005).
Terapi Warna
Terapi adalah sebuah label iklusif untuk semua cara dan bentuk perawatan penyakit atau
gangguan (Reber & Reber, 2010). Sedangkan warna didefinisikan secara obyektif atau fisik sebagai
sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif atau psikologis sebagai bagian dari pengalaman
indera penglihatan (dalam Atma, 2011). Menurut Jane (2012) terapi warna adalah teknik mengobati
penyakit melalui penerapan warna, agar tubuh tetap sehat dan memperbaiki ketidakseimbangan di
dalam tubuh sebelum hal itu menimbulkan masalah fisik maupun mental.
Beberapa metode terapi warna yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Pernapasan warna; yaitu teknik bernafas dengan membayangkan sewaktu
menghirup dan menghembuskan nafas dengan warna-warna tertentu.
2) Meditasi; membayangkan atau berimajinasi untuk memusatkan perhatian pada objek tertentu
yang bersifat citraan/visual, yang mengandung warna-warna, sehingga dapat
memberikan efek relaksasi pada tubuh.
3) Air solarisasi; yaitu dengan menggunakan botol maupun gelas atau air dengan
warna-warna tertentu, kemudian air tersebut diminum.
4) Aurasoma; teknik ini menggunakan botol-botol kecilyang berisi lapisan warna dari
minyak esensial dan ekstrak tumbuhan.
5) Warna kain sutra; yaitu teknik terapi warna yang menggunakan kain sutra yang dipakaikan ke
tubuh pasien untuk digunakan dalam waktu tertentu.
Metode terapi warna yang digunakan adalah pernafasan warna dan meditasi warna.
Pernafasan yang dalam dan terfokus membantu mengubah udara yang kita tarik saat bernafas
menjadi energi positif (Kumar, 2009). Menurut Mary (2009) meditasi yaitu melatih pikiran untuk
merenungkan sesuatu, sehingga bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan menemukan
kedamaian jiwa.
(Menurut Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013 oleh Novita
Harini)
Beberapa metode terapi untuk mengurangi kecemasan:
a) Terapi spiritual, yaitu metode terapi dengan menggunakan do’a keagamaan sesuai dengan
keyakinan, misalnya untuk yang beragama Islam dengan berdzikir, berdoa dan sholat hajat.
b) Terapi informasi, yaitu suatu metode terapi yang diberikan sebelum terapi obat dengan
memberikan informasi mengenai penyakit dan cara pencegahan.
c) Terapi alam, yaitu suatu metode terapi melalui tubuh dan panca inderanya dengan menggunakan
potensi alam untuk melangsungkan dan mempertahankan hidupnya misal; udara segar, air bersih
dan sinar matahari.
d) Terapi musik, yaitu suatu metode terapi dengan menggunakan rangsangan suara/musik untuk
indera pendengaran. Musik dapat menenangkan detak jantung yang keras, juga pikiran. Jika tekanan
sudah memuncak, cobalah untuk menyisihkan waktu mendengarkan musik dengan tempo yang
ringan, atau dengarkan lagu yang bisa membuat rileks.
e) Terapi komunikasi, yaitu suatu metode terapi dengan menggunakan pendekatan. Komunikasi
dengan baik, sehingga terbina hubungan saling percaya.
f) Terapi relaksasi adalah terapi perilaku yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat
kecemasan yang dialami individu. 12