PEDOMAN
ASUHAN KEBIDANAN
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkanoleh Revisi Tanggal
KepalaPuskesmas ABCD
FULAN
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas ABCD NoVII-SK-A-
1/FEB/414.14/2016 bahwa pelaksanaan pelayanan klinis dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan perlu memperhatikan mutu dan keselamatan pasien maka
pelayanan klinis disusun dalam pengkajian, keputusan dan rencana layanan, serta
rencana rujukan dan pemulangan pasien yang semua rangkaian tersebut harus
memiliki pedoman standar dalam pelaksanaanya. Pedoman asuhan kebidanan ini
disusun sebagai bahan acuan bidan dalam pelaksanaan pemberian layanan agar
bermutu dan paripurna. Definisi dari asuhan kebidanan adalah segala pemeriksaan
dan tindakan yang diberikan pada pasien sejak awal pelayanan sampai selesai.
Pedoman ini disusun berdasarkan temuan kasus yang paling sering terjadi di
Puskesmas ABCD.
B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam pemberian layanan asuhan kebidanan
di Puskesmas ABCD dan jaringannya yang merupakan kegiatan terpadu dengan
tujuan untuk menunjang tercapainya layanan yang paripurna dan komprehensif dalam
rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas ABCD.
C. RUANG LINGKUP
Pelayanan asuhan kebidanan di PuskesmasABCD meliputi tata cara pemberian
asuhan layanan dan dokumentasi yang kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia dan sarana prasarana.
D. BATASAN OPERASIONAL
Pedoman ini dibuat untuk diterapkan di Puskesmas ABCDdan jaringannya
antara lain Sub Unit Pelayanan yang ada di PuskesmasABCD yaituPuskesmas
Pembantu, Polindes dan Posyandu.
E. LANDASAN HUKUM
Pedoman ini dibuat mengacu pada :
1.PeraturanMenteriKesehatanRepublik Indonesia nomor 75tahun 2014,
tentangPuskesmas
2.KeputusanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003
tentangStandarPelayanan Minimal BidangKesehatan di Kabupaten/Kota
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan asuhan kebidanan dilaksanakan kapan saja dan dimana saja sesuai
dengan kebutuhan pasien namun tetap mematuhi standar operasional pelaksanaan
yang telahditetapkan.
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
BAB IV
TATALAKSANA PENYELENGGARAAN
A. KetubanPecahDini (O.42)
Definisi ketuban pecah dinia dalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Penyebab terjadinya ketuban pecah dini ada banyak hal. Diantaranya
adalah:
1. Terjadinya pecah pada selaput dikarenakan kondisi mulut rahim yang lemah.
Kondisi membran yang lemah disebabkan adanya infeksi pada rahim atau vagina.
2. Adanya kelainan pada otot leher rahim. Otot leher rahim tersebut terlalu lemah dan
lunak. Sehingga mengakibatkan terbukanya leher rahim pada saat masa-masa
kehamilan dan desakan janin yang membesar.
3. Faktor psikologis. Adapun faktor psikologis yang menyebabkan pecahnya ketuban
misalnya trauma hubungan seksual. Hubungan intim yang tidak wajar (disertai
kekerasan dan posisi yang tidak lazim) mengakibatkan trauma pada ibu hamil.
Terlebih lagi jika sampai terjadi pendarahan pada vagina.
4. Infeksi selaput ketuban. Adanya infeksi bakteri pada selaput ketuban mengakibatkan
ketuban mudah pecah.
5. Sebelumnya pernah mengalami kelahiran secara premature
6. Kebiasaan merokok ketika hamil dan kurangnya perawatan kandungan saat
kehamilan.
Penanganan KPD adalah sebagai berikut :
1. Rawat inap di Puskesmas/ Rumah Sakit
2. Jika ada perdarahan pervagina disertai nyeri perut, pikirkan adanya abrupsio
plasenta
3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotika
sama halnya pada amnionitis
4. Jika tidak ada tanda infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
a. Berikan antibiotika ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 3 x
250 mg peroral selama 7 hari
b. Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru
1) Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam
2) Atau deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam
3) Kortikosteroid jangan kalau ada infeksi
5. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
a. Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi persalinan premature
b. Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
1) Jika ketuban sudah pecah > 18 jam, berikan antibiotic profilaksis
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
2. Etiologi
Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang
berlebihan. Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibra,
myoma,hydrocepalus dan janin besar. Banyak yang diketahui sebabnya, ada
pesentasi bokong membakal. Beberapa ibu melahirkan bayinya semua dengan
presentasi bokong menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian
rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala..
Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah
terjadinya presentasi bokong (Harry oxorn,1996).
3. Penyebab letak sungsang dapat berasal dari
a. Sudut Ibu
1) Keadaan rahim
a) Rahim arkuatus
b) Septum pada rahim
c) Uterus dupleks
d) Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
a) Plasenta letak rendah
b) Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
a) Kesempitan panggul
b) Deformitas tulang panggul
c) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
4) Sudut janin.Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak
sungsang :
a) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b) Hedrosefalus atau anesefalus
c) Kehamilan kembar
d) Hidroamnion atau aligohidromion
e) Prematuritas
Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas
sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin
merupakan bagian terbesar dan keras serta paling lambat. Melalui
hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul.
Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan
kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu
atas panggul.
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
c. Pemeriksaan vaginal
1) Bagian terendah teraba tinggi
2) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis sutura
dan fantenella. Hasil pemeriksaan negatif ini menunjukkan adanya mal
presentasi.
3) Bagian terendahnya teraba lunak dan ireguler. Anus dan tuber ichiadicum
terletak pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka.
4) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah
dan teraba oleh jari-jari pemeriksa. Ia dapat dikelirukan dngan kepala oleh
karena tulang yang keras.
5) Sakrum ada di kuadran kanan depan panggul dan diameter gitochanterika
ada pada diameter obligua kanan.4. Pemeriksaan Sinar XSinar X
menunjukkan dengan tepat sikap dan posisi janin, demikian pula kelainan-
kelainan seperti hydrocephalus.
6. Prosedur persalinan sungsang secara spontan :
a. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.
b. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin
masuk PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
c. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dari
ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih
rendah sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari
pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).
7. Prosedur Persalinan Bayi Sungsang (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Neonatal,2002)
a. Langkah klinik
1) Persetujuan tindakan medik
2) Persiapan Pasien :
a) Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan
b) Mengosongkan kandung kemih , rektum serta membersihkan daerah
perenium dengan antiseptic
b. Instrumen :
1) Perangkat untuk persalinan
2) Perangkat untuk resusitasi bayi
3) Uterotonika (Ergometrin maleat, Oksitosin)
4) Anastesi lokal (Lidokain 2%)
5) Cunam piper, jika tidak ada sediakan cunam panjang
6) Semprit dan jarum no.23 (sekali pakai)
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
f) Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang)
sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.
g) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah
kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan
lengan bayi depan dengan cara yang sama.
3) Cara Muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara
Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.Melahirkan bahu depan terlebih
dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik,
ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan.Setelah bahu dan
lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu
dan lengan belakang.
4) Cara Lovset
Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala / nuchal
arm
a) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua
tangan. Memutar bayi 180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah
penunjuk jari tangan yang muchal.
b) Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan
beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik
atau Muller.
5) Ekstraksi Kaki
Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi.
Keadaan bayi / ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan.
a) Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha
sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus
ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari
dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
b) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari
diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain
di depan betis, kaki ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
c) Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua
ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di
depan paha.
d) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir
kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas
hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti
bokong telah lahir.
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
e) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan
lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan
trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.
f) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau
Lovset.
6) Teknik Ekstraksi Bokong
Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di
dasar panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari
ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.
a) Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin,
dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian
depan. Dengan jari ini lipat paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam
ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong
yang lain menekam pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.
b) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis,
maka jari telujuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam
ke bawah sampai bokong lahir.
7) Cara Melahirkan Kepala Bayi
Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan
Bracht kepala belum lahir).
a) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah
memegang kuda (Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas
tangan kanan).
b) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
c) Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
d) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
e) Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong
persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir
dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau mulut.
C. Preeklamsia (O.04)
1. Definisi Preeklamsia
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya
kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria).
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki minggu
ke-20 atau lebih (paling umum usia kehamilan 24-26 minggu) sampai tak lama
setelah bayi lahir. Preeklamsia yang tidak disadari oleh sang ibu hamil bisa
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
h. Obesitas saat hamil. Wanita Asia dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih saat
hamil bisa meningkatkan risiko preeklamsia.
i. Faktor keturunan. Risiko mengidap preeklamsia lebih besar jika ada anggota
keluarga yang pernah terkena preeklamsia.
3. Komplikasi Preeklamsia
Komplikasi preeklamsia dapat dibagi dua, yaitu pada wanita hamil dan pada bayi.
Pada wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Sindrom HELLP (Haemolysis – Elevated Liver enzymes – Low platelet count). Ini
adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, rendahnya
jumlah trombosit darah. Sindrom ini bisa mengancam keselamatan wanita hamil
dan janinnya.
b. Eklamsia. Kondisi di mana kejang-kejang atau kontraksi otot-otot yang dialami
oleh wanita hamil. Janin yang dikandung bisa tewas ketika ibu sedang kejang-
kejang. Selain janin, eklamsia juga mengancam keselamatan wanita hamil.
c. Penyakit kardiovaskular. Risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan
fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika Anda pernah mengidap
preeklamsia.
d. Kegagalan organ lain. Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ
seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal liver.
e. Rusaknya sistem penggumpalan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan
perdarahan secara berlebihan. Perdarahan ini terjadi karena kurangnya kadar
protein dalam darah.
f. Erupsi Plasenta. Kondisi lepasnya plasenta dari dinding bagian dalam uterus
sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta. Kondisi ini akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
g. Stroke Hemoragik. Pecahnya pembuluh darah di otak karena tingginya tekanan
di dalam pembuluh darah. Darah mengisi rongga kepala sehingga sel-sel otak
akan mulai mati karena tidak mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi yang
cukup. Kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
4. Penanganan Preeklamsia
a. Penanganan Umum
Segera rawat penderita dan lakukan pemeriksaan klinis terhadap keadaan
umum, sambil mencari tahu riwayat kesehatan sekarang dan terdahulu pasien
atau keluarganya. Jika pasien tidak bernafas, bebaskan jalan nafas, berikan O2
dengan sungkup dan lakukan intubasi jika perlu. Jika pasien kehilangan
kesadaran/koma, bebaskan jalan nafas, baringkan pada satu sisi, ukur suhu dan
periksa apakah ada kaku kuduk.
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
2) Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5g IM dengan iml Lignokain (dalam semprit yang
sama)
3) Sebelum pemberian MgSO4 ulangan, lakukan pemeriksaan :
a) Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
b) Ada reflek patella
c) Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
d) Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
4) Cara pemberian MgSO4 IV/drip ialah :
a) Setelah pemberian dosis awal, diberikan 12 gram dalam 500 ml RL
dengan tetes 15/menit (2 gram/jam).
b) Reflex patella tidak ada, bradipnea (16 kali/menit)
c) Urin < 30ml/jam pada hari ke 2
5) Hentikan pemberian MgSO4, jika :
a) Terjadi henti nafas bantu pernafasan dengan ventilator
b) Beri kalsium glukonas 2 gram (20ml dalam larutan 10%) IV. Perlahan-
lahan samapai pernafasan mulai lagi.
i. Diazepam untuk Preeklamsia dan Eklamsia
1) Dosis awal adalah 10mg IV. Diberikan secara perlahan selama 2 menit. Jika
kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal.
2) Dosis pemeliharaan adalah 40 mg dalam 500 ml larutan ringer laktat melalui
infus. Depresi pernafasan ibu baru mungkin terjadi bila dosis 30 mg/jam. Jangan
berikan melebihi 100 mg/jam.
j. Anti Hipertensi
Pemberian antihipertensi sebaiknya dimulai pada wanita dengan tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg, atau tekanan darah diastolik lebih dari 110
mmHg. Pemberian labetalol secara oral atau intravena, nifedipine secara oral atau
intravena hydralazine dapat lakukan untuk menatalaksana hipertensi berat.
Ada konsensus bersama, bila tekanan darah lebih dari 170/110 mmHg,
lakukan penanganan terhadap tekanan darah ibu. Obat terpilih yang digunakan
adalah labetalol, nifedipine, atau hydralazine. Labetalol memiliki keuntungan dapat
diberikan awal lewat mulut, pada kasus hipertensi berat dan jika diperlukan, bisa
secara intravena.
Terdapat konsensus, bila tekanan darah dibawah 160/100, tidak dibutuhkan
secara mendesak pemberian terapi antihipertensi. Terdapat perkecualian, bila
ditemukan indikasi untuk penyakit dengan gejala yang yang lebih berat, yakni
potenuria berat atau gangguan hari, atau hasil tes darah. Pada kondisi demikian,
peningkatan tekanan darah dapat diantisipasi, dengan terapi antihipertensi pada
level tekanan darah yang lebih rendah yang telah disesuaikan
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
8. Cara persalinan
Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau dilakukan
episiotomi lebar dan lakukan perlindungan forceps terutama pada kehamilan 35
minggu. Lakukan persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sunggsang ,
gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi , janin letak lintang,
placenta previa dan taksiran berat janin 1.500 gram (Mansjoer, 2002).
Pimpinan partus prematurus bertujuan untuk menghindari trauma bagi anak yang
masih lemah :
a. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama tapi sebaliknya jangan pula terlalu
cepat
b. Jangan memecah ketuban sebelum pembukaan lengkap
c. Buatlah episiotomi medialis
d. Kalau persalinan perlu diselesaikan, pilihlah forceps diatas ekstraksi vakum
e. Jangan menggunakan narcose
f. Tali pusat secepat mungkin digunting untuk menghindarkan ikterus neonatorum
yang berat (Sastrawinata , 1984).
E. Abortus (O.04)
F. Partus Lama
1. Pengertian partus lama atau macet
Partus lama disebut juga “distosia”di defenisikan sebagai persalinan abnormal/sulit.
Persalinan distosia adalah proses persalinan yang menyimpang dari persalinan
eutosia yang di sebabkan oleh ketidak serasian antara tiga komponen penting yaitu
power,passege dan pessenger sehingga menimbulkan kesulitan jalan nya persalinan.
2. Faktor yang dapat menyebabkan persalinan lama
a. Kelainan tenaga ( kelainan his ).his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifat
nya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan,tidak dapat di atasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan.
b. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena:
1) Kelainan letak janin:
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
a) Letak sungsang
b) Letak lintang
2) Kelainan bentuk dan posisi janin
a) Kelainan kongenital, seperti Hidrosefalus, Mekrosemia, Anensefalus, Kembar
siam
3) Kelainan defleksi kepala janin
a) Letak kepala janin
b) Letak dahi
c) Latak muka
4) Kelainan putar paksi dalam kepala
a) Deep transverse arrest
b) Oksipito posterior persiten
c) Oksipito anterior persiten
c. Persalinan distosia karena penempatan atau letak ganda 2
1) Kelainan jalan lahir:
a) Kelainan jalan lahir tulang : Panggul sempit, kelainan bentuk panggul
2) Kelainan jalan lahir lunak
a) Kekakuan serviks
b) Kekakuan perineum
3. Tanda dan gejala partus lama
a. Ibu tampak kelelahan dan lemah
b) Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
c) Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
d) Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
e) Molding sutura tumpang tindih dan tidak dapat di perbaiki.
4. Penanganan kegawatdaruratan partus lama
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apa pun,keadaan ibu yang
bersangkutan harus di awasi dengan seksama.tekanan darah di ukur tiap empat
jam,bahkan pemeriksaan ini perlu di lakukan lebih sering apabila ada gejala
preeklampsia.denyut jantung janin di catat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih
sering dalam kala II.kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus dapat perhatiaan
sepenuh nya.karena ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan
tindakan pembedahan dengan narkosis,hendaknya ibu jangan di beri makan biasa
melainkan dalam bentuk cairan.sebaiknya di berikan infus larutan glukosa 5% dan
larutan NaCl isotonik secara intravena berganti-ganti.pemeriksaan dalam perlu di
lakukan ,tetapi harus selalu di sadari bahwa setiap pemeriksaan dalam mengandung
bahaya infeksi.apabila persalinan berlangsung dalam 24 jam tampa kemajuan yang
berarti,perlu di adakan penilaian yang seksama tentang keadaan.selain penilaian
keadaan umum,perlu di tetapkan apakah persalinan benar-benar sudah mulai atau
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
masih dalam tingkat fase labour ,apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine
action, dan apakan tidak ada disproporsi sefalopelvik biar pun ringan.
Dalam menengtukan sikap lebih lanjut perluh di ketahui apakah ketuban sudah
atau belum pecah.apabila ketuban sudah pecah,maka keputusan untuk
menyelesaikan persalinan tidak boleh di tunda terlalu lama berhubung dengan
bahaya infeksi.sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat di ambil
keputusan apakah perlu di lakukan seksio sesarea dalam waktu singkat atau
persalinan dapat di biarkan berlangsung terus.
5. Rujukan
a. Kondisi pasien yang di rujuk, jika ada kelainan atau bila gariswaspada pada
partograf dilewati persiapkan rujukan yang tepat.
b. Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang (0-4
cm):berlangsung lebih 8 jam.
c. Rujuk dengan tepat untuk fase aktif persalinan yang memanjang, kurang dari
1cm/jam dan garis waspada pada partograf telah dilewati.
d. Cara merujuk
1) Inform concent
2) Berikan cairan iv (RL)
3) Dampingi ibu agar tetap menjaga keadaan ibu tetap baik
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum
penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
3. Penegakan diagnosis
Plasenta belum lahir selama 1jam setelah bayi lahir
4. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan apabila
plasenta belum lahir dalam 1/2-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai
perdarahan.
Tindakan penanganan retensio plasenta :
a. Memberikan informasi kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mencuci tangan secara efektif
c. Melaksanakan pemeriksaan umum
d. Mengukur vital sign,suhu,nadi,tensi,pernafasan
e. Melaksanakan pemeriksaan kebidanan : inspeksi, palpasi, periksa dalam
f. Memakai sarung tangan steril
g. Melakukan vulva hygiene
h. Mengamati adanya gejala dan tanda retensio plasenta
i. Bila placenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah lahir,atau terjadi perdarahan
sementara placenta belum lahir,maka berikan oxytocin 10 IU IM.
j. Pastikan bahwa kandung kencing kosong dan tunggu terjadi kontraksi,kemudian
coba melahirkan plasenta dengan menggunakan peregangan tali pusat terkendali
k. Bila dengan tindakan tersebut placenta belum lahir dan terjadi perdarahan
banyak,maka placenta harus dilahirkan secara manual :
1) Memasang infus cairan dekstrose 5%.
2) Ibu posisi litotomi dengan narkosa dengan segala sesuatunya dalam keadaan
suci hama.
3) Teknik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam
rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi
plasenta dilepas – disisihkan dengan tepi jari-jari tangan – bila sudah lepas
ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta
dan bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan
jalan lahir (uterus) dan membawa infeksi.
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
H. HPP (O.72)
1. Pengertian HPP
Perdarahan setelah melahirkan atau hemorrhagic post partum (HPP) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di
traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Efek perdarahan banyak
bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat
kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah
nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan
darah yang sangat banyak
2. Penyebab HPP
a. Atonia uteri Keadaan lemahnya tonus/konstraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir. (Merah) Pada atonia uteri uterus terus tidak
mengadakan konstraksi dengan baik, dan ini merupakan sebab utama dari
perdarahan post partum.
b. Retensio plasenta plasenta tetap tertinggal dalam uterus 30 menit setelah anak
lahir. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III dapat
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
c. Robekan jalan lahir Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta telah lahir
lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan jalan lahir. Perluakaan jalan lahir terdiri dari :
1) Dibagi atas 4 tingkat : tingkat I-IV
2) Hematoma vulva
3) Robekan dinding vagina
4) Robekan serviks
5) Gangguan pembekuan darah
6) Perdarahan post partum lambat : sisa plasenta
3. Diagnosa HPP
Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada
perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan
berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum
tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap
persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada.
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras
biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan
perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat
perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan
mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah
perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat.
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
I. Asfiksia (P.21)
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
4. Penurunan kesadaran
Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan
mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun
sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin
disertai asfiksia.(Wiknjosastro, 1999)
Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,
yaitu :
a. Penafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP).
Persiapan Alat Resusitasi
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
b. Alat pengisap
c. Alat sungkup dan balon resusitasi
d. Alat intubasi
e. Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai
suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya
ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap
pakai.
5) Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam jika bayi
hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan dingin, ada penyulit yang lain.
6) Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri
anterolateral
7) Salep mata antibiotik
8) Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka
9) Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan
Vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan
b. Asuhan BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukkan ke dalam kategori lahir
dengan asfiksia dan harus segera dilakukan langkah awal resusitasi dan tahapan
resusitasi berikutnya bila diperlukan.
1) Resusitasi
Pemberian resusitasi diputuskan berdasarkan penilaian keadaan Bayi Baru
Lahir, yaitu bila:
• Air Ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/gawat janin)
• Bayi tidak menangis, atau tidak bernapas spontan, atau bernapas megap-
megap
Catatan: Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu
menunggu hasil penilaian skor APGAR
Langkah awal resusitasi:
a)Jaga bayi dalam keadaan hangat
b)Atur posisi kepala bayi sedikit tengadah (posisi menghidu)
c)Isap lendir di mulut, kemudian hidung
d)Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
e)Reposisi kepala
f)Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter: usaha napas. Bila setelah
dilakukan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan dan
teratur
g)Lakukan Ventilasi sesuai dengan tatalaksana manajemen Asfiksia Bayi Baru
Lahir
h)Bila setelah ventilasi selama 2 menit, tidak berhasil, siapkan rujukan
i)Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan ventilasi setelah
10 menit denyut jantung tidak ada/tidak terdengar, kemudian siapkan
konseling dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal
2) Tata laksana setelah lahir
a) Riwayat
Tanyakan tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan
b) Periksa
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
• Timbang berat bayi (dalam keadaan telanjang) setelah lahir (0-24 jam) dan
bernapas baik. Timbangan dilapisi kain hangat dan ditera.
Lakukan pemeriksaan fisik
c) Masalah/Kebutuhan
Tentukan bayi adalah:
• BBLR yang boleh dirawat oleh bidan, adalah BBLR dengan berat ≥ 2000
gram, tanpa masalah / komplikasi
• BBLR < 2000 gram atau > 2000 gram tetapi bermasalah harus dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
3) Rencana Perawatan
Untuk semua bayi dengan berat 2000 – 2499 gram:
a) Jaga bayi tetap hangat:
Jaga bayi selalu “kontak kulit dengan kulit” dengan ibunya (Perawatan
Metode Kanguru kontinu (PMK))
b) Pertahankan posisi ibu dan bayi dengan selembar kain yang hangat dan
dilapisi dengan baju berkancing depan di atasnya.
c) Tutupi kepala bayi dengan kain atau topi.
d) Mandikan bayi setelah berusia 24 jam dan suhu tubuh stabil.
e) Mendorong ibu meneteki (atau memerah kolostrum dan memberikan
dengan cangkir atau sendok) sesegera mungkin dan selanjutnya setiap 2-3
jam.
f) Periksa tanda vital (pernapasan, suhu, warna kulit) setiap 30-60 menit
selama 6 jam
g) Ajari ibu dan keluarga menjaga bayi tetap hangat dengan selalu melakukan
“kontak kulit dengan kulit”
h) Jika suhu ketiak turun dibawah 36,50C; anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan metode Kanguru kontinu.
i) Tutupi bayi-ibu dengan selimut atau kain yang lebih HANGAT dan tempatkan
keduanya di ruangan yang hangat.
j) Sarankan ibu dan keluarga selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum
memegang BBLR.
Jika masalah bertambah:
Jika BBLR badan tetap dingin/panas, membiru, atau memiliki gangguan
pernapasan, stimulasi dan rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Jika bayi boleh minum tapi tidak dapat menghisap dengan baik, perah
dan beri ASI dengan menggunakan cangkir /sendok dan segera rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Pemantauan
PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN PUSKESMAS ABCD 2016
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam pemberian layanan asuhan kebidanan di
Puskesmas ABCD dan jaringannya yang merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan
untuk menunjang tercapainya layanan yang paripurna dan komprehensif dalam rangka
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas ABCD. Untuk keberhasilan
penanganan pasien kebidanan di Puskesmas ABCD ini diperlukan komitmen dan
kerjasama semua pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan Asuhan
kebidanan di Puskesmas ABCD semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh
pasien dan masyakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas ABCD dan
kepuasan pasien atau masyarakat.