Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

DIETETIK LANJUT

DIET GARAM RENDAH III

Oleh:
Kelompok A
Beti Ayu Isdayanti 1704003
Desti Kartika Sari 1704004
Fauzatul Hunaida 1704006
Jeri Kurniawan 1704007
Mei Intan Munanda 1704010
Nia Agustina Saputri 1704012
Ross Mellyana Adistira 1704016
Septia Kusyani 1704017
Tiara Yopita Dewi 1704019
Winda Nurmala Sari 1704021

PROGRAM STUDI GIZI


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai
macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik keduanya tidak
mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan ekstetoriknya untuk
mempertahankan homeostatis (Lukman et al., 2013). Gagal gijal kronik secara
progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu persatu yang secara bertahap
menurunkan keseluruhan fungsi ginjal (Sjamsuhidajat & Jong, 2011).
Setiap tahun penderita penyakit gagal ginjal meningkat, di Amerika serikat
pada tahun 2002 sebanyak 34.500 penderita, tahun 2007 80.000 penderita, dan tahun
2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang menderita penyakit ginjal.
Sedangkan di Indonesia menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
jumlah yang menderita penyakit gagal ginjal kronik sekitar 50 orang per satu juta
penduduk (Lukman et al., 2013). Data Dinkes Jawa tengah (2008) bahwa angka
kejadian kasus gagal ginjal di Jawa Tengah yang paling tinggi adalah Kota Surakarta
dengan 1497 kasus (25.22 %) dan di posisi kedua adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu
742 kasus (12.50 %).
Tindakan medis yang dilakukan penderita penyakit gagal ginjal adalah dengan
melakukan terapi dialisis tergantung pada keluhan pasien dengan kondisi kormobid
dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup yang ditentukan,
keharusan transplantasi terhambat oleh langkanya pendonor. Pilihan terapi dialisis
meliputi hemodialisis dan peritoneal dialisis (Hartono, 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan
pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia.
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau
esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan
gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara
tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi (Sidabutar, 2009).
Tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah
satunya adalah stres. Stres merupakan suatu respon nonspesifik dari tubuh
terhadap setiap tekanan atau tuntutan yang mungkin muncul, baik dari kondisi
yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan (Sadock, 2003).
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan
padastadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan
penderitanya (Gunawan, 2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh
Yogiantoro (2006), hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering
tidak disadari oleh penderitanya. Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian
disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan
hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi
hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat
tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah
menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung setiap tahunnya (Corwin,
2007). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007
diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata
3,17% dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1
orang yang menderita hipertensi (Riskesdas, 2008).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mahasiswa diharapkan mampu:


1. Melakukan assesmen gizi yang meliputi antropometri, biokimia, fisik/klinis,
dan riwayat makan pada penyakit Gagal Ginjal Kronik stage 5 dengan
hipertensi.
2. Membuat diagnosis gizi terkait penyakit Gagal Ginjal Kronik stage 5
dengan hipertensi.
3. Membuat intervensi diet yang meliputi jenis diet, tujuan diet, syarat diet,
bentuk makanan, dan jalur pemberian makanan.
4. Menghitung kebutuhan energi dan zat gizi.
5. Menentukan jenis dan jumlah bahan makanan sehari.
6. Menentukan frekuensi makan dan membagi bahan makanan tiap kali
makan.
7. Menyusun menu untuk pasien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik stage 5
dengan hipertensi.
8. Mengolah, menyajikan hidangan dari menu yang disusun.
9. Menentukan monitoring dan evaluasi dari pasien dengan penyakit Gagal
Ginjal Kronik stage 5 dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi

Gagal Ginjal Kronik


Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme
tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau urin. Penyakit ini terus berkembang secara perlahan hingga
fungsi ginjal semakin memburuk sampai ginjal kehilangan fungsinya (Price &
Wilson, 2006). Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti
glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit ginjal polikistik, obstruksi
saluran kemih, pielonefritis, nefrotoksin, dan penyakit sistemik, seperti diabetes
melitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit, serta
amiloidosis (Bayhakki, 2013).

Hipertensi
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas
normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas
tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila
tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas
tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009).
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer
atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan
hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, penyakit jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003,
diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS)
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2009).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau
morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan
ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis
dalam waktu yang lama (Saraswati,2009).

Patofisologi

Penyakit Gagal Ginjal Kronik


Patogenesis gagal ginjal kronik melibatkan penurunan dan kerusakan nefron
yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Total laju filtrasi glomerulus
(GFR) menurun dan klirens menurun, BUN dan kreatinin meningkat. Nefron yang
masih tersisa mengalami hipertrofi akibat usaha menyaring jumlah cairan yang
lebih banyak. Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan memekatkan urine.
Tahapan untuk melanjutkan ekskresi, sejumlah besar urine dikeluarkan, yang
menyebabkan klien mengalami kekurangan cairan. Tubulus secara bertahap
kehilangan kemampuan menyerap elektrolit. Biasanya, urine yang dibuang
mengandung banyak sodium sehingga terjadi poliuri (Bayhakki, 2013).

Penyakit Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah kekorda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis ditoraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis keganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah,dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Rohaendi, 2008).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

Indikasi Pemberian Diet Garam Rendah III

Diet Garam Rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan
hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis, sirosis hati,
penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial. Diet ini
mengandung cukup zat-zat gizi. sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan
berbagai tingkat Diet Garam Rendah.
a. Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diet Garam Rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambah garam dapur.
Hindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
b. Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan
hipertensi tidak terlalu berat.Pemberian makan sehari sama dengan diet garam
rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam
dapur (2g). Dihindari makanan yang tinggi kadar natriumnya.
c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet Rendah III diberikankepada pasien dengan edema dan hipertensi
ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam renda I. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan 1sdt (4g) garam dapur
(Almatsier, 2006).

Jenis Makanan

Makanan biasa diberikan pada pasien yang tidak memerlukan makanan


khusus. Susunan mengacu pada pola menu seimbang. Tujuannya dalah
memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh. Energi dan zat gizi diberikan sesuai kebutuhan.
Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beranekaragam, bervariasi
dengan bentuk, tekstur dengan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu
pada pola makanan seimbang dan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan
bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak
memerlukan diet khusus berhubungan dengan penyakitnya, makanan sebaiknya
diberikan dalam bentuk yang mudah cerna, dan tidak merangsang saluran cerna
(Almatsier, 2004).

Bahan Makanan

Beras
Serealia merupakan sumber karbohidrat utama di dunia. Di Indonesia beras
dipakai sebagai sumber protein sebanyak 45 sampai 55% dan sumber kalori 60
sampai 80%. Kacang-kacangan biasanya dipakai sebagai sumber protein nabati,
meskipun beberapa diantaranya dipakai sebagai sumber minyak kedelai dan
kacang tanah. Kadar minyak pada kedua kacang ini cukup besar, lebih dari 30%
(Muchtadi, 2010).
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O) yang terbentuk dari peristiwa fotosintesis pada
tumbuhan. Karbohidrat memiliki peran sebagai sumber energi utama bagi
manusia untuk melakukan aktivitasnya. Penanganan, penyimpanan, dan
pengawetan bahan pangan sering menyebabkan terjadinya perubahan nilai gizi
salah satunya adalah karbohidrat. Proses pengolahan tersebut dapat bersifat
menguntungkan terhadap karbohidrat yang terkandung dalam bahan pangan
tersebut, yaitu perubahan kadar kandungan karbohidrat dan peningkatan daya
cerna. Proses pemanasan bahan pangan dapat meningkatkan ketersediaan
karbohidrat (Sulistiyono et al, 2014).

Kentang
Kentang merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang berbentuk bulat,
lonjong, kulit berwarna coklat muda, daging bumbi berwarna kuning, permukaan
umbi rata dan halus dengan mata tunas dangkal. Umbi kentang mengandung
karbohidrat cukup tinggi (Pujimulyani, 2009). Kentang memiliki kadar air cukup
tinggo sekitar 78%, sumber vitamin C, B1, B2, serta beberapa jenis mineral seperti
fosfor, zat besi, dan kalium (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Holtikultura, 2004).
Tempe
Tempe merupakan bahan makanan yang sangat digemari dan berpotensi
sebagai makanan fungsional. Tempe adalah makanan yang dihasilkan oleh
fermentasi kapang golongan Rhizopus. Pembuatan tempe membutuhkan bahan
baku kedelai. Melalui proses fermentasi, komponen-komponen nutrisi yang
kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan
dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Tempe yang baik dan bermutu
tinggi seharusnya memiliki flavour, aroma, serta tekstur yang khusus dan sangat
karakteristik, harus padat dengan miselia yang rapat dan kompak, berbau seperti
jamur yang segar dan warna harus putih seperti kapas. Nilai gizi protein
meningkat setelah proses fermentasi, karena terjadinya pembebasan asam amino
hasil aktivitas enzim proteolitik dari tempe (Wisnu, 2007).

Telur
Telur merupakan salah satu produk peternakan unggas yang mudah dicerna
dan memiliki kandungan gizi lengkap. Secara umum telur terdiri dari 3 bagian
pokok yaitu kulit telur, putih telur, dan kuning telur (Powri, 1996). Telur
mememiliki komposisi yang terdiri dari air, lemak, protein, karbohidrat, dan abu
(Winarno dan Koswara, 2002).

Wortel
Wortel memiliki senyawa bioaktif seperti karottenoid dan serat yang cukup
untuk meningkatkan kesehatan secara signifikan. Wortel segar mengandung air,
protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, gizi anti kanker, pektin, mineral (kalsium,
fosfor, besi, dan natrium), vitamin (beta karoten, B1, dan C), serta asparagin (Datt
dkk, 2012).

Buncis
Buncis merupakan sumber protein, vitamin dan mineral yang penting dan
mengandung zat-zat lain yang berkhasiat untuk obat dalam berbagai macam
penyakit. Gum dan pektin yang terkandung dapat menurunkan kadar gula darah,
sedangkan lignin berkhasiat untuk mencegah kanker usus besar dan kanker
payudara. Serat kasar dalam polong buncis sangat berguna untuk melancarkan
pencernaan sehingga dapat mengeluarkan zat-zat racun dari tubuh. Zat-zat gizi
yang terdapat di dalam buncis dalam 100 g bahan yang dapat dimakan (Hernani,
2006).
Pada buah, batang, dan daun buncis mengandung senyawa kimia yaitu
alkaloid, saponin, polifenol, dan flavonoid, asam amino, asparagin, tannin, fasin
(toksalbumin). Biji buncis mengadung senyawa kimia yaitu glukoprotein, tripsin
inhibitor, hemaglutinin, stigmasterol, sitosterol, kaempesterol, allantoin dan
inositol. Kulit biji mengandung leukopelargonidin, leukosianidin, kaempferol,
kuersetin, mirisetin, pelargonidin, sianidin, delfinidin, pentunididin dan malvidin.
Sedangkan buncis segar mengandung vitamin A dan vitamin C (Hernani, 2006).
Kandungan kimia buncis memiliki manfaat yaitu untuk meluruhkan air seni,
menurunkan kadar gula dalam darah, bijinya dapat menurunkan tekanan darah
tinggi, beri-beri dan daunnya untuk menambah zat besi (Hernani, 2006).
Ayam
Daging memiliki kandungan gizi yang tinggi, lengkap, dan seimbang.
Warna daging ayam segara adalah putih kekuningan warna daging ayam
disebabkan provitamin A yang terdapat pada lemak daging dan pigmen
oksimioglobulin (Cross, 2003). Komposisi daging ayam menurut Campbell dan
Lasley (1975) yang dikutip Anggorodi (1995) terdiri dari 73.7% air, 29.6%
protein, 4.7% lemak dan 1% abu. Nilai gizi pada daging ayam per 199 gram yaitu
protein 118.20 g, lemak 25 g, kalsium 14 mg, fosfor 200 mg, besi 1.5 mg, vitamin
B1 0.08 mg, air 55.9 g, kalori 302 kkal (Ditjenak, 2001).

Tahu
Tahu merupakan salah satu hasil olahan kedelai non fermentasi. Tahu
dihasilkan melalui proses ekstraksi dengan menggunakan air panas dengan
berbagai macam protein kedelai menjadi bentuk susu kedelai, kemudian
digumpalkan dengan asam, garam magnesium atau kalsium. Komposisi kmia tahu
per 100 gram antara lain air 82,2 gram, protein 10,9 gram, lemak 4,7 gram,
karbohidrat 0,8 gram, kalsium 223 gram, abu 1,4 gram, fosfor 183 gram, vitamin
B1 0,01 gram, dan energi 80 kkal (Mahmudah, 2009; dalam Siregar, dkk, 2016).

Oyong
Oyong atau ridged gourd, disebut juga gambas. Bagian yang dapat dimakan
dari gambas adalah buah muda, daunnya digunakan untuk lalap atau dapat juga
digunakan untuk obat demam (Edi dan Bobihoe, 2010). Kandungan gizi yang
terdapat dalam 100 gram buah oyong adalah kalori (18 kal), protein (0,8 g), lemak
(0,2 g), karbohidrat (4,1 g), kalsium (19 mg), fosfor (33 mg), besi (0,9 mg),
vitamin A (380 mg), vitamin B1 (0,03 mg), vitamin C (8 mg) (Lingga, 2010).

Semangka
Buah semangka memiliki banyak mengandung nilai gizi seperti vitamin A
dan vitamin C serta kalium yang baik bagi kesehatan. Bagi penderita hipertensi,
semangka dapat dikonsumsi sehingga bisa menetralisasi tekanan darah. Selain itu,
semangka dapat mengobati sariawan, membersihkan ginjal, dan mempergiat kerja
jantung. Laporan terakhir menunjukkan bahwa selain mengandung antioksidan,
semangka juga mengandung senyawa citrulline, yaitu asam amino yang memiliki
kemampuan untuk mengendurkan saluran pembuluh darah, seperti efek Viagra
(Kalie, 2008).

Gula
Gula merupakan salah satu pemanis yang umum dikonsumsi masyarakat.
Gula biasa digunakan sebagai pemanis di makanan maupun minuman, dalam
bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula juga digunakan sebagai stabilizer
dan pengawet. Gula merupakan suatu karbohidrat sederhana yang umumnya
dihasilkan dari tebu. Namun ada juga bahan dasar pembuatan gula yang lain,
seperti air bunga kelapa, aren, palem, kelapa atau lontar. Gula sendiri mengandung
sukrosa yang merupakan anggota dari disakarida (Darwin, 2013).
Bahan Makanan Untuk Gagal Ginjal Kronik stage 5 dengan Hipertensi

Bahan Makanan yang Dianjurkan


1. Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagung, roti, kwethiau,
kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
2. Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam.
Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani Hasil olahan kacang kedele yaitu
tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat dipakai sebagai pengganti protein
hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi menu atau untuk pasien
vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap diperhitungkan.
3. Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine
rendah garam, mentega.
4. Sumber Vitamin dan Mineral Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien
mengalami hipekalemi perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan
perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan buah dalam
air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci
kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup
buah/coktail buah (Triyani Kresnawan dan HMS Markun, 2004).

Bahan Makanan yang Dihindari


Sumber Vitamin dan Mineral Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika
pasien mengalami hiperkalemia. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah
bayam, gambas, daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang, durian,
dan nangka. Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, edema
dan asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin,
penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan
(Triyani Kresnawan dan HMS Markun, 2004).
BAB III
KASUS

Tn.S berusia 50 tahun. pasien datang ke RS dengan keluhan mual sejenak


±3 bulan yang lalu, setiap kali makan atau minum. pasien Mengalami penurunan
nafsu makan diikuti dengan penurunan berat badan ±10 kg dalam 3 bulan terakhir
dan mengeluhkan badan lemas ±1 bulan yang lalu. pasien opname di RS dengan
diagnosa medis gagal ginjal kronis stage 5 dan mendapatkan obat furosemid dan
obat ginjal. pasien mengeluhkan susah nafas bila melakukan pekerjaan berat. obat
yang dikonsumsi saat ini: amplodipin 1x5 mg, valsartan 1x80 mg, furosemid, dan
ca-co 3x5. hasil pengukuran antropometri BB pasien 48 kg dan TB 165 cm. hasil
pemeriksaan laboratorium ureum 261 190 mg/dl, kreatin 17,30 Mg/dl, natrium
133 mmol/l, clorida (cl) 107 mmol. berdasarkan pemeriksaan fisik dan klinis
pasien kesadaran CM (GCS = 456), KU Composmentis TD 160/80 mmHg, nadi
82x/ menit, suhu 36,30C, keluhan lemas. Pusing, mual +, muntah +. Berdasarkan
riwayat makan terdahulu nafsu makan baik. Frekuensi makan 2 kali/ hari. susunan
menu tidak seimbang (jarang buah). pasien mengkonsumsi obat untuk
menghilangkan pegal-pegal yaitu pirocam selama 2 tahun berturut-turut dan setiap
hari mengkonsumsinya 2 kapsul. riwayat gizi saat ini semenjak 1 minggu yang
lalu nafsu makan turun dan merasa mual. cara menghabiskan makanan rumah
sakit, makan dengan porsi sedikit, mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit
berupa gula aren 1 potong kecil ±20 gr/hari. pasien mengkonsumsi teh namun teh
tawar 1 gelas/hari. hasil recall asupan sehari sebelum masuk rumah sakit yaitu
energi 268,8 kkal, protein 17,8 gr, lemak 11,8 gr, karbohidrat 22 gr. susunlah
asupan gizi untuk pasien tersebut, beserta perencanaan konseling gizi yang akan
diberikan!
BAB IV
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)
1. Diagnosis Medis

- Gagal Ginjal Kronik Stage 5 dengan Hipertensi

2. Asessment Gizi

a. Antropometri
BB = 48 kg BBI = 58,5 kg
TB = 165 cm LiLA = -
IMT= 17,6 kg/m2 (Obese) Tilut = -

b. Biokimia
Ureum = 216,91 mg/dl (Tinggi)
Kreatin = 17,30 mg/dl (Tinggi)
Natrium = 133 mmol/l (Rendah)
Kalim = 6 mmol/l (Tinggi)
Clorida (Cl) = 107 mmol/l (Tinggi)

c. Klinik/Fisik
TD = 160/88 mmHg (Tinggi) P= N/A
N = 82 x/menit (Normal) S= 36,30C (Normal)

Klinik
- Susah nafas bila melakukan pekerjaan berat
- Kesadaran CM (Compos Metis) (GSC = 456 (Normal))
- Lemas, pusing, mual, muntah

d. Riwayat Gizi
Alergi makanan : -
Pola Makan : - Terdahulu
- Nafsu makan baik
- Frekuensi makan 2x/ hari
- Susunan menu tidak seimbang (jarang buah)

- Saat ini
- Semenjak 1 minggu yang lalu nafsu makan turun dan
mersa mual
- Jarang menghabiskan makanan rumah sakit
- Makan dengan porsi sedikit
- Mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit berupa
gula aren 1 potong kecil ± 20 gram/hari
- Pasien konsumsi teh tawar 1 gelas/hari.

Perkiraan Kebutuhan Zat Gizi:


Keb E = 35 kkal x BB/hari
= 35 kkal x 58,5 kg
= 2047 kkal

Keb. P = 0,75 g/kg x BB/hari


= 43,88 gram
= 175,52 kkal
Keb. L = 20% x Energi total
= 20% x 2047 kkal
= 409,4 / 9 kkal
= 45,59 gram
Keb. KH = Energi – ( P kaal + L kkal)
= 2047 – (175,2 + 409,4 kkal)
= 1462,08 / 4 kkal
= 365,52 gram

±10% = Keb. E = 1842,3  2251,7 kkal


Keb. P = 39,49  48,27 gram
Keb. L = 40,94  50,04 gram
Keb. KH = 328,97  402,07 gram

Keb. Cairan = jumlah urin/24 jam + 500 ml

Asupan Natrium/hari = 310.2 gram


Asupan Kalium/hari = 2330.8 mg atau 59.6 mEq

Asupan SMRS
Asupan % SMRS
Zat Gizi Kebutuhan
SMRS* MRS** SMRS MRS
Energi (kkal) 2047 268,8 - 13,33% -
Protein (g) 43,88 17,8 - 40,57% -
Lemak (g) 45,49 11,8 - 25,94% -
KH (g) 265,52 22 - 6,02% -
* SMRS = Sebelum Masuk Rumah Sakit; ** MRS = Masuk Rumah Sakit

2. Diagnosis Gizi

N.I 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan
ditandai oleh hasil SMRS sebesar energi 13,13%, protein 50,71%,
lemak 20,75% dan Karbohidrat 4,47% dengan kalori sebesar 2047
kkal.
N.C 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan gagal
ginjal kronik stage 5 dengan hipertensi ditandai oleh nilai
laboratorium ureum, kreati, kalium, dan klorida (Cl) diatas normal,
berturut-turut sebesar 261,90 mg/dl, 17,30 mg/dl, 6 mmol/l dan
107mmol/l.
N.C 3.1 Underweight berkaitan dengan pengetahuan yang berhubungan
dengan makanan dan gizi yang kurang ditandai oleh IMT sebesar
17,6 kg/m2 dan asupan energi < 100%.
N.B 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan berkaitan
dengan belum pernah mendapat edukasi terkait gizi diet untuk diet
gagal ginjal kronik stage 5 dengan hipertensi ditandai oleh
diagnosis medis gagal ginjal kronik stage 5 dengan hipertensi.

3. Intervensi Gizi

Tujuan Diet:
a. Mencapai status gizi optimal dan mencegah defisiensi gizi.
b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Membantu mengurangi retensi garam dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada pasien implementasi.

Syarat Diet :
a. Asupan energi 35 kkal/kg BB ideal/hari.
b. Asupan protein 0,6-0,75 g/kg BB ideal/hari.
c. Asupan lemak 20-30% dari total natrium, pembatasan lemak jenuh <10%.
d. Karbohidrat sisa dari perhitungan protein dan lemak.
e. Bentuk makanan sesuai keadaan penyakit.
f. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat atau tidaknya hipertensi (1000-
1200 mg).
g. Kadar kalium dibatasi karena ada hiperkalemia.
h. Vitamin cukup, bila diperlukan suplemen piridoksin (B6), asam folat (B5),
vitamin C, dan Vitamin D.
i. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran
cairan melalui keringat dan pernapasan (±500 ml).

Implementasi = Diberikan diet Garam Rendah III dengan 2050 kkal, diberikan
dalam benutuk makanan biasa lewat oral.

Pembagian penukar (p) per waktu makan


Total
Sel. Sel.
Golongan Makanan P Pagi Siang Malam E P L KH
Pagi Siang
(kkal) (g) (g) (g)
Karbohidrat 6 1 1 2 1 1 1050.0 24.0 - 240.0
Protein Hewani LR 1 1 - - - - 50.0 7.0 2.0 -
Protein Hewani LS 2 - - 1 - 1 150.0 14.0 10.0 -
Protein Hewani LT - - - - - - - - - -
Protein Nabati 2 1 - 1½ - ½ 150.0 10.0 6.0 14.0
Sayuran A - - - - - - - - - -
Sayuran B 2½ ½ - 1 - 1 62.5 2.5 - -
Sayuran C - - - - - - - - - -
Buah/Gula 6 1 1 1½ 1 1½ 300.0 - - 72.0
Susu Non Lemak - - - - - - - - - -
Susu Rendah Lemak - - - - - - - - - -
Susu Tinggi Lemak - - - - - - - - - -
Lemak/Minyak 6 1 - 2 1 2 300.0 - 30.0 -
Total 2062 57.5 48.0 106.0
Menu setiap acara makan
Bahan Berat Kandungan Energi & Zat Gizi
Waktu Menu P URT
Makanan (g) E(kkal) P(g) L(g) KH(g)
Pagi Nasi Nasi 1 100 ¾ gls 175.0 4.0 - 40
(20% Ayam Ayam tanpa 1 40 1 ptg 50.0 7.0 2,0 -
kalori) semur kulit
Minyak sawit ½ 2,5 ½ sdt 25.0 - 2.5 -
Sayur Labu siam ¼ 25 - 6.3 0.3 - 1.3
bening Wortel ¼ 25 - 6.3 0.3 - 1.3
Tempe Tempe 1 50 2 biji 75.0 5.0 3.0 7.0
panggang Minyak sawit ½ 2,5 ½ sdt 25.0 - 2.5 -
Buah Semangka 1 180 1 ptg 50.0 - - 12.0
Substotal 412.5 16.5 10.0 61.5.
Selingan Pure Kentang ½ 105 1 bj 87.5 2.0 - 20.0
pagi kentang sdg
(10.9% Gula 1 13 1 sdm 50.0 - - 12.0
kalori) Krekers ½ 25 2,5 87.5 2.0 - 20.0
sdm
Substotal 225.0. 4.0 - 52.0.
Siang Nasi Nasi 1½ 150 1½ gls 262.0 6.0 - 60.0
(32% Telur Telur 1 55 1 butir 75,0 7.0 5.0 -
kalori) goreng Minyak sawit 1 5 1 sdt 50.0 - 5.0 -
Tempe Tempe ½ 25 1 biji 37.5 2.5 1.5 3.5
bacem Gula merah ½ 6,5 ½ sdm 25.0 - - 6.0
Sup Kentang ½ 105 1 buah 87.5 2.0 - 20.0
kentang Buncis ½ 50 - 12.5 0.5 - 2.5
Wortel ½ 50 - 12.5 0.5 - 2.5
Minyak sawit 1 5 1 sdt 12.5 - 5.0 -
Buah Jeruk 1 110 2 buah 50.0 - - 12.0
Substotal 662.5. 18.5. 16.5 106.5.
Selingan Lemet Singkong 1 120 1 ptg 175.0 4.0 - 40.0
siang Gula merah 1 13 1 sdm 50.0 - - 12.0
(13.3% Minyak 1 5 1 sdt 50.0 - 5.0 -
kalori)
Substotal 275.0. 4.0. 5.0 52.0.
Malam Nasi Nasi 1 100 ¾ gls 175.0 4.0 - 40.0
(26.2% Daging Daging sapi 1 35 1 ptg 75.0 7,0 5.0 -
kalori) tumis Minyak sawit ½ 2,5 ½ sdt 25.0 - 2.5 -
Perkedel Tahu ½ 55 ½ sdt 37.5 2.5 1.5 3.5
tahu Minyak sawit 1 5 1 sdt 50.0 - 5.0 -
minyak sawit 1 5 1 sdt 50.0 - 5.0 -
Capcay Wortel ¼ 25 - 6.3 0.3 - 1.3
Brokoli ½ 50 - 12.3 0.3 - 2.5
Sawi ¼ 25 - 6.3 0.3 - 1.3
Minyak sawit ½ 2,5 ½ sdt 25.0 - 2.5 -
Buah Pear ½ 127,5 1½ 25.0 - - 12.0
buah
Substotal 487.5. 13.5. 16.5. 66.5.
Total 2062. 57.5 48.0 338.5.

4. Monitoring dan Evaluasi

Parameter Target Pelaksanaan


Asupan Perbaiki asupan makanan Os untuk Setiap hari
makanan mencapai BB ideal secara bertahap
Antropometri Meningkatkan status gizi melalui Di awal dan akhir
penambahan BB secara bertahap perawatan
Biokimia Penurunan nilai laboratorium terkait ureum, Selama dirumah
kreatin, kalium, dan clorida (Cl) menjadi sakit
normal
Fisik Penurunan tekanan darah menjadi 120/80 Setiap hari
normal
Klinik Nafsu makan meningkat, mual dan muntah Selama dirumah
berkurang sakit
Pengetahuan Perubahan pengetahuan dan sikap terkait Selama dirumah
dan Sikap makanan gizi seimbang dengan memberikan sakit
edukasi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gagal Ginjal dengan Hipertensi

Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah besar di dunia. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit
yang menyebabkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya
tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik (Cahyaningsih, 2009). Gangguan
fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah
pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja
terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien
menurun (Bruner & Suddarth, 2001).
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas
normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas
tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila
tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas
tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009).

Diet Garam Rendah III

Diet rendah garam III diberikan kepada pasien dengan edema dan / atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah III.
Pada pengolahan makanan boleh menggunakan 1 sdt (4 g) garam dapur
(Almatsier 2006). PGK pre-dialisis bertujuan untuk mengurangi akumulasi
produk-produk sisa nitrogen, mengurangi gangguan metabolik terkait utemia,
memperlambat laju progresivitas penyakit ginjal, mengatur keseimbanan air dan
elektrolit, mengendalikan kondisi terkait PGS seperti anemia, penyakit tulang, dan
penyakit kardiovaskular.

Indikasi Pemberian

Makanan Biasa
Makanan biasa diberikan pada pasien yang tidak memerlukan makanan
khusus. Susunan mengacu pada pola menu seimbang. Tujuannya dalah
memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh. Energi dan zat gizi diberikan sesuai kebutuhan.
Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beranekaragam, bervariasi
dengan bentuk, tekstur dengan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu
pada pola makanan seimbang dan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan
bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak
memerlukan diet khusus berhubungan dengan penyakitnya, makanan sebaiknya
diberikan dalam bentuk yang mudah cerna, dan tidak merangsang saluran cerna
(Almatsier, 2016).
Kalium pada Bahan Makanan
Pasien dengan gagal ginjal kronik disertai dengan hiperkalemia, maka
dilakukan pembatasan kalium. Pembatasan kalium ditujukan untuk mengurangi
atau menurunkan kadar kalium dalam darah. Pembatasannya dengan membatasi
dan menghindari makanan yang tinggi kalium, seperti pada pisang, alpukat dan
lainnya.
Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) terjadi apabila konsentrasi
kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah (Sukandar, 2006). Pada pasien gagal ginjal
pembatasan kalium sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya eksresi kalium
karena ada gangguan pada fungsi ginjal yang tidak bisa mengeskresikan kalium
melalui urine sehingga mengakibatkan hiperkalemia. Asupan kalium diberikan
1560- 2730 mg/ hari. Bahan makanan tinggi kalium pada umbi buah-buahan,
alpukat, pisang ambon, mangga, tomat, rebung, daun singkong, daun pepaya,
bayam, kacang tanah, kacang hijau dan kacang Kedelai (Almatsier, 2008). Kadar
Kalium dalam darah normal adalah 3,5-5,0 mEq/L dan kadar rendah < 2,5 mEq/L
sedangkan kadar kalium darah kategori tinggi >7,0 mEq/L (Kee, 1997).

Menu Makan Pagi dan Selingan Pagi


Menu makan pagi dan selingan pagi untuk pasien Gagal Ginjal Kronik
Dengan hipertensi dapat diberikan beragam. Menu makan pagi dan selingan pagi
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Menu makan pagi dan selingan dari kebutuhan energi 2062 kkal (DBMP)
Waktu Menu Bahan P Berat URT Total
makanan (g) E(kkal) P (g) L(g) KH (g)
Pagi Nasi putih Nasi putih 1 100 ¼ gls 175.0 4.0 - 40.0
(20 % Ayam Ayam 1 40 1 ptg 50.0 7.0 2.0 -
kalori) tanpa kulit
Minyak ½ 2,5 ½ sdt 25.0 - 2.5 -
sawit
Sayur Labu siam ¼ 25 - 6.3 0.3 - 1.3
bening Wortel ¼ 25 - 6.2 0.2 - 1.2
Oyong - 50 - - - - -
Buah Semangka 1 180 1 ptg 50.0 - - 12.0
Tempe Tempe 1 50 1 ptg 75.0 5.0 3.0 7.0
panggang Minyak ½ 2,5 ½ sdt 25.0 - 2.5 -
sawit
Subtotal 412.5 16.5 10.0 61.5
Sel.pagi Puree Kentang ½ 105 1 bj 87.5 2.0 - 20.0
(10,9% kentang Kreakers ½ 25 2,5 bh 87.5 2.0 - 20.0
kalori) kreakers Gula 1 13 1 sdm 50.0 - - 12.0

Subtotal 225.0 4.0 - 52.0

Berdasarkan Tabel 1 diatas diketahui bahwa subtotal dalam makan pagi dan
selingan pagi menyumbang 667.5 kkal energi, 20.5 gram protein, 10 gram lemak
dan 113.5 gram karbohidrat, bagi pasien PGK-HD yang hiperkalemia tidak
dibolehkan mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung kalium (Lina Zuyana
2013). Evaluasi dalam pemberian makan pagi pada menu sayur bening rasanya
terlalu kemanisan sedikit, sebaikya penggunaan gula tidak terlalu banyak, pada
menu sumber protein hewani yaitu menu ayam semur rasanya sudah cukup enak ,
pada menu protein nabatinya yaitu tempe panggang jumalah nya terlalu banyak
sebaiknnya jumlah protein hewani yang ditambahkan jumlah porsinya karena
bernilai biologic tinggi, untuk rasa sudah cukup enak. Pada selingan pagi
diberikan menu pure kentang krekers untuk rasa sudah cukup enak tetapi
warnanya kurang menarik sebaiknya dapat di tambahkan bahan lain yang dapat
memberikan warna yang lebih menarik pada pure seperti buah atau yang lainnya
dan dapat juga menambahkan susu full cream pada pure agar rasanya lebih gurih
dan enak.
Perbandingan perhitungan zat gizi makro (energi. protein. lemak dan
karbohidrat) menggunakan tabel komposisi bahan makanan. Perhitungan menu
makan pagi dan selingan pagi dari kebutuhan energi 2062 kkal disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Menu makan pagi dan selingan (DKBM)
Waktu Menu Bahan P Berat URT Total
makanan (g) E(kkal) P (g) L (g) KH(g)
Pagi Nasi Nasi putih 1 100 ¼ gls 178.0 2.1 0.1 40.6
putih
Ayam Ayam tanpa 1 40 1 ptg 70.6 4.2 5.8 -
kulit
Minyak sawit ½ 2,5 ½ sdt 22.5 - 2.5 -
Sayur Labu siam ¼ 25 - 5.4 0.1 - 1.4
bening Wortel ¼ 25 - 7.1 0.2 0.1 1.5
Oyong - 50 - - - - -
Buah Semangka 1 180 1 ptg 23.2 0.4 0.2 5.7
Tempe Tempe 1 50 1 ptg 74.5 9.1 2.0 6.4
pangga Minyak sawit ½ 2,5 ½ sdt 22.5 - 2.5 -
ng
Subtotal 403.9 16.8 13.1 55.6
Selinga Puree Kentang ½ 105 1 bj 74.1 1.8 0.1 17.1
n pagi kentang Kreakers ½ 25 2,5 bh 114.5 1.7 3.6 18.7
kreakers Gula 1 13 1 sdm 47.3 - - 12.2
Subtotal 235.9 3.5 3.7 48.3

Berdasarkan Tabel 2 diatas, diketahui bahwa subtotal dari menu makan


pagi dan selingan pagi yaitu energi sebesar 639.9 kkal, protein sebesar 20.3 g,
lemak sebasar 16.8 g, dan karbohidrat sebesar 103.9 g. Dari kedua tabel diatas
(Tabel 1 dan Tabel 2) dapat dilihat bahwa perbandingan dari keduanya tidak
terlalu jauh perbedaannya atau dapat dikatakan hampir sama pada energy, protein
dan karbohidrat, yang perbedaannya agak banyak ada pada lemak. Hal ini
dibuktikan dengan perhitungan persentase pada kedua perhitungan yang diperoleh
persentase energi sebesar 95,8%, protein 96,0%, lemak 168,2%, dan karbohidrat
91,3%. Hampir dari keseluruhan kandungan zat gizi baik energi, protein, dan
karbohidrat memiliki selisih hanya sedikit dan hanya lemak yang selisihnya
banyak.
Protein yang diberikan untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti
sel-sel yang rusak sebesar 0,6 g/kg BB. Apabila asupan energi tidak tercapai,
protein dapat diberikan sampai dengan 0,75 g/kg BB. Protein diberikan lebih
rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet Rendah
Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi tinggi/hewani
hingga ≥ 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50 %. Saat ini protein
hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari olahan
kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu (Triyani Kresnawan dan HMS
Markun, 2004).

Menu Makan Siang dan Selingan Siang


Menu makan siang dan selingan siang untuk pasien hipertensi dengan
obesitas dapat diberikan beragam. Menu makan siang dan selingan siang disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Menu makan siang dan selingan siang dari kebutuhan energi 2062 kkal
(DBMP)
Waktu Menu Bahan P Berat URT Kandungan E & Zat Gizi
Makanan (g) E(kkal) P (g) L(g) KH(g)
Siang Nasi Nasi putih 1 150 1½ gls 262.5 6.0 - 60.0
(32% putih ½
Kalori) Telur Telur ayam 1 55 1 btr 75.0 7.0 5.0 -
goring Minyak 1 5 1 sdt 50.0 - 5.0 -
sawit
Tempe Tempe ½ 25 1 bj 37.5 2.5 1.5 3.5
bacem Gula merah ½ 6.5 1 sdt 25.0 - - 6.0
Soup Kentang ½ 105 1 bj 87.5 2.0 - 20.0
Kentang Buncis ½ 50 - 12.5 0.5 - 2.5
Wortel ½ 50 - 12.5 0.5 - 2.5
Minyak 1 5 1 sdt 50.0 - 5.0 -
sawit
Buah Jeruk 1 110 1 bh 50.0 - - 12.0
Substotal 662.5 18.5 16.5 106.5
Selingan Lemet Singkong 1 120 ½ptg 175.0 4.0 - 40.0
Siang Gula 1 13 1sdm 50.0 - - 12.0
(23.8% Minyak 1 5 1 sdt 50.0 - 5.0 -
Kalori) sawit
Substotal 275.0 4.0 5.0 52.0

Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa pada saat makan siang os


mengkonsumsi nasi putih, telur goreng, tempe bacem, soup kentang, buah dan
lemet. Ada beberapa penilaian, yaitu nasinya teksturnya sudah pas seperti nasi
biasa dan rasanya matang. Tempe bacem rasanya kemanisan, diusahakan jangan
kebanyakan gula hindari penggunaan gula berlebih. Soup sayur rasanya tidak
terlalu enak untuk diet rendah garam, telur goreng rasanya sudah enak, buahnya
diberikan dalam keadaan siap untuk dikonsumsi.
Sup merupakan makanan berbentuk cairan kental yang dapat dibuat dari
berbagai bahan pangan baik hewani maupun nabati dalam rebusan air kaldu
sampai mengeluarkan rasa dan zat gizi (Johnston, 1976). Sup berfungsi sebagai
pembangkit selera makan, penambah nilai gizi dan penetral rasa pada lidah. Sup
dapat disajikan sebagai hidangan makan siang, makan malam, jamuan lengkap
dan kudapan/makanan ringan/selingan (Kinton, 1987). Sebagai jamuan lengkap,
sup dapat berdiri sebagai hidangan yang dikaitkan dengan giliran hidangan atau
hidangan pembuka. Hidangan pembuka merupakan hidangan sebelum hidangan
utama (main course) yang disajikan dengan tujuan membangkitkan nafsu makan
atau selera makan karena itu porsinya kecil dengan rasa gurih.
Perbandingan perhitungan zat gizi makro (energi. protein. lemak dan
karbohidrat) menggunakan tabel komposisi bahan makanan. Perhitungan menu
makan siang dan selingan siang dari kebutuhan energi 2062 kkal disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Menu makan siang dan selingan siang (DKBM)
Waktu Menu Bahan P Berat URT Kandungan E & Zat Gizi
Makanan (g) E(kkal) P (g) L (g) KH(g)
Siang Nasi Nasi putih 1 150 1½ 262.5 6.0 - 60.0
(32% putih ½ gls
Kalori) Telur Telur 1 55 1 btr 80.2. 6.3 5.7. 0.3.
goring ayam
Minyak 1 5 1 sdt 45.1 - 5.0 -
sawit
Tempe Tempe ½ 25 1 bj 37.5 4.6 1.0 3.2
bacem Gula 1 13 1 sdt 47.6 - - 12.2
merah
Soup Kentang ½ 105 1 bj 89.7 1.9 0.2 19.4
Kentan Buncis ½ 50 - 12.5 0.5 - 2.5
g Wortel ½ 50 - 12.5 0.5 - 2.5
Minyak 1 5 1 sdt 45.1 - 5.0 -
sawit
Buah Jeruk 1 110 1 bh 35.6 0.7 0.1 8.9
Substotal 668.3 20.5 17.0 109.0
Selingan Lemet Singkong 1 120 ½ptg 178.8 1.4 0.4 41.6
Siang Gula 1 13 1 sdm 47.6 - - 12.2
(23.8% Minyak 1 5 1 sdt 45.1 - 5.0 -
Kalori) sawit
Substotal 271.5 1.4 5.4 53.8

Berdasarkan kedua tabel diatas (Tabel 3 dan Tabel 4) dapat diketahui


perbedaan bahwa setiap bahan pangan memiliki perbedaan pada kandungan energi
serta zat gizi. Terkadang perbedaannya beda tipis dan terkadang perbedaannya
teramat sangat jauh. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah porsi dari setiap
menu.

Menu Makan Malam


Menu makan malam menyajikan nasi putih, daging sapi ditumis, tahu dibuat
perkedel, capcay sayuran, dan juga diberikan buah pir. Menu makan malah
disajikan lebih sedikit dari makan siang dan lebih banyak dari makan pagi. Menu
makan malam disajikan dengan 23.8% dari total kalori 2062 kkal. Menu makan
malam berdasarkan perhitungan DBMP dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Menu makan malam dari total 2062 kkal (DBMP)
Waktu Menu Bahan P Berat URT Kandungan Zat Gizi
Makanan Makanan (g) E P L KH
Malam Nasi Putih Beras Putih 1 100 ¾ gls 175.0 4.0 - 40.0
(23.8% Daging Daging Sapi 1 35 1 ptg 75.0 7.0 5.0 -
kalori) Tumis Minyak Sawit ½ 2.5 ½ sdt 25.0 - 2.5 -
Perkedel Tahu ½ 55 ½ biji 37.5 2.5 1.5 3.5
Tahu Minyak Sawit 1 5 1 sdt 50.0 - 5.0 -
Capcay Wortel ¼ 25 - 6.3 0.3 - 1.3
Brokoli ½ 50 - 12.5 0.5 - 2.5
Sawi ¼ 25 - 6.2 0.2 - 1.2
Minyak Sawit ½ 2.5 ½ sdt 25.0 - 2.5 -
Buah Pir 1½
1½ 27.5 75.0 - - 18.0
bh bsr
Substotal 487.5 13.5 16.5 66.5

Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui bahwa menu makan malam yang


diberikan kepada pasien gagal ginjal kronik stage 5 dengan hipertensi dan
hiperkalemia, diberikan energi 487.5 kkal, protein 13.5 gram dengan protein yang
tinggi nilai biologisnya seperti pada daging sapi, lemak 16.5 gram, serta
karbohidrat 66.5 gram. Menu makan malam yang diberikan adalah menu makan
lengkap, yang terdiri atas makanan pokok, sumber protein (hewani dan nabati),
sayur dan buah. Kadar kalium dalam bahan makanan tidak dapat sepenuhnya
dihindari, karena hampir semua bahan makanan mengandung kalium, tetapi ada
yang tinggi dan rendah. Menurut Graber (2002), dalam Annisa (2016), diketahui
bahwa pembatasan kalium pada pasien gagal ginjal sangat diperlukan untuk
mengontrol ekskresi kalium karena adanya gangguan pada fungsi ginjal yang
mengakibatkan hiperkalemia. Asupan kalium diberikan 1560-2730 mg/hari.
Bahan makanan tinggi kalium pada umbi buah-buahan, alpukat, pisang
ambon, mangga, tomat, rebung, daun singkong, daun pepaya, bayam, kacang
tanah, kacang hijau, dan kacang kedelai (Almatsier, 2008; dalam Annisa 2016).
Pengolahan makan malam meminimalisir bahan makanan mengandung tinggi
kalium, seperti tomat, pisang, dan alpukat. Pembatasan bahan makanan tinggi
kalium ini dimaksudkan untuk menurunkan kadar kalium pada pasien yang telah
tinggi.
Evaluasi pada menu makan malam adalah kesalahan pengolahan pada
perkedel tahu yang seharusnya tahu sebelum dimasak sebaiknya direbus terlebih
dahulu agar tahunya matang. Daging tumis menggunakan bahan dasar daging sapi
yang teksturnya sudah bagus karena sudah menerapkan cara pengempukkan
daging yaitu dengan perebusan, tetapi ukuran potongan daging terlalu kecil-kecil
untuk, sebaiknya ukuran dibiarkan satu potong. Porsi untuk protein nabati sudah
baik, ada pembatasan nabati. Sayur capcay juga terdapat kesalahan dalam
pemasakan, seharusnya capcay tidak harus direbus dahulu dengan dalih
menghilangkan kalium yang ada di dalam sayuran, tetapi dapat mengakibatkan
hilangnya kandungan vitamin larut air yang terdapat di dalam sayuran tersebut
dan menghabiskan waktu dalam pengolahan. Jika ingin mengurangi kandungan
kalium, maka lebih baik menggunakan bahan makanan yang rendah kalium. Buah
pir sebaiknya dipotong-potong kemudian jika takut akan terjadi browning, maka
dilakukan perendaman dengan larutan vitamin C untuk mencegah terjadinya efek
kekuningan pada daging buah, karena buah pir kurang menarik jika disajikan
dalam bentuk utuh dan porsi yang besar, dan juga butuh alat potong untuk
membersihkan buah sebelum dimakan pasien.
Perbandingan perhitungan zat gizi makro (energi. protein. lemak dan
karbohidrat) menggunakan tabel komposisi bahan makanan. Perhitungan menu
makan malam dari kebutuhan energi 2062 kkal disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Menu makan malam dari total 2062 kkal (DKBM)
Waktu Menu Bahan P Berat URT Kandungan Zat Gizi
Makanan Makanan (g) E P L KH
Malam Nasi Putih Beras Putih 1 100 ¾ gls 178.0 2.1 0.1 40.6
Daging Daging Sapi 1 35 1 ptg 72.4 6.6 4.9 -
Tumis Minyak Sawit ½ 2.5 ½ sdt 22.5 - 2.5 -
PerkedelT Tahu ½ 55 ½ biji 31.9 4.3 2.6 0.9
ahu Minyak Sawit 1 5 1 sdt 5.1 - 5.0 -
Capcay Wortel ¼ 25 - 9.2 0.3 0.1 2.1
Brokoli ½ 50 - 3.6 0.2 0.1 0.8
Sawi ¼ 25 - 4.8 0.5 0.1 0.9
Minyak Sawit ½ 2.5 ½ sdt 22.6 - 2.5 -
Buah Pir 1 ½ bh 75.5 0.3 0.5 19.6
1 127.5
bsr
Substotal 466.0 14.3 18.4 64.9

Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui bahwa substotal pada menu makan


malam diperoleh energi sebesar 466 kkal, protein 14.3 gram, lemak 18.4 gram,
dan karbohidrat 64.9 gram. Selisih perhitungan pada menu makan malam dengan
menggunakan tabel DBMP dan DKBM tidak jauh, artinya mendekati sama, hal ini
dibuktikan dengan perhitungan persentase pada kedua perhitungan yang diperoleh
persentase energi sebesar 95.6%, protein 94,4%, lemak 89,7%, dan karbohidrat
97,6%. Hampir dari keseluruhan kandungan zat gizi baik energi, protein, lemak,
maupun karbohidrat memiliki selisih hanya sedikit.
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan

Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami


penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme
tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau urin. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal. Assesmen gizi yang
dilakukan, pada antropometri diketahui bahwa pasien underweight, pada
pemeriksaan biokimia/laboratorium terkait penyakit ini yaitu ureum, kreatinin,
kalium dan clorida diatas normal, sedangkan untuk pemeriksaan fisik terdapat
tekanan darah tinggi dan klinisnya terdapat mual muntah, susah nafas bila
melakukan kerja berat, dan kesadaran penuh composmentis, riwayat makan pasien
pada saat terdahulu memiliki nafsu makan yang baik, frekuensi makan 2x/hari dan
tidak seimbang (jarang buah)dan riwayat makan pasien pada saat ini yaitu nafsu
makan menurun dan merasa mual, jarang menghabiskan makanan rumah sakit
makan dengan porsi sedikit, mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit berupa
gula aren 1 potong kecil ± 20 gr/hari dan the tawar 1 gelas . Diagnosis gizi
terdapat domain asupan, klinik dan perilaku. Jenis diet yang digunakan adalah
Diet Garam Rendah III untuk menurunkan tekanan darah pasien dengan
mengkombinasi syarat diet pada penyakit gagal ginjal kronik. Bentuk makanan
yang diberikan ialah makanan biasa dan lewat oral.
Kebutuhan energi harian pasien jauh lebih besar dibandingkan dengan
asupan sebelum masuk rumah sakit. Jenis dan jumlah bahan makanan yang
digunakan dalam menu sehari yaitu kurang beragam dan tidak seimbang.
Monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan diagnosis gizi pasien.

Saran

Sebaiknya dalam menggunakan sumber protein menggunakan protein


yang bernilai biologic tinggi yaitu pada protein hewani (heme). Pada penyajian
buah sebaiknya disajikan dalam bentuk potong apabila takut akan terjadi
browning, dilakukan perendaman dengan larutan vitamin C terlebih dahulu untuk
mencegah terjadinya efek kekuningan pada daging buah, karena buah kurang
menarik jika disajikan dalam bentuk utuh dan porsi yang besar, dan juga butuh
alat potong untuk membersihkan buah sebelum dimakan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2016. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anisa H. 2016. Hubungan Kepatuhan Diet dan Asupan Kalium dengan Kadar
Kalium Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Rawat Jalan. [Naskah Publikasi]. Surakarta (ID). Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Bayhakki, dkk. 2013. Hubungan Motivasi Harapan dan Dukungan Petugas


Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Untuk
Menjalani Hemodialisis. JOM Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015.

Datt. dkk. 2012 dalam Putri GSN. 2016. Bab II Tinjauan Pustaka Wortel.
Semarang (ID). Universitas Diponegoro

Gunawan. 2012. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.

Hartono. 2013. Dalam Wicaksono. 2014. Pengaruh Teknik Relaksasi Pogresif


Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisis Di
RSUD Kabupaten Sukoharjo. [Skripsi]. Semarang (ID). Universitas
Muhammadiah Semarang

Hernani dan Raharjo, M., 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Kalie, Moehd Baga. 2008. Bertanam Semangka. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lukman et al. 2013. Dalam Wicaksono. 2014. Pengaruh Teknik Relaksasi


Pogresif Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisis
Di RSUD Kabupaten Sukoharjo. [Skripsi]. Semarang (ID). Universitas
Muhammadiah Semarang.

Muchtadi TR, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jakarta: Alfabeta.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,


Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta.

Sidabutar. 2009. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta:
Balai Penerbit FK-UI.

Sjamsuhidajat dan Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.

Triyani Kresnawan dan HMS Markun. 2004. Diet Rendah Protein dan
Penggunaan Protein Nabati. Ahli Gizi Instalasi RSCM : Jakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Menu makan pagi dan selingan pagi

Lampiran 2 Menu makan siang dan selingan siang

Lampiran 3 Menu makan malam


PEMBAGIAN TUGAS

1. Kelompok 2 : Pendahuluan + Tinpus + Pembahasan


2. Kelompok 3 : Kesimpulan + Tinpus + Pembahasan + Finishing
3. Kelompok 1 : PAGT + Soal Kasus + Tinpus + Pembahasan

Catatan:
- Tinjauan pustaka dan pembahasan mengerjakan masing-masing
perkelompok kecil dan per-menu yang kelompok kecil masak.

Anda mungkin juga menyukai